Dalam proses penyaluran tenaga listrik hingga sampai ke konsumen, PLN sering mengalami berbagai macam gangguan. Salah satu gangguan yang sering terjadi yaitu gangguan Transformator Distribusi yang disebabkan oleh beban lebih atau overload. Sedangkan menurut surat edaran direksi PT PLN (Persero) No: 0017.E/DIR/2014 menyatakan bahwa persentase pembebanan transformator yang baik adalah dibawah 60%. Faktanya di PLN ULP Singaraja masih ada transformator distribusi yang memiliki beban lebih dari 80%. Kondisi tersebut yang menyebabkan terjadinya gangguan transformator distribusi akibat overload sebanyak 12 kali di tahun 2019. Sehinga diperlukan upaya preventif agar kondisi tersebut tidak terulang di tahun 2020 dengan melakukan deteksi dini terhadap gangguan transformator berbasis manajemen transformator serta dampaknya terhadap kinerja operasi dan financial. Dengan mempertimbangkan kelas aset dan beban trafo diperoleh 3 gardu distribusi yang akan digunakan sebagai objek yaitu gardu distribusi BL268, BL231 dan BR154 dengan beban masing-masing transformator tersebut adalah 99,72%, 109,31% dan 103,48%. Dalam tahap pelaksanaan dilapangan ketiga beban transformator distribusi disesuaikan dengan kapasitasnya melalui pemanfaatan satu transformator distribusi yang diambil dari gudang PLN. Hasil dari pemeliharaan menggunakan manajemen transformator distribusi diperoleh persentase pembebanan BL268 sebesar 50,53%, BL231 sebesar 67,39% dan BR154 sebesar 66,12%. Manfaat dari manajemen transformator distribusi di gardu distribusi BL268, BL231 dan BR154 yaitu dari sisi kinerja operasi dapat menurunkan 80% gangguan transformator dari tahun 2019 dibandingkan tahun 2020. Sedangkan dari sisi finansialnya dapat menghemat biaya pemulihan gangguan (cost recovery) sebesar Rp.172.260.060 dan meminimalisasi energi listrik yang tidak tersalurkan (ENS) sebesar 43.973 kWh atau setara Rp 64.904.135.