KMS M Amin Fauzi
Universitas Negeri Medan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBEDAAN SELF CONFIDENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Chairi Mutia Lubis; Waminton Rajagukguk; KMS M Amin Fauzi
PARADIKMA: JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Vol 12, No 1 (2019): PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Publisher : Study Program of Mathematics Education of Unimed Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/paradikma.v12i1.22950

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Self  Confidence siswa yang diajarkan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah lebih tinggi dari Pendidikan Matematika Realistik, (2) Interaksi antara model pembelajaran (pendidikan matematika realistik dan pembelajaran berbasis masalah) dengan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap self confidence siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Susu dan sampel penelitian ini adalah kelas kelas X IA2 dan X IA4. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, uji t dan analisis varian (ANAVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Self Confidence siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah tidak lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran pendidikan matematika realistik. Rata-rata skor Self confidence seluruh indikator pada kelas pembelajaran pendidikan matematika realistik tidak jauh berbeda dengan pembelajaran berbasis masalah. Pada indikator 1 yaitu percaya pada kemampuan diri sendiri, rata-rata skor kelas PMR adalah 25,27 dan untuk kelas PBM adalah 25,97. Pada indikator 2 yaitu bertindak mandiri mengambil keputusan, rata-rata skor kelas PMR adalah 25,33 dan untuk kelas PBM 26,00. Pada indikator 3 yaitu memiliki konsep diri, rata-rata skor kelas PMR adalah 25,53 dan untuk kelas PBM adalah 25,90. Pada indikator 4 yaitu berani mengemukakan pendapat, rata-rata skor kelas PMR adalah 24,40 dan untuk kelas PBM adalah 24,77.  (2). Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan KAM siswa terhadap Self Confidence siswa. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyatakan bahwa pembelajaran pendidikan matematika realistik dan pembelajaran berbasis masalah, kedua model pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan self confidence siswa dimana kedua model pembelajaran tersebut kedua-duanya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiriKata Kunci: PMR, PBM, dan Self Confidence
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DAN PROBLEM POSING DI KELAS VIII SMPN 2 TARUTUNG Reynold . Pasaribu; Kms M Amin Fauzi
INSPIRATIF : JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Vol 5, No 1 (2019): Inspiratif : Jurnal Pendidikan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpmi.v5i1.13539

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan komunikasi  matematis siswa yang diajar dengan pendekatan Open-Ended dan Problem Posing di kelas VIII SMP  pada topik Teorema Phytagoras. Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi eksperiment).Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah seluruh siswa 195 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikrandomsampling. Maka terpilihlah kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen I yang berjumlah 32 siswa dan kelas VIII-E sebagai kelas eksperimen 2 yang berjumlah 32 siswa.Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk tes uraian sebanyak 5 soal pretest dan 5 soal posttest yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Instrument tes tersebut sebelumnya di validasi oleh empat validator yang terdiri dari 2 orang dosen matematika, 1 orang guru matematika, dan 32 orang siswa kelas IX-A dan telah dinyatakan valid.Dari hasil penelitian setelah diberi perlakuan selama dua kali pertemuan, yaitu pada kelas eksperimen 1 dengan pendekatan Open-Ended diperoleh nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 46,25806 dan kelas eksperimen II dengan pendekatan Problem posing sebesar 42,58064. Hasil uji t dua arah dengan dk = 62 dan diperoleh bahwa -thitung< -ttabel atau ttabel > ttabel dengan dk=62 yaitu  atau yang berarti  ditolak dan  diterima. Dalam hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pendekatan Open-Ended dan Problem Posing,. Kata kunci : Kemampuan Komunkasi Matematis, Pendekatan Open-Ended, Pendekatan Problem Posing ABSTRACT This study aims to examine differences in students' mathematical communication skills taught by Open-Ended approach and Problem Posing in Grade VIII SMP on the topic of Phytagoras Theorem. This research is a quasi experiment (quasi experiment). The population in this study is class VIII consisting of 6 classes with the total number of students 195 students. Sampling was done by random sampling technique. So elected class VIII-A as experiment class I which amounted to 32 students and class VIII-E as experiment class 2 which amounted to 32 students. This study uses the instrument in the form of a description test of 5 pretest questions and 5 posttest questions used to measure students' mathematical communication skills. The test instrument was previously validated by four validators consisting of 2 lecturers of mathematics, 1 mathematics teacher, and 32 students of class IX-A and has been declared valid. From the result of the research after being treated for two meetings, the experimental class 1 with the Open-Ended approach obtained the average value of students' mathematical communication ability of 46.25806 and the second experimental class with Problem Posing approach of 42,58064. Result of two-way t test with dk = 62 and α = 0,05 obtained that –tcount<–t table or tcount>t table with dk = 62 that is -2,153323 <-2,0006667 or 2,153323> 2,0006667 which means H0 rejected and Ha accepted. In this case there is a difference in the ability of students' mathematical communication taught with Open-Ended approach and Problem Posing. Keywords: Mathematical Communication Skill, Open-Ended Approach,Posing Problem    Approach
Lintasan Level Berpikir Kreatif Topik Lingkaran dengan Pendekatan Metakognitif pada Mahasiswa Pendidikan Matematika Kms M Amin Fauzi; Anin Saraswati Azhari
Jurnal Pendidikan Matematika Vol 13, No 1 (2022): Edisi Januari 2022
Publisher : Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Halu Oleo,

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpm.v13i1.24202

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa dengan penerapan pendekatan metakognitif, (2) untuk mengetahui tahapan proses berpikir kreatif matematis dan pengetahuan kognitif mahasiswa dan (3) untuk menemukan lintasan berpikir kreatif matematis mahasiswa melalui penerapan pendekatan metakognitif berdasarkan persfektif teori. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development research). Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika yang berjumlah 50 mahasiswa dalam dua kelas A dan B. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pilot experiment (uji coba 1) pada kelas A terdiri dari 8 mahasiswa, kemudian teaching experiment (uji coba 2) pada kelas B terdiri dari 42 mahasiswa. Hasil penelitian ini menemukan: (1) kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa pada soal nomor 1, 2, 5 dalam kategori rendah, sedangkan pada soal nomor 3 dan 4 dalam kategori tinggi. (2) pada aktivitas 1, 2, 3, 5, tahapan proses berpikir kreatif dalam kategori tinggi, pada aktivitas 4, dengan level berpikir kreatif 4 dengan kriteria sangat kreatif berkarakteristik fluency, flexibility, originality dan elaboration. Memiliki level 4 metakognitif yakni reflective use, tahapan proses berpikir kreatif adalah kategori tinggi. (3) hypothetical learning trajectory telah diimplementasikan dalam penelitian ini menjadi lintasan belajar yang dapat membantu mahasiswa memahami materi lingkaran.