Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Booklet handout to improve glycemic control in type-2-DM patients and comparison with other models Daniek Viviandhari; Nora Wulandari; Nur Rahmi
Pharmaciana Vol 11, No 1 (2021): Pharmaciana
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.389 KB) | DOI: 10.12928/pharmaciana.v11i1.17511

Abstract

Non-adherence is still a major issue in the management of diabetes in Indonesia which leads to complication problems. Medication adherence in diabetes mellitus is related to better glycemic control, better control of risk factors, lower risk of hospitalization, lower health care cost, and lower risk of mortality. Many educational models are applied to achieve the patient's glycemic control. There were two research purposes in this study. The first one was to determine the booklet handout's effectiveness in improving glycemic control in type-2 diabetes mellitus patients in Malaka Jaya Primary Healthcare Centre, Jakarta. The second aim was to compare two different educational models, which were done simultaneously at Pondok Kelapa Primary Healthcare Centre and Duren Sawit Primary Healthcare Centre. A quasi-experimental study design was applied in these prospective studies. A total of 30 patients met the inclusion criteria. The intervention was a booklet handout that was given and presented to the respondent once every month for three months. The parameter used was the A1C (glycated hemoglobin). For patients exposed to booklet handout, 20.0% of them had the A1C level <6.5% initially, then the A1C level <6.5% significantly increased to 73.34% (p=0.005). For patients who were given public counseling, the number of respondents who had the A1C level <6.5% was 16.7%, then the A1C percentage rose to 76.7% (p=0.005). Meanwhile, for patients who were educated with video, the A1C level <6.5% was 6.67% initially, then the A1C level <6.5% increased significantly to 90.0% (p=0.005) in 12 weeks after the intervention. Either booklet handout, public counseling, or video are effective to improve glycemic control in type-2 diabetes mellitus patients.    
Pemberdayaan Masyarakat melalui Edukasi Pola Makan untuk Pencegahan Diabetes Melitus dan Pelatihan Pembuatan Bolu Kukus Kabocha Daniek Viviandhari; Maifitrianti Maifitrianti; Lusi Putri Dwita
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 5 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.952 KB) | DOI: 10.30653/002.202052.286

Abstract

COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH DIETARY HABIT EDUCATION FOR TYPE 2 DIABETES MELLITUS PREVENTION AND TRAINING OF KABOCHA STEAM CAKE PRODUCT. Riskesdas 2018 data showed that Jakarta was ranked first as the city with the highest prevalence of diabetes mellitus in Indonesia. A high calories and saturated fat diet but lack of physical activity is thought to be a major cause of Jakarta's population at high risk of developing diabetes mellitus. At present the Jakarta population's awareness of a healthy lifestyle is still low. This community service activity aimed to increase PKK's member knowledge of good dietary arrangements and to provide skills to PKK RT 010 RW 005 Malaka Sari Districts, East Jakarta on the making of kabocha steamed cake, with the hope of increasing the economic value of kabocha. In this activity, interactive counseling and demonstration methods were used. The evaluation results from the community service activities showed that participants experienced an improvement in the BMI score, this was supported by data that 80% of participants had adopted a healthy diet. In addition, there was an increase in participants' knowledge about kabocha, diabetes mellitus, and good dietary arrangements to prevent diabetes mellitus. All participants felt their knowledge about the efficacy of kabocha increased, considered the training to be a useful activity, and was also interested in making kabocha steamed cake. Most of the participants were interested in making kabocha steamed cake as a business opportunity to improve the family's economy.
Pembuatan Sirup Jahe Merah dan Pemafaatannya dalam Kesehatan Lusi Putri Dwita; Maifitrianti Maifitrianti; Daniek Viviandhari
Jurnal SOLMA Vol. 8 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.831 KB) | DOI: 10.29405/solma.v8i1.3080

Abstract

Pengurus Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pondok Bambu, Jakarta timur,memiliki anggota dengan rentang usia berkisar 30 hingga 70 tahun. Beberapa waktu yang lalu pernah diadakan pelatihan penanaman jahe oleh pihak lain di lingkungan RPTRA Pondok Bambu, namun tidak ada tindak lanjut dari kegiatan tersebut, sehingga tanaman jahe tidak terawat dengan baik. Anggota PKK ini sudah terbiasa memanfaatkan obat tradisional jahe untuk menjaga kesehatan, namun pengolahannya baru sebatas pengetahuan secara turun-temurun. Sebagai pendidik dan praktisi di bidang farmasi, maka kami merasa memiliki kewajiban untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan terkait cara pengolahan dan pemanfaatan jahe untuk kesehatan secara benar. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota PKK tentang jahe, meningkatkan keterampilan dalam mengolah jahe menjadi produk sirup dengan harapan dapat meningkatkan kesehatan serta dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk menjalankan usaha pembuatan sirup agar dapat meningkat perekonomian warga. Kegiatan ini dilaksanan di RPTRA Pondok Bambu Berseri. Pada kegiatan ini digunakan metode penyuluhan interaktif dan demonstrasi. Hasil evaluasi dari kegitan menunjukkan peningkatan pengetahuan ibu-ibu PKK ini terkat cara pengolahan sirup jahe dan secara langsung merasakan manfaat jahe.
Pelatihan Swamedikasi Penyakit Saluran Nafas Dengan Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) Daniek Viviandhari; Maifitrianti; Nurhasnah
Jurnal Pengabdian Nasional (JPN) Indonesia Vol. 3 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) AMIK Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35870/jpni.v3i2.77

Abstract

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2019-2021 persentase penduduk yang mengobati sendiri selama sebulan terakhir di Jawa Barat tergolong tinggi, persentasenya mengalami peningkatan dari 73,32% di tahun 2019 menjadi 88,28% di tahun 2021, bahkan lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta yang persentasenya 85,69%. Survei pendahuluan pada warga RT 005/ RW 013 Desa Pasir Angin, Cileungsi, Jawa Barat menunjukkan bahwa 86% warga melakukan swamedikasi terutama untuk mengatasi gangguan saluran nafas. 65,1% dari warga yang melakukan swamedikasi menyimpan obat sisa hingga tanggal kadaluarsa. Tingginya persentase perilaku menyimpan obat sisa menimbulkan risiko penggunaan obat yang salah atau penyalahgunaan, atau risiko kadaluarsa. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman warga mengenai swamedikasi yang tepat belum memadai. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman warga mengenai swamedikasi dan melatih warga dalam melakukan swamedikasi dengan tepat terkait obat-obatan gangguan saluran nafas serta agar warga mengetahui kandungan obat dengan efek farmakologi tertentu yang diukur dengan kuesioner. Metode yang digunakan pada pengabdian ini adalah pelatihan dan penyuluhan menggunakan model CBIA. Sebanyak 27 peserta diberikan edukasi terlebih dahulu mengenai penyakit dan terapi pada penyakit gangguan saluran nafas, kemudian dilakukan pelatihan dengan metode interaktif melalui pengisian lembar kerja. Evaluasi kegiatan dilakukan menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan dan pengisian lembar kerja. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat peningkatan signifikan nilai rata-rata pengetahuan peserta mengenai swamedikasi sebesar 26,30% (p=0,01). Peserta juga mampu mengidentifikasi informasi-informasi penting yang terdapat dalam kemasan obat. Edukasi tentang swamedikasi dapat meningkatkan wawasan peserta. Pelatihan swamedikasi mampu meningkatkan kemampuan peserta dalam memutuskan penggunaan obat dalam swamedikasi.
Potentially Inappropriate Medication (PIMs) Identification Using 2019 Beers Criteria at a Secondary Referral Hospital in Jakarta Nurhasnah Nurhasnah; Daniek Viviandhari; Riska Nur Sakinah; Desi Wulandari
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 12, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.71246

Abstract

Drug information about Potentially Inappropriate Medications (PIMs) for elderly inpatients based on Beers 2019 is still limited in Indonesia. This study aimed to identify the incidence of PIMs using the 2019 Beers criteria in elderly patients and determine the factors associated with the incidence of PIMs. This research was observational with a cross-sectional approach. Data collection was carried out in the medical records section of a secondary referral hospital in Jakarta during August and September 2019. The number of samples was calculated using a sample size calculator, and data were obtained from the medical records of inpatients for the period January 2018-December 2018. The sampling of medical records was conducted with a non-probability sample with a purposive sampling technique. Inclusion criteria were medical records of inpatients aged 60 years or older. The exclusion criteria were patient medical records with incomplete data. The Beers 2019 criteria were used to identify PIMs. The results showed that from 325 medical records analyzed, PIMs were found in 122 (37.5%) elderly patients with a total incidence of 181 PIMs. Furosemide (25.4%) was the most common PIMs, followed by spironolactone (18.2%) and ranitidine (16%). The use of 10 medicines or more p<0.001, OR 4.26 95%CI (2.4-7.5) and a length of stay more than five days p=0.043 OR 1.65 95%CI (1.0- 2,6) was associated with a higher incidence of PIMs. However, age, gender, and the number of diagnoses were not significantly related to the incidence of PIMs. Health workers are advised to check serum creatinine in all hospitalized elderly patients and minimize the number of drugs used.
Pelatihan Swamedikasi Penyakit Saluran Nafas Dengan Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) Daniek Viviandhari; Maifitrianti; Nurhasnah
Jurnal Pengabdian Nasional (JPN) Indonesia Vol. 3 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STMIK Indonesia Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35870/jpni.v3i2.77

Abstract

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2019-2021 persentase penduduk yang mengobati sendiri selama sebulan terakhir di Jawa Barat tergolong tinggi, persentasenya mengalami peningkatan dari 73,32% di tahun 2019 menjadi 88,28% di tahun 2021, bahkan lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta yang persentasenya 85,69%. Survei pendahuluan pada warga RT 005/ RW 013 Desa Pasir Angin, Cileungsi, Jawa Barat menunjukkan bahwa 86% warga melakukan swamedikasi terutama untuk mengatasi gangguan saluran nafas. 65,1% dari warga yang melakukan swamedikasi menyimpan obat sisa hingga tanggal kadaluarsa. Tingginya persentase perilaku menyimpan obat sisa menimbulkan risiko penggunaan obat yang salah atau penyalahgunaan, atau risiko kadaluarsa. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman warga mengenai swamedikasi yang tepat belum memadai. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman warga mengenai swamedikasi dan melatih warga dalam melakukan swamedikasi dengan tepat terkait obat-obatan gangguan saluran nafas serta agar warga mengetahui kandungan obat dengan efek farmakologi tertentu yang diukur dengan kuesioner. Metode yang digunakan pada pengabdian ini adalah pelatihan dan penyuluhan menggunakan model CBIA. Sebanyak 27 peserta diberikan edukasi terlebih dahulu mengenai penyakit dan terapi pada penyakit gangguan saluran nafas, kemudian dilakukan pelatihan dengan metode interaktif melalui pengisian lembar kerja. Evaluasi kegiatan dilakukan menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan dan pengisian lembar kerja. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat peningkatan signifikan nilai rata-rata pengetahuan peserta mengenai swamedikasi sebesar 26,30% (p=0,01). Peserta juga mampu mengidentifikasi informasi-informasi penting yang terdapat dalam kemasan obat. Edukasi tentang swamedikasi dapat meningkatkan wawasan peserta. Pelatihan swamedikasi mampu meningkatkan kemampuan peserta dalam memutuskan penggunaan obat dalam swamedikasi.