Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK PROVINSI D.I.YOGYAKARTA TAHUN 2016-2025 Kristianto, Andreas; Handoko, Susatyo; Karnoto, Karnoto
Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro TRANSIENT, VOL. 7, NO. 2, JUNI 2018
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.373 KB) | DOI: 10.14710/transient.7.2.591-597

Abstract

Peningkatan permintaan energi listrik membuat perusahaan penyedia energi listrik perlu membuat suatu proyeksi atau peramalan, agar tercukupinya permintaan energi listrik dimasa yang akan datang. Hasil dari peramalan dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang akan diterapkan di masa mendatang. Pada penelitian ini dilakukan suatu peramalan kebutuhan energi listrik Provinsi D.I.Yogyakarta untuk tahun 2016-2025 menggunakan metode Jaringan syaraf tiruan (JST) dengan bantuan nntool pada software MATLAB R2016a. Arsitektur yang digunakan pada jaringan pelatihan menggunakan algoritma backpropagation dengan 8 masukan yang terdiri dari data historis jumlah pelanggan (sektor rumah tangga, bisnis, publik, dan komersil) dan PDRB (Produk Domestik Regonal Bruto) sektor rumah tangga, bisnis, publik, dan komersil tahun 2006-2015, kemudian untuk lapisan tersembunyi pertama menggunakan 16 neuron dan 8 neuron untuk lapisan kedua. Sedangkan untuk lapisan keluaran menggunakan 1 neuron yaitu konsumsi energi listrik tahun 2006-2015. Hasil pelatihan jaringan menghasilkan pola yang selanjutnya akan digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan energi listrik tahun 2016-2025. Proyeksi menggunakan metode JST menunjukan rata-rata error atau perbedaan sebesar 1,89% terhadap RUPTL 2015-2025, dengan besar rata-rata pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 6,90% tiap tahunnya.
Kisah Luth (Lot) dan Kejahatan Kaum Sodom Kristianto, Andreas; Listijabudi, Daniel K
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.003 KB)

Abstract

Abstract The story of Luth (read: Lot) is usually read as a text about homosexuality in both Christianity and Islam. By exploring a cross-textual reading from leading Muslim interpreters in Indonesia, Hamka with Al Azhar Juzu Commentary, Quraish Shihab with Al Misbah Commentary and interpretation of the Ministry of Religion, this article unveils the hidden meaning of Luth’s story, which today’s readers often overlook, especially concerning the text of the Qur'an, namely Surah Asy-Syu’ara 26: 166-175, Surah Al-Naml 27: 54-59 and Surah Al-Ankabut 29: 28-30. Through a cross-textual reading, the article unveils the new meaning of the story, i.e., the crimes of the Sodomites not only related to sexual violence and hostility, but also, with the terms al-fahisyah (abomination), al-sayyiat (crime), al-musrifun (people who are excessive), al-’adun (people who transgress), al-jahl (ignorance), and alkhaba’is (bad deeds), which are the accumulation of various kinds of crimes, crimes, and abominations degrading humanity. The cross-textual reading between the interpreters of the Qur’an and the Bible provides the viewpoints, insights, and values in the cross-textual hermeneutical encounter of different religions, traditions, and scriptures. Keywords: Story of Luth, Christian and Islam, Cross-textual, Homosexuality, Hermeneutic Abstrak Kisah Luth (baca: Lot) biasanya menjadi rujukan untuk berbicara tentang homoseksualitas baik di dalam agama Kristen maupun Islam. Dengan eksplorasi pembacaan secara lintas tekstual dari mufasir Islam terkemuka di Indonesia yaitu Hamka dengan Tafsir Al Azhar Juzu, Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah, dan Tafsir Kementerian Agama, artikel ini akan menggali makna tersembunyi dari kisah Luth yang sering kali terlewatkan dari perhatian pembaca masa kini, khususnya berkaitan dengan teks Al-Qur’an yaitu Surah Asy-Syu’ara 26: 166-175, Surah Al-Naml 27: 54-59 dan Surah Al-Ankabut 29: 28-30. Makna baru dalam tulisan ini adalah kejahatan kaum Sodom tidak hanya menyangkut soal kekerasan seksual dan ketidakramahan (inhospitality) saja, tetapi juga berkaitan dengan istilah al-fahisyah (kekejian), al-sayyiat (kejahatan), al-musrifun (orang yang berlebihan), al-‘adun (orang yang melampaui batas), al-jahl (kebodohan), dan al-khaba’is (perbuatan buruk), yang merupakan akumulasi dari berbagai macam kejahatan, kriminalitas dan kekejian yang merendahkan martabat kemanusiaan. Dari pembacaan lintas tekstual antara mufasir Al-Qur’an dan Alkitab, kita mendapatkan cara pandang, wawasan, dan nilai-nilai yang membangun dalam perjumpaan cross-textual hermeneutic antara agama, tradisi, dan kitab suci yang berbeda. Kata-kata Kunci: Kisah Luth, Kristen dan Islam, Hermeneutika lintas tekstual, Homoseksualitas, Hermeneutik
Erotika Syeh Amongraga: Kajian Teologi Mistik dan Seksualitas dalam Serat Centhini Kristianto, Andreas
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2021.62.607

Abstract

AbstractThis article attempts to explore the eroticism of Syeh Amongraga in Serat Centhini. The author uses Serat Centhini edited by Karkono Partokusumo (1985) and the latest contemporary novel by Elizabeth D. Inandiak with the title Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (2018). This paper is a qualitative descriptive study using the perspective ofreviewing mystical theology and sexuality. The result suggests that Serat Centhini is a Javanese literary work containing erotic spirituality concerning the idea of “ngudi kasampurnaan” (seeking perfection), “manunggaling kawula lan Gusti” (integrating the servant with God), “pamongraga lan pamongrasa” (guardian body and guardian mysticfeeling), and erotic celebrations. The study of the Centhini opens a new horizon in contextual theology to view sexuality positively, especially in its encounter with the bible book Song of Songs. AbstrakArtikel ini berupaya untuk menggali erotika Syeh Amongraga dalam Serat Centhini. Penulis menggunakan karya teks Serat Centhini edisi Karkono Partokusumo (1985) dan novel kontemporer terbaru karya Elizabeth D. Inandiak dengan judul Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (2018). Tulisan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan perspektif tinjauan teologi mistik dan seksualitas. Hasilnya adalah Serat Centhini menjadi karya sastra Jawa yang mengandung spiritualitas erotis, spiritualitas yang menyangkut gagasan tentang “ngudi kasampurnan” (mencari kesempurnaan), “manunggaling kawula lan Gusti” (menyatunya hamba dengan Tuhan), “pamongraga lan pamongrasa” (pemeliharaan tubuh dan pemeliharaan rasa), dan perayaan erotis. Kajian Serat Centhini ini membuka cakarawala baru dalam teologi kontekstual untuk memandang seksualitas secara positif, khususnya dalam perjumpaannya dengan kitab Kidung Agung.
From Conservative Turn to Non-Violence Politics: Theo-Politik Salib John Howard Yoder Andreas Kristianto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.397

Abstract

Abstract. The Reformation era was recorded as an era of democracy that was marked by various violence acts in the name of religion. This violence was caused by the rise of religious conservatism (conservative turn). In this context, the writer wants to offer an alternative solution through the theo-politics of the cross of John Howard Yoder, a US Mennonite figure. The result of this study was that the theo-politics of the cross builds a consciousness that can counter the consciousness that comes from religious conservatism, but by means of non-violence. The theo-politics of the cross builds an alternative community that shows a friendly face of the church and solidarity with the marginal people.Abstrak. Era Reformasi tercatat sebagai era demokrasi yang diwarnai dengan berbagai tindak kekerasan atas nama agama. Kekerasan atas nama agama ini disebabkan oleh bangkitnya konservatisme agama (conservative turn). Dalam konteks ini, penulis hendak menawarkan solusi alternatif melalui theo-politik salib John Howard Yoder, seorang tokoh Mennonite Amerika Serikat. Hasil dari kajian ini adalah bahwa theo-politik salib membangun suatu kesadaran yang dapat melawan kesadaran yang bersumber pada paham konservatisme agama, namun dengan jalan tanpa kekerasan. Theo-politik salib membangun komunitas alternative yang menampilkan wajah gereja yang ramah, dan solider terhadap kaum marjinal.
Teologi Keagamaan Kwok Pui-lan: Dari Hermeneutika Asia Menuju Keadilan Gender (Sebuah Peta Pemikiran Teologi Kontekstual Asia) Andreas Kristianto
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 8, No 2 (2022): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v8i2.499

Abstract

This study refers to Kwok Pui-lan's thoughts on her shift from religious pluralism to gender justice in Asia. Asia experiences a syndrome known as the colonial syndrome, so that postcolonial hermeneutics is needed in the life of the church. The main ideas are as follows, namely a shift from Western hermeneutics to Asian hermeneutics (dialogical interpretation model), from textual interpretation to oral hermeneutics, from Asian interpretation to religious pluralism (multifaith hermeneutics) and from religious pluralism to gender justice. Kwok Pui-lan's theology brings dimensions of intersectionality (cross) between colonialism, gender and religion, which is a fresh material to build a postcolonial theology of religious and gender diversity in Indonesia. The contribution of this article is that Kwok Pui-lan's thoughts build awareness of “multiplicity”, namely about the existence of many identities and layers of domination from the analysis of colonial history, race, class, culture, sexual orientation and gender.Abstrak Studi ini merujuk pada pemikiran Kwok Pui-lan tentang pergeserannya dari Pluralisme agama menuju keadilan gender di Asia. Asia mengalami sindrom yang disebut sebagai sindrom kolonial, sehingga dibutuhkan hermeneutika postkolonial dalam kehidupan menggereja. Pokok-pokok pemikirannya adalah sebagai berikut yaitu adanya pergeseran dari hermeneutika Barat menuju hermeneutika Asia (model penafsiran dialogis), dari intepretasi tekstual menuju hermeneutika lisan (oral), dari intepretasi Asia menuju pluralisme agama (multifaith hermeneutics) dan dari pluralisme agama menuju keadilan gender. Teologi keagamaan Kwok Pui-lan membawa dimensi interseksionalitas (persilangan) antara kolonialisme, gender dan agama, yang mana menjadi bahan segar untuk membangun teologi postkolonialisme di Indonesia. Kontribusi artikel ini adalah bahwa pemikiran Kwok Pui-lan membangun kesadaran akan “multiplisitas”, yaitu adanya banyak identitas dan lapisan dominasi dari analisis sejarah kolonial, ras, kelas, budaya, orientasi seksual dan gender.
Je Ne Sais Pas, Il Faut Croire: Upaya Memahami Epistemologi Ketuhanan Menurut Jacques Derrida Kristianto, Andreas
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.048 KB)

Abstract

AbstractOften religion becomes a text of terror / violence which becomes the norm of absolute truth, while 'others' becomes a marginal subject and is outside the truth. Derrida actually criticizes through decontrucsive reading of the presence of religion which is often absolute (logocentrism) in its hegemonic character towards the others (the other). Derrida developed a deconstruction effort which pointed to the impossibility itself, namely the impossibility of talking about God or talking about God. In this paper, Derrida's idea of a God who is a Mysterious Magnum in a jungle of endless trails is described. Apocalyptic and apophatic theology ideas in 'The Impossible' about the Other. At the end, I will reflect theologically about believing in the impossibility of an alternative effort to live in a plurality of religions. AbstrakSeringkali agama menjadi teks teror/ kekerasan yang menjadi norma kebenaran mutlak, sedangkan ‘yang lain’ menjadi subjek marjinal dan ada di luar kebenaran. Derrida justru melakukan kritik melalui pembacaan yang bersifat dekonstrukstif terhadap kehadiran agama yang seringkali bersifat absolut (logosentrisme) wataknya yang hegemoni terhadap the others (sang liyan). Derrida mengembangkan upaya dekonstruksi yang menunjuk pada ketidakmungkinan itu sendiri yaitu ketidakmungkinan untuk membicarakan Tuhan atau berbicara tentang Tuhan. Dalam tulisan ini, diuraikan gagasan Derrida tentang Tuhan yang Magnum Misterium dalam rimba jejak yang tiada ujung. Gagasan teologi apokaliptik dan apofatik dalam ‘Yang Tak Mungkin’ tentang the Other. Pada bagian akhir, saya akan merefleksikan secara teologis tentang beriman dalam ketidakmungkinan sebagai upaya alternatif hidup dalam pluralitas agama.