Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Profil Lipid pada Fase Akut Demam Berdarah Dengue Sari Mulia; Yulia Iriani; Zarkasih Anwar; Theodorus Theodorus
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lipid dan lipoprotein bisa menjadi penentu derajat manifestasi infeksi dengue pada fase awal. Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai faktor tersebut, namun hasilnya masih kontroversi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profil lipid dengan DBD.Suatu case-control study yang dilakukan dari bulan Maret-September 2011 di tiga rumah sakit dan satu puskesmas di Palembang. Kelompok kasus adalah subjek dengan DBD, dan kontrol adalah subjek non DBD (jumlah dua kali kasus) yang disesuaikan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sampel darah diambil pada hari ketiga demam. Analisis data menggunakan T-test, uji ANOVA atau Kruskal Wallis, chi-squared atau Fisher, dan analisis korelasi Pearson. Analisis bivariat menggunakan SPSS 18.Sebanyak 54 subjek yang terdiri dari 18 subjek DBD sebagai kelompok kasus, dan masing-masing 18 subjek DD dan OFI sebagai kelompok kontrol. Rerata trigliserid pada infeksi dengue  lebih tinggi dibanding non dengue, sedangkan rerata kolesterol, HDL dan LDL pada DBD lebih rendah dibanding non DBD. Terdapat perbedaan bermakna rerata trigliserid (p: 0,041; Kruskal Wallis) dan kolesterol (p:0,013; ANOVA). Uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara kadar lipid dengan manifestasi DBD. Terdapat hubungan yang bermakna antara penurunan kolesterol (OR: 2,227; p: 0,041; Fisher) dan HDL (OR: 3,250; p: 0,003; chi-squared) dengan risiko terjadinya DBD pada kelompok DBD dan OFI, dan terdapat hubungan yang bermakna antara penurunan HDL dengan risiko DBD pada kelompok DBD dan non DBD (OR: 2,600; p:0,043; Fisher).Perubahan kadar lipid merupakan faktor risiko manifestasi DBD.     Kata kunci: profil lipid, DBD, DD, OFI, penelitian case-control
Kadar Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α )Sebagai Prediktor Demam Berdarah Dengue Pada Hari Ketiga Myrna Alia; Yulia Iriani; Zarkasih Anwar; Theodorus Theodorus
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2701

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) pada  fase awal sakit memiliki gejala yang tidak khas dan mirip dengan demam dengue (DD) atau demam karena infeksi lain (other febrile illness/OFI). Adanya perembesan plasma merupakan penanda DBD yang terjadi setelah fase awal ini. TNF-α merupakan salah satu sitokin yang berperan dalam mekanisme perembesan plasma pada DBD. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara TNF-α  dengan DBD. Penelitian ini merupakan suatu case control yang dilakukan pada bulan Maret-September 2011 pada RS Moh Hoesin, RSUD Palembang Bari dan RS Muhammadiyah Palembang dan Puskesmas Pembina. Kelompok kasus terdiri dari subjek dengan DBD dan kelompok kontrol subjek non DBD (DD dan OFI) sebanyak dua kali lipat yang dimatching menurut usia dan jenis kelamin. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan TNF-α dilakukan pada hari ke tiga demam. Sebanyak 54 subjek yang terdiri dari 18 subjek dengan DBD dikelompokkan sebagai kasus dan masing-masing 18 subjek dengan DD dan OFI sebagai kontrol. Rerata kadar TNF-α pada DBD, DD dan OFI adalah 52,71±22,58 pg/mL,  39,79±9,57 pg/mL dan 35,98±8,07 pg/mL dan uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p=0,002; uji Kruskal-Wallis). Titik potong kadar TNF-α yang optimal adalah 37,6 pg/mL. Uji Fisher menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kadar TNF-α dan DBD dibanding DD (p=0,027;OR=8), OFI (p=0,00;OR=28) dan non DBD/DD+OFI (p=0,00; OR=14,145). Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar TNF-α dan DBD.
Comparison of seroconversion rates between low-dose intradermal and recommended dose intramuscular hepatitis B vaccination in children Sony HA Harsono; Zarkasih Anwar; Nancy Pardede
Paediatrica Indonesiana Vol 43 No 4 (2003): July 2003
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.828 KB) | DOI: 10.14238/pi43.4.2003.140-6

Abstract

Introduction Massive hepatitis B vaccination is expensive. Re-sults of studies showed that reduced dosage given intradermallyto adults and intramuscularly to children were able to induceseroconversion.Objective To compare the anti-HBs seroconversion (seropositiveand seroprotective) rates between intradermal low-dose of 2 mg(ID-2) and intramuscular recommended dose of 10 mg (IM-10)vaccination against hepatitis B.Methods In a randomized clinical trial, using the hepatitis B plasmavaccine, elementary school children in Tanjung Enim subdistrict,80-168 months of age, were randomly assigned to be given threedoses of either the ID-2 (n=59) or IM-10 (n=64) vaccinations atone month intervals. Seropositive (anti HBs titer >2.1 mIU/l) andseroprotective (anti HBs >10 mIU/l) rates as well as the seroposi-tive and seroprotective geometric mean antibody titers (GMTs) werecompared one month after each inoculation. A p value of <0.1was considered statistically significant.Results One month after the third inoculation, there was no sig-nificant difference in the seropositive rate (95% vs. 89%),seroprotective rate (85% vs. 83%), seropositive GMTs (55.85 mIU/l vs. 61.24mIU/l), and seroprotective GMTs (73.86 mIU/l vs. 72.49mIU/l) between the ID-2 and the IM-10 groups (all with p>0.1)Conclusion Reduced doses of the hepatitis B vaccine given in-tradermally may offer protection against hepatitis B, thus it may beuseful for mass vaccination programs