Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SEMEN PCC SEBAGAI MATERIAL GREEN CONSTRUCTION DAN KINERJA BETON YANG DIHASILKAN Rachmi Yanita
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.855 KB) | DOI: 10.31258/jst.v19.n1.p13-18

Abstract

ABSTRAK Tipe semen PC (Portland Cement) dan PCC (Porttland Composite Cemenrt) banyak digunakan sebagai bahan bangunan pembentuk beton pada proyek konstruksi  oleh para penyedia jasa seperti kontraktor maupun perusahaan ready-mix. Semen PCC merupakan semen dalam Green Listing Indonesia  dari Green Building Council Indonesia dan merupakan realisasi komitmen industri terhadap permasalahan lingkungan.  Penggunaan Semen  PCC  dengan kandungan Fly-Ash (FA) lebih tinggi  sering dikhawatirkan kekuatannya sebagai beton struktural dibanding semen PC oleh pihak pengguna jasa. Pada penelitian ini dikaji pengaruh penggunaan semen PC dan semen PCC pada beton fc’25 dilihat dari perbedaan kandungan FA, berat jenis(BJ)  dan komposisi mix-design terhadap  kuat tekan beton yang dihasilkan. Hasil analisa menunjukkan bahwa beton semen PC dan PCC (dengan kandungan FA max 22%, BJ >3) dengan Standar Deviasi(SD) =6 MPa dapat mencapai fc’25 yang direncanakan, dengan efisiensi biaya 8,1%  per m3  beton. Maka penggunaan semen PCC harus diawali dengan pemeriksaan spesifikasi produk semennya, karena hasil uji menunjukkan beton semen PCC yang tidak memenuhi kriteria di atas, tidak mencapai fc’yang direncanakan sehingga untuk meningkatkan kekuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar nilai SD pada analisa mix-design atau memberi bahan additive.Penggunaan semen PCC sangat direkomendasi karena merupakan meterial ramah lingkungan yang menunjang material untuk Green Construction.                       Kata kunci: Semen ramah lingkungan, mix-design, kinerja beton.   ABSTRACT  Type of PC cement (Portland Cement) and PCC (Portland Composite Cement) are widely used as concrete building material for construction projects by service providers such as contractors and ready-mix companies. PCC cement is cement in the Green Listing Indonesia of the Green Building Council Indonesia and is a realization of the industry's commitment to environmental problems. The use of PCC Cement with higher Fly-Ash (FA) content is often feared for its strength as structural concrete compared to PC cement by service users. In this study the effect of PC cement and PCC cement on concrete fc '25 was examined as seen from differences in FA content, specific gravity (BJ) and mix-design composition on the compressive strength of the concrete produced. The analysis shows that PC and PCC cement concrete (with a max FA content of 22%, BJ> 3) with a Standard Deviation (SD) = 6 MPa can reach the planned fc'25, with a cost efficiency of 8.1% per m3 of concrete. So the use of PCC cement must be preceded by checking the specifications of the cement product, because the test results show that the PCC cement concrete which does not meet the above criteria, does not reach the planned plan so as to increase its strength can be done by increasing the SD value in the mix-design analysis or providing material additive. The use of PCC cement is highly recommended because it is an environmentally friendly meterial that supports materials for Green Construction. Keywords: Environmentally friendly cement, mix-design, concrete performance.
Pemanfaatan Bahan Limbah untuk Campuran Bahan Plesteran rachmi yanita; andi sagab; Hansen C
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 1 No. 1 (2015): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v1i1.57

Abstract

Plesteran adalah lapisan penutup pada pekerjaan pasangan, yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar (seperti cuaca, kelembaban ataupun kekuatan abrasi), menambah kekuatan pasangan serta meratakan permukaan pasangan. Persyaratan lapisan plesteran, harus mempunyai ketebalan yang cukup dan tidak boleh ada retakan. Plesteran atau mortar semen merupakan campuran antara semen dan pasir dengan air dengan komposisi antara  1:1 hingga  1:5. Pemanfaatan bahan limbah lokal a) fly-ash(FA) atau abu-terbang  dan b)Serbuk Gergaji (Shorea spp) sebagai alternatif bahan tambah/pengganti pasir dalam adukan plesteran akan memberi efisiensi biaya konstruksi rumah sederhana. Pada penelitian ini  diuji penggunaan   bahan limbah tersebut di atas masing-masing kedalam adukan plesteran dengan perbandingan  tertentu. Sebagai indikator kelayakannya digunakan nilai kuat  tekan benda uji kubus beton 5x5x5 cm (ASTM C-109) yang dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan ITI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pencampuran FA 10% - 40% dari berat semen pada adukan plesteran 1:5 dapat meningkatkan kuat tekan benda uji 7,71% sampai 51,02% dan peningkatan workability. Sedang penambahan serbuk gergaji sampai 6% terhadap berat pasir kedalam adukan plesteran 1:2 kedap air, tidak menurunkan kuat tekan yaitu tetap diatas 175 kg/cm2 dan tetap bersifat sebagai adukan kedap air. Maka  pemanfaatan bahan limbah FA dan serbuk gergaji dengan komposisi tersebut di atas, layak digunakan sebagai campuran material plesteran dan memberi  nilai tambah pada bahan limbah lokal tersebut untuk dimanfaatkan oleh masyarakat setempat pada konstruksi bangunan sederhana.
Manfaat Faktor Konversi untuk Pengujian Kuat Tekan Paving-Block rachmi yanita; Gufran Andreas
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 1 No. 2 (2017): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v1i2.119

Abstract

Paving-block banyak digunakan sebagai material konstruksi sehingga kekuatan dan mutu harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pengujian paving-block dilakukan sesuai standar SNI 03-0691-1996 yang mengacu kepada SNI 03-0348-1989. Standar yang bersifat umum mengakibatkan perbedaan interpretasi  sehingga pelaksanaannya menjadi tidak standar. Adanya kebutuhan pihak industri konstruksi bahwa pengujian kualitas material dapat diperoleh hasilnya dengan cepat, harus juga diantisipasi oleh standar pengujian,  dengan tetap berpegang pada norma akademik. Pengujian langsung benda uji paving-block pada alat tekan standar ASTM C39 tanpa faktor konversi tidak diperkenankan, sehingga diperlukan besaran faktor konversi yang di standarkan. Oleh sebab itu dilakukan penelitian besaran faktor konversi bentuk benda uji standar paving-block dengan ketebalan 6 cm terhadap benda uji kubus 15x15x15 cm. Hasil kajian penelitian ini  menunjukkan bahwa pengujian langsung sampel paving-block tanpa penggunaaan faktor konversi akan menghasilkan kuat tekan yang lebih besar dari yang seharusnya atau seharusnya tidak memenuhi spesifikasi. Hal ini merupakan hal yang merugikan dan dapat membahayakan bagi industri konstruksi. Ketentuan besaran faktor konversi dibutuhkan untuk pengujian kuat tekan paving-block dengan alat tekan standar ASTM C39 sehingga memberikan nilai kuat tekan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kata Kunci : Uji tekan paving-block, waktu uji cepat, faktor konversi
Manfaat Penerapan Metode AON (Activity On Node) untuk Penjadwalan Proyek Bangunan Bertingkat Tinggi rachmi yanita; Intan F Ningrum; Krishna Mochtar
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 4 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v4i2.165

Abstract

The construction project is assessed based on the realization of the construction according to the quality, time and cost in the planning document. To monitor implementation, a scheduling method is needed that can describe the relationship between activities and implementation time, so that the work can be completed according to the target duration specified in the construction contract. Two methods are known in scheduling critical paths, namely Activity On Arrow (AOA) and Activity On Node (AON) where AOA is more widely used in projects, whereas AON has the advantage of 4 relationships between activities with activity symbols on the box, while AOA is only 1 type with symbol of the activity on the arrow. The purpose of this study is to obtain the benefits of using AON rather than AOA by scheduling using the two methods on the schedule of the construction of a high-rise building in Banten, using Microsoft Project (MS Project) software, and analyzing the differences. In MS Project AOA is known as the Activity Diagram Method and AON with the Precedence Diagram Method. From the comparative analysis results obtained that with AOA obtained 74 activities and 48 activities with AON with the same duration and critical activities in both methods. The AON diagram can better illustrate the relationship between activities that are simpler and simpler with a total efficiency of 35%. Keyword: AOA, AON, relationship between activities, scheduling method
Manfaat Metode Beton Pracetak pada Pembangunan Rusun Sewa (Proyek Studi : Rumah Susun Sewa PUPR): Manfaat Metode Beton Pracetak pada Pembangunan Rusun Sewa (Proyek Studi : Rumah Susun Sewa PUPR) rachmi yanita; Romadhon MS
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 5 No. 2 (2021): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v5i2.186

Abstract

Pada perencanaan proyek konstruksi harus mempertimbangkan project constrain. Pada proyek dengan dana APBN dan  kontrak single year perlu dipertimbangkan constraint waktu yang akan menentukan metode konstruksi yang tepat. Pada proyek studi Rusun Sewa tipe 36/3 lantai dari Dirjen Penyediaan Perumahan PUPR dengan metode cast ini situ (cor ditempat), dibeberapa lokasi di revisi dengan metode pracetak untuk percepatan sehingga dapat selesai pada akhir tahun. Maka pada penelitian ini dilakukan analisis perbandingan proses konstruksi, waktu dan biaya pada  pelaksanaan kolom,balok dan pelat lantai antara metode cast in situ terhadap metode pracetak.  Dengan metode pracetak, diperoleh percepatan waktu sebesar 3 minggu sehingga pekerjaan dapat selesai sesuai kontrak. Sedangkan pada aspek biaya diperoleh penghematan biaya 0,15% dibandingkan metode cast in situ. Hal ini menunjukkan perlunya pemilihan metode konstruksi yang tepat sesuai project constraint pada saat proses pelelangan proyek.   Kata Kunci : metode pracetak, efisiensi biaya dan waktu, project constraint    
PENGGUNAAN BEKISTING BONDEK UNTUK PERCEPATAN WAKTU PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT 26 LANTAI Rachmi Yanita; Terry Novi AR
Racic : Rab Construction Research Vol 7 No 1 (2022): RACIC (RAB CONSTRUCTION RESEARCH)
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/racic.v7i1.2497

Abstract

Abstract Conventional formwork using multiplex material and bondek formwork are types of formwork that have their respective advantages. The choice of formwork type is determined by the project constraints of each project. For time and cost optimization, value engineering was carried out between the two formwork methods in planning the construction of the 26-storey Urban Height Residences Apartment Project with a floor area of ​​10,000 m2 in South Tangerang. Implementation of typical slab and beam structure work, divided into 2 work zones for work effectiveness. In conventional formwork, the need for formwork material is based on the cycle of formwork transfer between zones and between floors, so it is sufficient to use formwork with an area of ​​4 floors and above is carried out with conventional formwork and bonded formwork. In the time analysis, an analysis of the time requirements is made for the process of installing, dismantling and removing formwork. From the results of the analysis obtained that the conventional formwork multiplex (plywood) requires a cost of Rp. 2,168,573,650,- for a typical floor area of ​​35,974.75 m2, or Rp. 60,280,-/m2 which is 64.36% more effective than using bondek formwork. In terms of time, conventional multiplex (plywood) formwork takes 250 days to work, with a daily productivity of 143,899 m2/day, 20% longer than bondek formwork. The type of formwork used in the design stage must be in accordance with the project constraints so as to produce an optimal design. Keywords: Conventional Formwork, Bondek Formwork, Project Constraint.
PENGUJIAN LANGSUNG KUAT TEKAN PAVING-BLOCK DENGAN FAKTOR KONVERSI Rachmi Yanita; Tedy Yudistira; Padli Irawan
Jurnal Kacapuri : Jurnal keilmuan Teknik Sipil Vol 5, No 1 (2022): JURNAL KACAPURI : JURNAL KEILMUAN TEKNIK SIPIL (Edisi Juni 2022)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jk.v5i1.7225

Abstract

Kesulitan pengujian paving-block sesuai SNI 03-0691-1996 yang merujuk kepada SNI 03-0348-1989 disebabkan karena dibutuhkannya proses yang relatif  tidak mudah dimana konsumen diminta membawa benda uji kubus dari material paving-block di pabrik atau harus membuat benda uji kubus dari potongan sampel paving-block yang akan diuji di Laboratorium. Hal ini karena adanya perbedaan bentuk benda uji standar untuk uji tekan terhadap bentuk paving-block. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka pada penelitian ini dikaji besaran faktor konversi  (FK) bentuk benda uji kubus terhadap paving-block. Dilakukan analisa FK yaitu perbandingan hasil pengujian tekan benda uji kubus 15x15x15 cm yang dibuat di pabrik paving-block di Tangerang Selatan, terhadap kuat tekan langsung produk paving-block nya yang berukuran 20x10x8 cm dan 20x10x10 cm. Pengujian tekan dilakukan sesuai standar ASTM C39. Dari hasil penelitian terhadap 90 benda uji, diperoleh FK untuk paving-block 20x10 cm dengan ketebalan 8 dan 10 cm yaitu 0,79 dan 1,87 pada sampel umur 28 hari. Kekuatan paving-block adalah hasil pengujian tekan langsung paving-block dikalikan dengan FK. Dengan nilai FK hasil penelitian ini, maka pengujian paving-block dapat menjadi lebih simpel dan cepat yaitu dengan cara penekanan langsung paving-block serta memberi hasil kuat tekan yang akurat karena dilakukan sesuai SNI. Kata Kunci :paving-block, kuat tekan, pengujian tekan langsung, faktor konversi
PERBANDINGAN KINERJA PENGECORAN ANTARA CONCRETE-BUCKET DAN CONCRETE-PUMP PADA PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT Rachmi Yanita; Nurdiyanto Nurdiyanto
Racic : Rab Construction Research Vol 8 No 2 (2023): DESEMBER
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/racic.v8i2.3639

Abstract

Pada pelaksanaan konstruksi beton cast insitu, metode pengecoran direncanakan dengan baik sehingga dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang efisien. Metode pengecoran yang umum digunakan adalah dengan menggunakan concrete-pump dan concrete-bucket yang digunakan secara bersamaan khususnya untuk bangunan tinggi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan waktu, biaya dan produktivitas pekerjaan pengecoran beton pada plat lantai, balok dan kolom suatu proyek studi di Jakarta, khususnya pada lantai 7 sampai 11 yang merupakan lantai tipikal, menggunakan metode concrete-bucket pada kolom dan concrete-pump untuk pelat dan balok. Dilakukan analisa terhadap tahapan prosedur pengerjaan, waktu dan biaya pelaksanaan pengecoran dan produktifitas kedua metode pengecoran tersebut sesuai volume pelat balok dan kolom.Hasil analisa menunjukan bahwa waktu dan produktivitas setiap lantainya berbeda-beda karena semakin tinggi elevasi lantai maka akan semakin panjang waktu pengerjaannya sehingga semakin menurun produktivitasnya. Diperoleh bahwa biaya untuk pengoperasian alat pengecoran menggunakan Concrete Pump adalah Rp. 76.727.868 atau Rp 81.270,912/m3, dengan durasi pengerjaan 7,58 menit/m3 lebih cepat dan produktivitas volume per jam yang lebih tinggi daripada concrete bucket. Sedangkan biaya concrete-bucket yang digunakan secara bersamaan untuk pengecoran kolom biayanya lebih tinggi daripada concrete pump, mencapai Rp. 53.388.724 atau Rp 127.877,183/m3 karena terkait dengan penggunaan Tower Crane. Kata Kunci : Metode pengecoran, concrete pump, concrete bucket, produktivitas, waktu dan biaya
Program Design to Improve Punctual Graduates of Students in the Unsika Industrial Engineering Study Program by Using the 5C-4C Knowledge Conversion Method Wahyudin, Wahyudin; Yanita, Rachmi; Herlambang, Mega Bagus; Herwanto, Dene; Nugraha, Billy
Journal La Multiapp Vol. 5 No. 3 (2024): Journal La Multiapp
Publisher : Newinera Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37899/journallamultiapp.v5i3.1339

Abstract

The Faculty of Engineering, University of Singaperbangsa Karawang (Unsika) was established in 1995, one of which is the S1 Industrial Engineering (IT) Study Program, officially registered in 1996. Currently, the faculty is trying to achieve Superior Accreditation or A. The number of applicants for the Industrial Engineering Study Program will increase in 2023, reaching 891 prospective students through the SNBT route, but the capacity can only accommodate 56 people. However, it is in demand as the 4th out of 29 study programs at Unsika. The increase in the number of students is not in line with the on-time graduation rate. This study aims to identify the results of grouping students of the Industrial Engineering Study Program (S1) using the 5C-4C (Knowledge Conversion) process and then implement the relationship with learning activities for the 2017, 2018 and 2019 batches. Next, the data is transformed into information by using the 5C knowledge conversion method: contextualization, categorization, calculation, correction, and condensing. In order to build a program that increases the percentage of students who graduate on time, this information is transformed into knowledge utilizing the 4C knowledge conversion method: comparison, consequence, connections, and conversation. In this study, the population focus is on students of the Industrial Engineering Study Program from three batches, namely 2014, 2015, and 2016. The results of grouping Industrial Engineering students using the 5C process provide a deep understanding of the characteristics and factors that affect learning achievement. This provides a solid foundation for designing appropriate programs to increase the on-time graduation rate.