Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS SEMIOTIKA PEIRCE DALAM PENGGUNAAN BAHASA EMPAT PILAR BERBANGSA DAN BERNEGARA MPR RI Hastangka Hastangka; Armaidy Armawi; Kaelan Kaelan
LITERA Vol 17, No 3: LITERA NOVEMBER 2018
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v17i3.20059

Abstract

AbstrakPenggunaan istilah “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara” sebagai program sosialisasi MPR RI telah menimbulkan perdebatan. Istilah yang digunakan sejak tahun 2009 ini memberi dampak pada aspek linguistik di antaranya aspek sosiolinguistik, semantik, pragmatik, dan semiotika bahasa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persoalan semiotik penggunaan istilah Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara oleh MPR RI, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa frasa Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Pengumpulan data dilakukan menggunakan inventarisasi data, kategorisasi data, dan klarifikasi data. Metode untuk menganalisa penelitian ini memakai analisis semiotika. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, istilah “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara” merupakan preposisi unik dan tidak lazim dalam konteks sosiolinguistik masyarakat Indonesia. Kedua, istilah Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara yang mengkategorikan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan bentuk kesalahan semantik dan pragmatik. Ketiga, secara aturan penulisan simbol dan tanda, istilah tersebut bertentangan dengan hakikat kedudukan dan fungsi dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika karena dijadikan sebagai satu varian yang sama, yaitu pilar. Keempat, penggunaan istilah Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara telah mengacaukan sistem tanda dan simbol, terutama pada makna semiotis Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Kata Kunci: Bahasa, Empat Pilar, Semiotik, Simbol.    PEIRCE SEMIOTIC ANALYSIS IN THE USE OF THE FOUR PILLAR OF LANGUAGE NATION AND STATE OF MPR RI Abstract The application of the term “Four Pillars of the Nation and of the State” as the socialization program of MPR RI evokes debates. This term, which has been used since 2009, gives a significant  impact in many aspects of linguistics, especially in the aspect of sosiolinguistic, semantic, pragmatic, and semiotics of language. This research aims to describe and analyze the problem of semiotics in the use of the Four Pillars of the Nation and of the State by the People's Consultative Assembly of the Republic of Indonesia. The “Four Pillars” referred to by the People's Consultative Assembly consist of Pancasila, 1945 Constitution, the Unitary State of the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity. The research data is from the phrase “Four Pillars of the Nation and of the State” which is collected by using the data inventory, data categorization, and data clarification. Method of analyzing the data in this research is using semiotic analysis. Result: The results of this study indicate that: first, the term “Four Pillars of the Nation and of the State” is a unique and unusual preposition in the sociolinguistics context of Indonesian society. Second, this term which categorizes Pancasila, the 1945 Constitution, the Unitary State of the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity becomes a  mistake of the language terminology. It is because they are on the contrary to the semantic and pragmatic aspects. Third, based on the rules of writing the symbols and the sign, the Four Pillars of the Nation and of the State does contradict the position and function Pancasila, the 1945 Constitution, the Unitary State of the Republik of Indonesia, and Unity in Diversity originally have, as one exact same variant. Fourth, based on the semiotic aspects, the use of the Four Pillars of the Nation and of the State has disrupted the system of signs and symbols, especially the semiotic meaning of Pancasila, the 1945 Constitution, the Unitary State of the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity. Keywords: language, four pillars, semiotics, symbol.
Refleksi Filosofis Mengenai Keadilan dan Ketahanan Nasional Armaidy Armawi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Jurnal Filsafat Seri 24 Februari 1996
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.31619

Abstract

Keadilan merupakan suatu prasyarat untuk terselenggaranya citanegara persatuan dan menegakkan sistem pemerintahan yang demokratis yang terwujud dalam bentuk musyawarah untuk mencapai mufakat.
Pendekatan Etika Terhadap Generasi Z Melalui Media Podcast I Made Chandra Mandira; Surya Wibawa Suparman; Tjatur Supriyono; Hikmawaty Hikmawaty; Hendra Setiawan Nuryahya; Muhammad Muchlis; Armaidy Armawi
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 5 No. 3 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) Edisi Mei- Agustus
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v5i3.3500

Abstract

Etika merupakan modal utama seseorang dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya. Generasi Z menjadi sorotan karena kurangnya etika dan tata krama saat ini. Tujuan dalam podcast ini adalah mengetahui pendekatan etika yang tepat pada generasi Z sehingga mengetahui cara yang sesuai untuk meningkatkan etika pada generasi Z. Metode menggunakan seminar yang dikemas dalam bentuk podcast yang dihadiri secara offline dan online dengan peserta mencapai 500 orang dari berbagai kalangan. Hasil dalam kegiatan ini adalah pendekatan etika pada generasi Z tidak semata-mata dapat dilakukan dalam bentuk doktrin, melainkan pendekatan emosional dikarenakan tipikal generasi Z memiliki cara yang unik dan berbeda dari generasi diatasnya. Pendekatan yang berbeda untuk menanamkan etika dan integritas pada generasi Z, dengan menjadi teman daripada superior dan menyarankan agar orang dewasa menjadi teman bagi generasi Z.
Dampak Modifikasi Arsitektur Vernakular Minangkabau Terhadap Pergeseran Nilai Budaya Masyarakat Nagari Koto Gadang VI Koto Armaidy Armawi; Shoim Mardiyah
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 13 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v13i2.77129

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persepsi masyarakat terkait pemaknaan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam arsitektur vernakular Minangkabau dan menemukan pengaruh modifikasi arsitektur vernakular Minangkabau terhadap pergeseran nilai budaya masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi langsung ke situs rumah gadang di Nagari Koto Gadang VI Koto, wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat (generasi X) dan tokoh pemuda (generasi milenial) yang ditentukan melalui purposive sampling, serta studi literatur. Penelitian ini dianalisis menggunakan berupa analisis interpretatif komparatif filosofis yang diawali dengan deskripsi, kesinambungan historis, interpretasi, dan komparasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Nagari Koto Gadang masih memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam arsitektur vernakular Minangkabau secara positif. Beragam nilai seperti kerja sama atau gotong royong, pemahaman atas ekologi atau lingkungan alam sekitar, dan nilai kekerabatan merupakan bagian yang secara tersirat terkandung dalam konstruksi arsitektur vernakular Minangkabau. Saat ini modifikasi arsitektur vernakular Minangkabau sebagian besar hanya mengadopsi penampakan atap rumah gadang yang dinilai ikonis yang tentu tidak dapat mewakili keaslian arsitektur vernakular yang sejati, terlebih nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kondisi ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat sebab keberadaan rumah gadang yang asli dinilai lebih penting untuk dipertahankan demi terjaganya identitas budaya yang secara fisik terwakili oleh konstruksi rumah gadang. Revitalisasi yang selama ini dilakukan masih berawal dari kesadaran sang ahli waris rumah gadang serta belum mendapatkan bantuan serta pendampingan dari pemerintah setempat. Adanya kelompok Sanggar Salareh Nan Jombang berpeluang sebagai media edukasi dan pelestarian nilai budaya di tengah masyarakat terlebih apabila terjalin sinergi antara pemangku kebijakan dengan masyarakat luas.
Smart Environment Program’s Traffic Management to Achieve Semarang City Resilience Armaidy Armawi; Agus Danugroho; Kiki Apriliyanti; Akhmad Asrofi
Journal of Governance and Public Policy Vol. 9 No. 3 (2022): October 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jgpp.v9i3.13056

Abstract

This research aims to study how the Semarang City Smart Environment-based traffic management during the Covid-19 Pandemic. The pandemic condition that affected all sectors, including traffic management, is a critical issue to study. In addition, based on the analysis of the VOSViewer software, research on the Smart Environment program-based traffic management during a plague is still not much research. This research is a descriptive qualitative study assisted by the data analysis software NVIVO 12 Plus. Data were collected from several related agencies and also supported secondary data. The results of this study indicate that the traffic management strategy through the Smart Environment during the COVID-19 Pandemic is a form of inter-agency integration in its implementation regulated in the Government Regulation on the Traffic and Road Transport Forum. The regulation realization takes place vertically and horizontally. The Smart Environment implemented traffic governance to overcome traffic problems is by utilizing the coordination of ATCS with the Semarang City Police Department and providing opportunities for the community to carry out complaints through Lapor Hendi and Call Center 112. The traffic governance affected three Gatra, namely economic, socio-cultural, and defense and security. Thus, it helps to support Semarang City to achieve its resilience.