Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ROHINGYA REFUGEES IN INDONESIA: THE DYNAMICS OF STATELESSNESS AND THE VIEWS OF LOCAL PEOPLE Irwansyah Irwansyah; Al'asyari Al'asyari; Rholand Muary
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Vol 13, No 2 (2021): JUPIIS (JURNAL PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL) DECEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jupiis.v13i2.28340

Abstract

Rohingya refugees who are experiencing a crisis due to the genocide in Myanmar have attracted international attention. The existence of the Rohinghya as an ethno-religious minority group was officially discriminated against which led to forced expulsion by the Myanmar government in 1982 with the issuance of the citizenship law which stated that Rohingya citizenship was denied or not recognized as one of the official ethnicities in Myanmar. So, the Rohingya were forced to flee their country to other countries, including Indonesia. This paper aims to determine the dynamics of Rohingya Muslims while in Indonesia. Using qualitative research methods by conducting observations, interviews and data analysis. The results of this study indicate that the Rohingya ethnicity in Indonesia as stateless (without citizenship) undergoes a process of acculturation, marriage with local Indonesian citizens (WNI), and developing survival strategies because some have lived in Indonesia for more than eight years. In conclusion, the Rohingya ethnicity while in Indonesia experienced conditions of uncertainty in their lives because they did not have citizenship status and hoped to be sent to a third country by UNHCR. Indonesian people accept Rohingya Muslims to stay in Indonesia temporarily because there is a common Islamic identity and in the name of humanity.
Mandadang: Kearifan Lokal Masyarakat Batak untuk Perempuan Pasca Melahirkan Rholand Muary; Feriel Amelia Sembiring
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 8, No 1 (2022): Anthropos Juli
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v8i1.32150

Abstract

Indonesia merupakan negara yang majemuk atau beraneka ragam suku, bangsa dan agamanya. Keanekaragaman suku, bangsa dan agama ini berpengaruh akan banyaknya variasi budaya. Salah satunya adat istiadat pada suku Batak di kabupaten simalungun yaitu tradisi Mandadang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses rangkaian tradisi Mandadang sebagai cara untuk mengeringkan atau penghangatan setelah melahirkan. Subjek dalam penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, cara pengumpulan data dengan observasi partisipasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan cara melakukan mandadang dengan mendekatkan badan ibu dengan kayu bakar pada tungku masak atau api unggun berjarak 1-2 m. Masyarakat batak melakukan ini karena, beberapa wilayah yang ditempatinya memiliki suhu rendah serta banyaknya darah yang dikeluarkan menyebabkan tubuh menjadi dingin. Budaya ini dilakukan menyerupai inkubator tetapi versi zaman dulu namun lebih ekonomis serta dipercaya dapat mempercepat kesembuhan perempuan pasca melahirkan yang sudah turun temurun dipraktikkan. Mandadang dilakukan selama 1 bulan, karena perkembangan zaman berkurang menjadi 1 minggu. Indonesia is a country that is diverse or diverse in terms of ethnicity, nation and religion. This diversity of tribes, nations and religions will affect the number of cultural variations. One of the customs of the Batak tribe in Simalungun Regency is the Mandadang tradition. This study aims to describe the process of a series of mandadang traditions as a way to dry or warm up after giving birth. Subjects in the study are individuals in this case women who have performed postnatal care, objects or organisms needed in collecting research data. In this study using qualitative methods, data collection methods with participatory observation, and in-depth interviews. The results showed how to do mandadang by bringing the mother's body closer to firewood on a cooking stove or bonfire 1-2 m apart. The Batak people carry out this tradition on post-natal women to increase blood flow to all body tissues and reduce or even eliminate the sensation of pain in the body after giving birth. Due to the low geographical area, which certainly has a low temperature and the amount of blood released, the body becomes cold. This culture is carried out like an incubator but the ancient version is more economical and is believed to speed up the recovery of women after giving birth which has been practiced for generations. Mandadang is carried out for a month, because the development of the times is reduced to a week.
Penguatan Moderasi Beragama bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama dan Tokoh lintas Agama di Sumatera Utara Rholand Muary
Pelita Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2022): Pelita Masyarakat, September
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/pelitamasyarakat.v4i1.7748

Abstract

The purpose of this service is to strengthen religious moderation for the Ministry of Religion's State Civil Apparatus (ASN) and interfaith leaders. The method in this implementation is by training for 24 hours from 27-30 June 2022 at the Woong Ramee Hotel Serdang Bedagai. The results of this training activity produced 50 people as pioneers of religious moderation who would implement the values of religious moderation in their respective work environments. Religious moderation was initiated by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia as a response to the growing understanding of extremism, intolerant behavior and terrorism that can lead to national disintegration. As for the indicators in religious moderation, namely, first, national commitment where acceptance of the principles of the nation and state are contained in the 1945 constitution, second, tolerance, namely respecting differences and providing space for others to believe, express beliefs and express opinions, third, namely non-violence rejects the actions of a certain person or group using violent means, both physically and verbally in carrying out the desired changes and finally accepting the tradition in a friendly manner in line with religious behavior that does not conflict with the main teachings. The conclusion of this training is that it is hoped that ASN and interfaith leaders can ground the values of religious moderation in society.
KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM MENGKAMPANYEKAN PROTOKOL KESEHATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI DINAS KESEHATAN PASAMAN BARAT Arianto Arianto; Muhammad Alfikri; Rholand Muary
SIBATIK JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, dan Pendidikan Vol. 1 No. 11 (2022): October
Publisher : Lafadz Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/sibatik.v1i11.403

Abstract

Virus COVID-19 mulai masuk dan berkembang di Indonesia diperkirakan sejak bulan Januari 2020. Pemerintah bergerak cepat untuk mengatasi masalah ini dengan membuat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pertama di bulan Juni 2020, guna membantu masyarakat agar dapat menjaga dan melakukan protokol kesehatan di tempat umum. Kemudian Dinas Kesehatan Pasaman Barat Membentuk tim untuk pencegahan covid 19 ini. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, serta menggunakan komunikasi persuasif dalam mengkampanyekan protokol keseahatan sesuai dengan konsep perancangan. Kemudian pendekatan yang dibentuk adalah pendekatan secara persuasif agar dapat mendorong seluruh masyarakat Pasaman Barat untuk tetap menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak selama pandemi covid 19. Hasil dari penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Pasaman Barat dalam mengkampayekan protokol Kesehatan, menggunakan spanduk, pamplet, baliho, serta poster poster yang dibagikan ke masyarakat, yang bertujuan agar msyarakat tetap sehat denga menggunakan masker, mencuci tangan, serta mengikuti karantina apa bila baru masuk ke wilayah Pasaman Barat.
TAHFIDZ AL QURAN CLASS: RELIGION COMMODIFICATION AND POPULAR CULTURE IN MUSLIM MIDDLE CLASS Rholand Muary; Puteri Atikah
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10097

Abstract

The purpose of this study was to learn about the practice of religion commodification in the Al-Quran tahfidz program, as well as the strategies used to capture the middle-class Islamic market. The study was carried out in North Sumatra Province, specifically in Medan and the Deli Serdang. This study conducted in three schools are the Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyah (YPSA), Rumah Tahfidz al Irsyad, and the Markaz Tahfiz Ali Syamsi. The research method used is a qualitative research method, which researchers believe is capable of exploring and describing data about the practice of religion commodification and marketing strategies in the Al-Quran tahfidz program. According to this study, a new Islamic middle class group emerged in post-New Order Indonesia. The emergence of a new Muslim middle class has resulted in a consumption pattern that differs from that of previous generations. They want to enjoy modernity while maintaining their Muslim piety. Capitalism responds well to this circumstance, resulting in the commodification of religion. Finally, the Islamic middle class's consumption pattern is currently a culture of including children in the Al-Quran tahfidz program. This culture paved the way for the establishment of Al-Quran tahfidz educational institutions. This consumption pattern is inextricably linked to the role of popular culture in the mass media in the creation of Islamic popular culture.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui praktek komodofikasi agama pada program tahfidz Al Quran dan strategi yang digunakan untuk merebut pasar kelompok Islam menengah. Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Adapun tiga fokus lokasi penelitian ini antara lain Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyah (YPSA), Rumah Tahfidz al Irsyad, serta Markaz Tahfiz Ali Syamsi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif yang dianggap peneliti bisa menggali dan mendeskripsikan data tentang praktek komodifikasi agama dan strategi pemasaran  dalam program tahfidz Al Quran. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa muncul kelompok kelas menengah Islam baru di Indonesia pasca Orde Baru. Kemunculan kelas menengah Muslim baru ini memiliki pola konsumsi yang relative berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka ingin menikmati moderenitas, tapi tanpa meninggalkan kesalehannya sebagai seorang Muslim. Kondisi inilah yang direspon dengan baik oleh kapitalisme sehingga melahirkan komodifikasi agama. Kesimpulannya pola konsumsi kelas menengah Islam ini saat ini budaya mengikutsertakan anak dalam program tahfidz Al Quran. Budaya ini kemudian membuka peluang akan munculnya lembaga pendidikan tahfidz Al Quran. Pola konsumsi ini tidak lepas dari peran budaya popular di media massa yang menciptakan budaya popular Islam.
Pengembangan Potensi Generasi Muda Terkait Tradisi Budaya Lokal Sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kkn Di Nagori Dolok Mainu Fazli Abdillah; Farhan Manurung; Alvi Natzmi; Novita Hannum Harahap; Rholand Muary
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 3 No. 2 (2023): Journal Of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v3i2.246

Abstract

Pengembangan potensi generasi muda yang terkait dengan tradisi budaya lokal telah mendapatkan perhatian yang semakin besar sebagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka ini, program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagori Dolok Mainu telah diinisiasi dengan tujuan mengintegrasikan upaya pelestarian tradisi budaya lokal dengan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana program KKN dapat menjadi alat untuk menggerakkan pengembangan potensi generasi muda dan pelestarian tradisi budaya lokal dalam konteks Nagori Dolok Mainu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Data-data tersebut kemudian dianalisis melalui proses yang sistematis untuk mengidentifikasi dampak dari program KKN terhadap pengembangan potensi generasi muda terkait tradisi budaya lokal dan dampaknya terhadap pemberdayaan masyarakat di Nagori Dolok Mainu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program KKN telah berhasil menciptakan platform yang efektif bagi generasi muda untuk terlibat secara aktif dalam pelestarian tradisi budaya lokal. Melalui interaksi langsung dengan masyarakat setempat, mahasiswa KKN telah mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan praktik-tradiksi yang membentuk identitas Nagori Dolok Mainu. Di samping itu, Pengembangan potensi generasi muda ini juga berdampak langsung pada pemberdayaan masyarakat. Melalui upaya pelestarian budaya, masyarakat merasa lebih bangga akan warisan budaya mereka dan merasa termotivasi untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan Nagori Dolok Mainu. Dengan adanya partisipasi aktif generasi muda dalam menginisiasi proyek-proyek lokal dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya, masyarakat telah merasakan peningkatan dalam kualitas hidup dan hubungan sosial di lingkungan mereka.