Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

MITIGASI KEBENCANAAN PADA SITUS MASJID RAYA SULTAN RIAU DALAM PELESTARIANNYA : Disaster Mitigation of Masjid Raya Sultan Riau Site and Its Conservation Theodorus Theodorus
Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat 2021: PROSIDING SEMINAR ARKEOLOGI 2020
Publisher : Balai Arkeologi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24164/prosiding.v4i1.29

Abstract

Bencana alam dapat mengancam tinggalan arkeologis di Indonesia seperti Masjid Raya Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini dijadikan salah satu destinasi pariwisata dengan konsep wisata religi, namun saat ini belum ada mitigasi bencana yang maksimal untuk menjaga keselamatan bangunan cagar budaya Masjid Raya Sultan Riau. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui literatur dan jurnal yang ada serta teknik pengumpulan data observasi lapangan Masjid Raya Sultan Riau. Teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis kualitatif dan analisis SWOT. Analisis SWOT menghasilkan beberapa poin penting sebagai upaya mitigasi, yaitu membangun bangunan atau struktur pengamanan di sekitar Pulau Penyengat seperti membangun bangunan penahan ombak, penyediaan pemadam api, serta zonasi. Zonasi pada cagar budaya Masjid Raya Sultan Riau masih tergabung dengan cagar budaya lainnya di Pulau Penyengat sehingga Masjid Raya Sultan Riau perlu melakukan pengembangan mitigasi bencana terutama untuk pelestarian warisan budaya, lingkungan, dan industri pariwisata
Identifikasi spesies nyamuk genus Mansonia dan deteksi molekuler terhadap mikrofilaria/larva cacing Brugia malayi pada nyamuk genus Mansonia Dalilah Dalilah; Chairil Anwar; Theodorus Theodorus; Irsan Saleh
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filariasis merupakan penyakit menular menahun dengan kecacatan seumur hidup yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Daerah endemis filariasis di Indonesia tersebar cukup luas.  Sebanyak 70% kasus ini disebabkan oleh Brugia malayi. Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan termasuk salah satu wilayah endemis filariasis malayi. Pemutusan transmisi vektor merupakan  unsur utama program eliminasi filariasis limfatik sehingga metode deteksi untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva pada nyamuk adalah sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis spesises nyamuk Mansonia sebagai vektor filaria di Banyuasin dan mendeteksi DNA mikrofilaria/larvafilaria Brugia malayi pada tubuh vektor. Penelitian ini merupakan uji laboratoris yang dilaksanakan pada  tiga Rukun Tetangga (RT) di Desa Sungai Rengit Murni yang lokasinya berdekatan dengan sungai/rawa dan pemukiman. Sampel adalah semua nyamuk genus Mansonia betina. Penangkapan dilakukan dengan umpan hewan/sapi yang dimasukkan di dalam kelambu. Identifikasi nyamuk dilakukan di Lokalitbang P2B2 Baturaja dan identifikasi molekuler dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi RSMH Palembang. Populasi nyamuk yang berhasil ditangkap dengan umpan sapi sebanyak 3085 ekor dengan populasi nyamuk dominan berasal dari genus Culex dan Mansonia.Sebanyak tujuh spesies nyamuk genus Mansoniaditemukan yakni : Ma. uniformis, Ma. africana, Ma. indiana, Ma. dives, Ma. annulifera, Ma. annulata dan Ma. Bonneae. Total jumlah nyamuk Mansonia yang didapat berjumlah 906 ekor yang dibagi dalam 50 pool. Pada hasil pemeriksaan laboratorium molekuler didapat hasil tidak munculnya pita di titik 322 bp atau 644 bp yang merupakan rantai DNA dari Brugia malayi. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa ditemukan tujuh spesies nyamuk dari genus Mansonia. Pada uji molekuler tidak ditemukan larva/mikrofilaria. Sebagai saran dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode pemeriksaan molekuler yang lebih spesifik untuk mendeteksi keberadaan mikrofilaria dalam tubuh vektor, memperbanyak jumlah sampel sehingga peluang untuk ditemukannya akan semakin besar.
Hubungan antara overekspresi Vascular Endothelial Growth Factor dengan Er, Pr, Her-2, Ki67 pada subtipe molekular karsinoma payudara invasif tidak spesifik Ellyzar Ellyzar; Henny Sulastri; Krisna Murti; Theodorus Theodorus
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/JKK.V4I1.6092

Abstract

Kanker payudara memiliki perilaku biologik yang sangat heterogen sehingga diperlukan banyak parameter untuk menentukan faktor prognosis, salah satunya adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). VEGF merupakan mitogen pada sel endotel. Overekspresi VEGF pada karsinoma payudara invasif tidak spesifik berhubungan dengan agresivitas sel tumor, metastasis, angka kekambuhan lebih besar serta rendahnya angka kelangsungan hidup secara keseluruhan. Overekspresi VEGF pada tumor payudara juga berkorelasi dengan ekspresi reseptor hormonal, status HER2 dan indeks Ki67. Tujuan penelitian ini mengetahui korelasi antara overekspresi VEGF dengan ER, PR, HER-2 dan Ki67 pada subtipe molekular karsinoma payudara invasif tidak spesifik.  Desain penelitian ini adalah serial kasus, menggunakan sampel 40 penderita karsinoma payudara invasif tidak spesifik, stadium I-IIB yang telah dilakukan pulasan imunohistokimia ER, PR, HER-2, Ki67 dan dikelompokkan berdasarkan subtipe molekular luminal A, B, HER-2 (+) dan basal-like (EGFR +) periode 2014-2015 di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK UNSRI)/RSMH periode 1 januari 2014 hingga 31 desember 2015, kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia dengan menggunakan antibodi anti VEGF-A. Pada hasil ekpresi VEGF ?10% terdapat pada kelompok reseptor estrogen, progesteron dan status Ki67 yang positif yaitu masing-masing sebesar 26%, 24% dan 52,5%, sedangkan pada status HER-2, overekspresi VEGF terdapat pada kelompok HER-2 yang negatif yaitu 62,5%. hasil yang berhubungan dengan overekspresi VEGF adalah reseptor progesteron pada subtipe lumial A (p = 0,035) serta Ki67 (p = 0,006) pada tipe basal-like.Ada kecenderungan perbedaan parameter prognosis karsinoma payudara invasif antara overekspresi VEGF dengan ekspresi ER,PR, HER-2 dan Ki67 pada masing-masing subtipe molekular karsinoma payudara invasif tidak spesifik.
Ketepatan Uji Tubex TF®dalam Mendiagnosis Demam Tifoid Anak pada Demam Hari ke-4 Mimi Marleni; Yulia Iriani; Wisman Tjuandra; Theodorus Theodorus
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manifestasi klinis awal demam tifoid pada anak tidak khas dan bervariasi sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis dini.Diagnosis pasti bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan namun banyak kelemahannya sehingga mulai dianjurkan teknik PCR sebagai baku emas dalam mendiagnosis demam tifoid karena sensitivitas dan spesifisitasnya paling mendekati nilai biakan S.typhi. Tubex TF® merupakan tes aglutinasi kompetitif semikuantitatif untuk mendeteksihanya antibodi IgM terhadap antigen lipopolisakarida O-9 S.typhi yang mulai muncul pada hari ke 3-4 demam sehingga dapat dilakukan sebagai deteksi awal demam tifoid. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ketepatan hasil Tubex TF® dalam mendiagnosis demam tifoid pada anak pada demam hari keempat yang dibandingkan dengan nested-PCR. Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2011 pada RSUP Mohammad Hoesin Palembang. Pengambilan sampel diambil secara consecutive dan sampel darah diambil pada demam hari keempat. Analisa data menggunakan spss 15. Hasil penelitian didapatkan sampel sebanyak 70 subjek. Hasil Tubex TF® dengan nilai 5-10 didapatkan pada 28 subjek dimana 12 subjek (43%) positif uji nested-PCR dan 16 subjek (57%) negatif uji nested-PCR. Sensitivitas dan spesifisitas yang didapatkan adalah 63% dan 69%, nilai duga positif 43% dan nilai duga negatif 83%.Simpulan penelitian ini adalah Tubex TF®tidak dianjurkan untuk digunakan dalam mendiagnosis demam tifoid pada anak pada demam hari ke-4 karena sensitivitas dan spesifisitasnya rendah.     Kata kunci: Tubex TF®, demam tifoid pada anak, uji diagnostik
Profil Lipid pada Fase Akut Demam Berdarah Dengue Sari Mulia; Yulia Iriani; Zarkasih Anwar; Theodorus Theodorus
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lipid dan lipoprotein bisa menjadi penentu derajat manifestasi infeksi dengue pada fase awal. Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai faktor tersebut, namun hasilnya masih kontroversi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profil lipid dengan DBD.Suatu case-control study yang dilakukan dari bulan Maret-September 2011 di tiga rumah sakit dan satu puskesmas di Palembang. Kelompok kasus adalah subjek dengan DBD, dan kontrol adalah subjek non DBD (jumlah dua kali kasus) yang disesuaikan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sampel darah diambil pada hari ketiga demam. Analisis data menggunakan T-test, uji ANOVA atau Kruskal Wallis, chi-squared atau Fisher, dan analisis korelasi Pearson. Analisis bivariat menggunakan SPSS 18.Sebanyak 54 subjek yang terdiri dari 18 subjek DBD sebagai kelompok kasus, dan masing-masing 18 subjek DD dan OFI sebagai kelompok kontrol. Rerata trigliserid pada infeksi dengue  lebih tinggi dibanding non dengue, sedangkan rerata kolesterol, HDL dan LDL pada DBD lebih rendah dibanding non DBD. Terdapat perbedaan bermakna rerata trigliserid (p: 0,041; Kruskal Wallis) dan kolesterol (p:0,013; ANOVA). Uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara kadar lipid dengan manifestasi DBD. Terdapat hubungan yang bermakna antara penurunan kolesterol (OR: 2,227; p: 0,041; Fisher) dan HDL (OR: 3,250; p: 0,003; chi-squared) dengan risiko terjadinya DBD pada kelompok DBD dan OFI, dan terdapat hubungan yang bermakna antara penurunan HDL dengan risiko DBD pada kelompok DBD dan non DBD (OR: 2,600; p:0,043; Fisher).Perubahan kadar lipid merupakan faktor risiko manifestasi DBD.     Kata kunci: profil lipid, DBD, DD, OFI, penelitian case-control
Uji Diagnostik Skoring Centor Modifikasi pada Penderita Faringitis Akut Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A Diana Sari; Sofjan Effendi; Theodorus Theodorus
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i1.2680

Abstract

Penilaian klinis tanpa konfirmasi laboratoris dapat menyebabkan estimasi yang berlebihan pada kasus faringitis Streptokokus Beta Hemolitikus grup A (SBHGA). Oleh karena itu, pemberian antibiotika yang tidak rasional sering ditemukan pada kasus ini. Skoring Centor modifikasi merupakan alat diagnostik berupa sistem penilaian klinis untuk memprediksi faringitis SBHGA. Penggunaannya diharapkan dapat mereduksi pemakaian antibiotika yang tidak perlu dan mencegah efek samping akibat pemakaian antibiotika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas skoring Centor modifikasi dalam mendiagnosis faringitis SBHGA dibandingkan dengan Rapid Strep A Detection Test (RADT). Uji diagnostik telah dilakukan di poliklinik THT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sejak bulan November 2012 sampai Februari 2013 pada penderita faringitis akut usia >3 tahun.  Penderita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam penelitian. Beberapa tahapan yang dilakukan adalah anamnesis dan pengisian kuisioner, pemeriksaan fisik dan penentuan skoring serta pengambilan usap tenggorok untuk pemeriksaan Strep A rapid test strip. Semua data dicatat, dikoding dan dianalisis menggunakan piranti lunak SPSS versi 19 dan MedCalc versi 12.0.Lima puluh empat penderita usia >3 tahun diikutsertakan dalam penelitian. Karakteristik umum hasil penelitian didapatkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan (53,7%) dengan usia terbanyak pada kelompok usia 15-44 tahun (55,6%) dengan status gizi normal (94,4%). Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik gejala klinis berupa keluhan nyeri tenggorok ditemukan pada semua subyek (100%), demam 74,1%, sakit kepala 64,8%,  mialgia 27,8%, malaise 24,1%, coryza 14,8% dan sebanyak 75,9% tidak ada keluhan batuk. Semua subyek mengalami karakteristik tanda klinis berupa faring hiperemis dan tidak adanya eksantema (100%) sedangkan ptekie di palatum sebesar 70,4%, edema tonsil 75,9% eksudat faring 72,2% dan pembengkakan kelenjar getah bening leher anterior 55,6%. Dari penelitian didapatkan 3 orang penderita (5,56%) dengan faringitis SBHGA. Skor >4 diperoleh sebagai titik potong optimal dengan sensitivitas sebesar 100% (IK 95% 29,24 sampai 100%), spesifisitas 100% (IK 95% 93,02 sampai 100%), nilai duga positif sebesar 100% (IK 95% 29,21 sampai 100%)  dan nilai duga negatif sebesar 100% (IK 95% 93,02 sampai 100%).Skoring Centor modifikasi dapat digunakan untuk mendiagnosis  faringitis SBHGA dengan sensitivitas dan spesifisitas 100% dimana 100% penderita faringitis SBHGA memiliki skoring >4 dan 100% penderita faringitis  nonSBHGA bila skoring ≤4.
Efek Hepatoprotektif Teripang Emas (Stichopus variegatus) pada Tikus Jantan Dewasa Galur Wistar yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik Adriansyah, H Adriansyah, H; Kamaludin, M.T.2 Kamaludin, M.T.2; Theodorus Theodorus; Sulastri, H Sulastri, H
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2695

Abstract

Teripang emas (Stichopus variegatus) sejak abad 18 secara empirik telah dimanfaatkan sebagai makanan dan obat oleh masyarakat Asia dan Timur Tengah termasuk Indonesia. Banyak penelitian in vitro yang menganalisa kandungan gizi dan zat aktif teripang emas, namun masih sedikit penelitian khasiat teripang emas secara in vivo.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi teripang emas (Stichopus variegatus) sebagai agen hepatoprotektor terhadap kerusakan hati akibat parasetamol. Tikus (Rattus norvegicus) jantan dewasa galur wistar sebanyak 32 ekor secara acak dibagi 4 kelompok perlakuan untuk diinduksi parasetamol 250 mg/kg BB kemudian diberi aquades dan serbuk kering teripang emas pada dosis 10,8; 21,6 dan 32,4 mg/200g BB selama 12 hari dengan pemberian tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar SGOT dan SGPT tidak berbeda signifikan antara kontrol dan perlakuan. Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa kelompok perlakuan mengalami perbaikan sel hepar lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol dengan parameter persentase nekrosis (7,50%), perlemakan (1,25%) dan regenerasi sel (17,50%). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian teripang emas tidak efektif mencegah kerusakan hati akibat induksi parasetamol dengan parameter kadar SGOT dan SGPT, tetapi efektif memperbaiki struktur sel hepar dengan parameter persentase nekrosis, persentase perlemakan dan persentase regenerasi sel.
Efektivitas Penambahan 2,5 µg Sufentanil pada 12,5 MG Bupivakain0,5% Hiperbarik Terhadap Mula dan Lama Kerja BlokadeSensorik-Motorik Anestesi Spinal pada Operasi Herniorafi Resiana Resiana; Zulkifli Zulkifli; Kusuma Harimin; Theodorus Theodorus
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i1.2681

Abstract

Salah satu kekurangan anestesi spinal adalah durasi blokadenya yang singkat. Berbagai cara dilakukan untuk memperpanjang durasi blokade seperti penambahan adjuvan berupa opioid seperti sufentanil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penambahan sufentanil pada anestesi lokal bupivakain hiperbarik terhadap mula dan lama kerja blokade spinal. Uji klinik acak berpembanding tersamar ganda telah dilakukan di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang dari bulan April sampai dengan Juli 2013. Terdapat 66 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, yang menjalani herniorafi dengan anestesi spinal. Pasien dibagi dalam dua kelompok, kelompok I menggunakan bupivakain 0,5% hiperbarik 2,5 ml ditambah 2,5 µg sufentanil 0,5 ml, sedangkan kelompok II bupivakain 0,5% hiperbarik 2,5 ml ditambah 0,5 ml NaCl 0,9%. Diteliti mula kerja, lama kerja, blokade sensorik dan motorik, tinggi blokade sensorik puncak, dan efek samping intra operatif. Analisis data menggunakan SPSS versi 20. Pada kelompok bupivakain 0,5% hiperbarik-sufentanil didapatkan mula kerja blokade sensorik dan motorik lebih cepat dan lama kerja blokade sensorik dan motorik lebih panjang daripada kelompok bupivakain 0,5% hiperbarik-NaCl 0,9% (p<0,001), sedangkan tinggi blokade sensorik puncak, dan efek samping sebanding. Penambahan 2,5 µg sufentanil pada bupivakain 0,5% hiperbarik 2,5 ml mempercepat mula kerja dan memperpanjang lama kerja blokade sensorik dan motorik.
Efek Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Kadar Albumin Urin Mahasiswa Akademi Keperawatan Kesdam II Sriwijaya Palembang Muhammad Bahori; Nursiah Nasution; Theodorus Theodorus
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2705

Abstract

Protein dalam urin biasanya menandakan penyakit ginjal atau nefritis, tetapi sebenarnya proteinuriatidak selalu menunjukkanpenyakit ginjal.Pengeluaran protein dalam urin yang mirip dengan yang terjadi pada  nefritis dapat timbul setelah olahraga, tetapi keadaan ini tidak berbahaya, bersifat sementara dan reversibel.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek latihan fisik intensitas sedang terhadap kadar albumin urin mahasiswa Akademi Keperawatan Kesdam II Sriwijaya Palembang.Penelitian Quasi Experimental dengan rancangan one group pre-post test design di Kampus Akademi Keperawatan Kesdam II Sriwijaya Palembang yang berlangsung dari tanggal 29 April 2013 sampai dengan 20 Mei 2013. 23 orang sampel terpilih menyelesaikan latihan fisik intensitas sedang; jogging menempuh jarak 1800 meter dalam 20 menit 3 kali seminggu. Semua sampel dilakukanpengukuran albumin urin sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang.Data dideskripsikan dalam bentuk tabel dan diolah dengan menggunakan  uji t-brpasangan pada  SPSS 17.Hasil penelitan menunjukkan bahwa rerata umur sampel  18,61 ± 0,941 tahun, dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) 20,90 ± 2,323. Kadar albumin urin sebelum latihan fisik intensitas sedang 4,57 ± 2,041 µg/mg kreatinin, meningkat menjadi 23,22 ± 13,111 µg/mg kreatinin setelahnya. Ada perbedaan yang bermakna kadar albumin urin sebelum dan setelah latilah intensitas fisik sedang selama 3 minggu (p = 0,000).Ada efek latihan fisik intensitas sedang terhadap kadar albumin urin, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek intensitas latihan fisik (seperti; intensitas ringan, sedang dan berat) terhadap kadar albumin urin atau komponen protein urin lainnya.
Pengaruh Ekstrak Kedelai (Glycine max) Terhadap Testis dan Epididimis Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Strain Sprague Dawley Lidya Fransisca; Sri Nita; Theodorus Theodorus; Joko Marwoto
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i1.2685

Abstract

Infertilitas merupakan masalah yang dialami pria dan wanita di seluruh dunia. Salah satu tumbuhan yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria adalah kedelai, karena  isoflavon yang terkandung dalam kedelai bersifat estrogen like dan antiandrogenik sehingga dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kedelai (Glycine max) terhadap berat testis, diameter tubulus seminiferus, tebal epitel germinal tubulus seminiferus, berat epididimis, dan tebal epitel epididimis pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley. Penelitian eksperiment in vivo ini telah dilakukan dengan menggunakan 24 sampel yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan masing-masing diberikan ekstrak kedelai dengan dosis 2,54 mg, 3,78 mg dan 5,04 mg secara oral, kemudian pengaruh ekstrak kedelai dinilai setelah 48 hari. Setelah itu dilakukan analisis menggunakanone way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post hoc Bonferroni. Semua analisis menggunakan komputerisasi SPSS Versi18. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa  ada pengaruh pemberian ekstrak kedelai (Glycine max) pada dosis 3,78 mg dan dosis 5,04 mg terhadap berat testis, diameter tublus seminiferus, tebal epitel germinal tubulus seminiferus, berat epididimis dan tebal epitel epididimis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).