Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH ZONASITERHADAP ARUS MASUK PESERTA DIDIK BARUDI SMP MUHAMMADIYAH KOTA SURAKARTA Rizky Hanifah; Mohamad Ali
Tajdida: Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 17, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebijakan zonasi merupakan suatu kegiatan dalam Penerimaan Peserta DidikBaru yang menjadikan wilayah sebagai tolok ukur diterimanya calon peserta didikbaru di sekolah negeri. Kebijakan ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pengaruh kebijakan zonasiterhadap arus masuk peserta didik baru di SMP Muhammadiyah Kota Surakarta; (2)Menganalisis tanggapan pengelola dan penyelenggara SMP Muhammadiyah diSurakarta terhadap kebijakan zonasi.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode mix method danpendekatan fenomenologis. Pengambilan data, peneliti menggunakan metodewawancara, dokumentasi dan observasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh zonasi terhadap arus masukpeserta didik baru di SMP Muhammadiyah Kota Surakarta bervariasi. SMPMuhammadiyah PK dan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tidak begitu berpengaruhterhadup arus masuk peserta didik baru. Tetapi, di SMP Muhammadiyah 4 dan SMPMuhammadiyah 5 berpengaruh negatif terhadap arus masuk peserta didik baru.Pengelola sekolah juga memberikan tanggapan yang beragam dalam mengadapikebijakan zonasi. Sebagai penyelenggara sekolah, Majelis Dikdasmen PDM KotaSurakarta menilai bahwa kebijakan zonasi dianggap kurang adil dan tidak memilikistrategi khusus dalam menghadapi zonasi.
JALAN TERJAL MERIT SYSTEM DI MUHAMMADIYAH: Studi Kasus SD Muhammadiyah 14 Surakarta Rio Estetika; Mohamad Ali
Tajdida: Jurnal Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah Vol 17, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Merit system di lembaga pendidikan menjadi salah satu langkah menuntaskan problemkepastian karir bagi guru. Merit system diterjemahkan sebagai pembayaran imbalan(reward) yang dikaitkan dengan jasa atau kinerja seseorang atau manfaat yang telahdiberikan karyawan kepada organisasi. Dalam rangka memahami penerapan merit systemdi lembaga pendidikan, maka dilakukan penelitian di SD Muhammadiyah 14 Surakarta.Penelitian dilakukan dengan wawancara pemangku kepentingan dan observasi. Meritsystem di SD Muhammadiyah 14 Surakarta dalam menjamin karir guru adalah denganmemberikan apresiasi kinerja dan pengembangan kompetensi. Kemudian, hambatanterbesar implementasi merit syatem antara lain: (1) adanya perasaan tidak adil yangditerima oleh beberapa guru; (2) masih terdapat guru yang kerjanya belum maksimal: (3)nepotisme dalam jabatan; dan (4) ketidakseimbangan pendelegasian tugas kepada guru.
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AHMAD SYAFII MAARIF Mohamad Ali
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 17, No. 2, Desember 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v17i02.5293

Abstract

The Indonesian Islamic intellectualism is increasingly dynamic and accounted in the global arena. This perception occurs because on the one hand, Indonesia is the largest concentration of Muslim population in the world, and on the other side there is an ontentic, dynamic and inclusive process of Islamic intellectualism. The 1980s Indonesian Islam gave birth to a series of "new intellectuals" whose ideas contributed significantly to embroidering the Indonesian pillars of social progress and justice: the Islamization, nationalism, humanity and modernity. One of the pioneers of new intellectualism worth taking into account is Ahmad Syafii Maarif. He is widely known as an Islamic thinker as well as a social activist involved in solving national and humanitarian issues. So far, the public recognizes Buya Syafii as a Muslim historian and intellectual who devotes his enormous intellectual energy to builds an inclusive Islamic culture. Beyond, there is one dimension of Buya Syafii's idea that is almost oblivious to the public's attention, namely the spark of his thoughts on Islamic education which is driven concern over the social reality of Islamic education which is dichotomous, backward, and poor in thought.The thought of Buya Syafii is intended to find a way out of the crisis of Islamic education from the "trap" of history, namely by redialog with the Qur'an. Hypothetically, Islamic education thought he borrowed, patterned religious-critical.Geliat intelektualisme Islam Indonesia semakin dinamis dan diperhitungkan di kancah global. Persepsi ini terjadi karena di satu sisi, Indonesia merupakan tempat konsentrasi penduduk Muslim terbesar di dunia, dan di sisi lain ada proses pertumbuhan intelektualisme Islam yang ontentik, dinamis dan inklusif. Dekade 1980-an Islam Indonesia melahirkan sederet “intelektual baru” yang ide-idenya berkontribusi signifikan dalam menyulam pilar-pilar Indonesia berkemajuan dan berkeadilan sosial, yaitu: ke-Islaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kemodernan. Salah satu pelopor intelektualisme baru yang layak diperhitungkan adalah Ahmad Syafii Maarif. Dia dikenal luas sebagai pemikir Islam sekaligus aktivis sosial yang terlibat dalam upaya pemecahan persoalan kebangsaan dan kemanusiaan. Sejauh ini, publik mengenal sosok Buya Syafii sebagai seorang sejarawan dan cendekiawan Muslim yang mencurahkan energi intelektualnya yang begitu besar untuk membangun kultur Islam inklusif. Di luar itu, ada satu dimensi pemikiran Buya Syafii yang hampir luput dari perhatian publik, yaitu percikan pemikirannya tentang pendidikan Islam yang digerakkan keprihatinan atas realitas sosial pendidikan Islam yang dikotomik, terbelakang, dan miskin pemikiran. Pemikiran Buya Syafii ditujukan untuk mencari jalan keluar atas kemelut pendidikan Islam dari “jebakan” sejarah, yakni dengan mendialogkannya kembali dengan Al-Qur’an. Secara hipotetik, pemikiran pendidikan Islam yang diusungnya bercorak kritis-religius.
Budaya Sekolah Unggul SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen Denise Kautsar; Mohamad Ali
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 10th University Research Colloquium 2019: Bidang Pendidikan, Humaniora dan Agama
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.701 KB)

Abstract

Latar belakang: Unsur-unsur budaya sekolah unggul yang diterapkan serta merupakan faktor pendukung dan penghambat penerapan budaya sekolah unggul di SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen. Tujuan: mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah unggul yang diterapkan di SMP Birrul Walidian Muhammadiyah Sragen, dan mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan budaya sekolah unggul di SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen. Metode: Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan studi lapangan di SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dari berbagai pihak elemen sekolah. Analisis yang dilakukan dengan metode deduktif yang berangkat dari kejadian- kejadian global atau umum kemudian direduksi menjadi bagian-bagian khusus. Hasil: SMP Birrul Walidain menerapkan budaya sekolah unggul. Unsur- unsur budaya sekolah unggul yang diterapkan antara lain: Akrab-dinamis, keakraban yang terjalin dimulai dari budaya salaman, sharing-sharing, shalat berjama’ah, bertegur sapa ketika bertemu, silaturahmi, dan pertemuan wali santri. Kebersamaan-terampil, yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama antar warga sekolah khususnya guru. Guru memiliki keterampilan dalam mengajar seperti keterampilan bertanya, memberikan penguatan, membuka dan menutup pembelajaran, mendesain kelas, serta keterampilan memilih metodologi pembelajaran. Patuh- aktif, diwujudkan dalam sikap disiplin warga sekolah dalam mentaati peraturan sekolah dan kegiatan-kegiatan positif seperti baksos. Inovatif, inovasi sekolah meliputi pembelajaran modern, budaya islami dan berprestasi, dan kelas robotika. Faktor pendukung dalam penerapan budaya sekolah unggul di SMP Birrul Walidain yaitu kepemimpinan yang demokratis, lingkungan sekolah sehat dan rapi, usia guru dan karyawan yang masih muda, hubungan akrab antar warga sekolah, dan etika sopan santun yang berkembang di sekolah. Sedangkan faktor yang menghambat penerapan budaya sekolah unggul adalah sekolah yang masih dalam proses pengembangan, sehingga untuk sarana prasarana masih terbatas.