Deddy Kurniawan Wikanta
Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang Jl. Prof Sudarto SH, Pedalangan Tembalang, Semarang 50239

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGANEKARAGAMAN PRODUK GULA KELAPA MENJADI GULA SEMUT DENGAN PENGEMASAN SEBAGAI PRODUK PARIWISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN Deddy Kurniawan Wikanta
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2011): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2 2011
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri gula kelapa  di desa Borobudur, merupakan industri yang telah diusahakan sejak lama,  akan tetapi sampai saat ini belum ada pengembangan produk, sehingga orang mengkonsumsi hanya sebatas  kebutuhan dapur, dan hanya dipasarkan di sekitar Borobudur pada pasar-pasar tradisional. Pemasaran di sekitar Borobudur ramai pada saat-saat tertentu yakni pada musim libur, namun hanya sedikit pelancong yang membeli gula kelapa sebagai buah tangan, disebabkan bentuk yang masih tradisional serta cara pemasaran yang kurang menarik konsumen. Permintaan gula kristal yang cukup potensial adalah dari hote-hotel disekitar Borobudur, kedai jamu, dan pusat oleh-oleh, selama ini hanya bisa memenuhi permintaan 30% nya, disebabkan peralatan yang masih tradisional (mengaduk dengan kayu dan menggerus dengan tempurung kelapa) untuk produksi gula semut, hal ini yang menyebabkan pengrajin gula kelapa hanya senang membuat gula cetak, karena prosesnya lebih mudah, walaupun harga jual gula kelapa lebih rendah dibanding gula semut.  Gula semut yang dihasilkan kualitasnya tidak stabil bahkan sering terjadi kegagalan proses produksi, hal ini disebabkan teknologi yang masih tradisional dan tidak terukur. Harga gula kelapa  di desa Borobudur  saat ini lebih murah dibandingkan di daerah lain tetapi sering mengalami kerugian karena kemasan yang tidak baik, yakni gula menjadi lembek karena sifat higroskopisnya. Maka dilakukan inovasi produk menjadi gula semut. Gula semut yang diproduksi harganya jauh lebih murah, kemasan menarik dan kualitas gulanya jauh bagus dibanding gula kelapa. Apabila produk dalam bentuk gula semut penjualan tidak tergantung hari pasaran, karena setiap saat hotel-hotel, kedai jamu sebagai konsumen, pusat penjualan buah tangan, mau menerima produk gula semut, sehingga relatif tidak ada penurunan harga jual, karena kerusakan produk. Mengingat hal diatas, diperlukan  alat pengkristal untuk  menghasilkan gula kelapa dalam bentuk kristal kecil-kecil (gula semut) yang mudah dioperasikan secara kontinyu dan produknya mudah dikonsumsi serta dikemas secara artistik dan menarik,  mempunyai umur simpan panjang, dapat dipasarkan  menjadi produk pariwisata, diharapkan dapat memperluas konsumen dan akan menaikkan harga jual produk. Kata kunci: gula semut-kristaliser-meningkatkan pendapatan
OPTIMASI PRODUKSI IKAN LEMURU (SARDINELLA LONGICEPS) TINGGI ASAM LEMAK OMEGA-3 DENGAN PROSES FERMENTASI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT Fahmi Arifan; Deddy Kurniawan Wikanta
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2011): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2 2011
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Fermentasi merupakan salah satu cara  pengawetan ikan yang cukup penting, dengan cara ini diperoleh produk-produk yang digemari oleh sebagian masyarakat  karena flavor dan aromanya yang khas. Pada proses fermentasi  ikan bergaram, yang berperan  sebagai faktor  pengawet bukan hanya garam tetapi juga asam-asam dan senyawa-senyawa lain  yang dihasilkan oleh mikroba yang melakukan fermentasi. Ikan lemuru mengandung asam lemak omega -3, yang merupakan asam lemak esensial, namun produk ikan lemuru mudah rusak, disebabkan oleh aktivitas mikrobiologis dan autolisis,. Proses  fermentasi dengan menggunakan kultur bakteri asam laktat (BAL) yang dikombinasikan dengan  3% NaCl dan Na asetat dapat mencegah kerusakan lemak pada ikan. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metoda Tiobarbituricacid (TBA), sampai umur simpan 48 jam harga TBA control (tanpa pengawetan) 4,56 mgr/100gr, untuk pengawetan dengan BAL saja 1,8 mgr/100gr, untuk  pengawetan dengan kombinasi BAL dengan 3%NaCl dan Na asetat  0,75 mgr/100gr. Standar ikan yang masih dapat dikonsumsi  nilai TBA :3-4 mgr/100gr. Indeks kesegaran ikan, diukur dengan kadar TMA standar sebesar  17,48-19,57 Untuk usia siman sampai 48 jam tingkat kesegaran ikan pada control (tanpa pengawetan) sudah tidak memenuhi standar, yaitu sebesar 18,8 % mgr N, sedangkan ikan yang difermentasi denganBAL sebesar 8,1 mgrN/100gr dan Kombinasi BAL,Na-asetat dan NaCl sebesar 7 mg N/100gr. Pada pengujian organoleptik yang meliputi tektur, kenampakan dan bau didapatkan hasil sebagai berikut :   sampai umur simpan 48 jam pada kontrol sudah mengalami kerusakan tekstur , tidak segar dan berbau, sedangkan pada fermentasi dengan BAL maupun kombinasi BAL NaCl dan Na asetat pada masa simpan 48 jam tektur, masih kenyal, kenampakan dan bau masih segar. Kata kunci : Fermentasi dengan Bakteri asam laktat – kualitas ikan yang dihasilkan