Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Geografi Dialek Bahasa Tobelo di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Ety Duwila; Haedar Masbuku
TEKSTUAL Vol 18, No 2 (2020): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.774 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v18i2.3054

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk memaparkan bentuk-bentuk variasi bahasa bT dalam peta Bahasa Tobelo. Bentuk-bentuk variasi bahasa dideskripsikan pada tataran fonologi dan leksikal. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Bentuk variasi fonologi bT antara DP 1 dengan DP yang lain yaitu terdapat dua, tiga, empat, dan lima variasi, bahkan ada yang disetiap daerah pengamatan berbeda. Variasi bT di DP 2 dan DP 5 sebagian bentuk variasi sama dengan bentuk variasi di DP 1 yang wilayahnya di pedalaman ( menurut sejarah, DP 1 merupakan  asal penutur bahasa Tobelo sejak awal ). Sementara DP 3, 4, dan 6 yang berada di seputaran bagian pesisir memiliki bentuk variasi yang berbeda dengan ketiga DP di atas. Peta bahasa dapat menunjukan bentuk-bentuk variasi bahasa Tobelo di enam daerah pengamatan, hingga dapat diketahui awalnya bahasa Tobelo yang masih menggunakan yaitu dibagian Tobelo pedalaman yaitu DP 1. 2, dan 5. Sedangkan daerah di bagian pesisir yaitu DP 3, 4,  dan 6 terdapat variasi. Kata kunci: geografi dialek, bahasa tobelo, variasi. AbstractThis article  aims to explain the forms of bT language variations in the Tobelo language map. The various forms of language are described at the phonological and lexical levels. using a qualitative descriptive method. The form of bT phonological variations between DP 1 and other DPs is that there are two,three, four and five variation, some event differ in each area of observation. The variation of bT in DP 2 and DP 5 is partly the same as the variation in DP 1, which is in the interior (historically, DP 1 is the origin of Tobelo speakers from the start). Meanwhile, DP 3, 4, and 6 around the coastal are have different variation from three DP ‘s above. The language map can show variations in the Tobelo language in the six observation areas, so it can be seen initially that the Tobelo language is still in use, namely the inland Tobelo section namely DP 1.2 and 5.While the areas in the coastal part are DP 3, 4, and 6 are variation.Keyword; dialect geographic, tobelo lnguage, variation.
Bahasa Ternate dan Bahasa Tidore (Kajian Linguistik Historis Komparatif dan Dialektologi) Ety Duwila
TEKSTUAL Vol 19, No 2 (2021): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1072.72 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v19i2.739

Abstract

Penelitian tentang Bahasa Ternate dan Bahasa Tidore dikaji dari segi Linguistik Historis Komparatif dan Dialektologi. Kajian ini diterapkan pada bidang fonologi dan leksikon dari kedua bahasa yang diperbandingkan. Hasil kajian memperlihatkan adanya ciri-ciri linguistik bersama yang menunjukkan bahwa kedua bahasa ini  pernah mengalami sejarah perkembangan bersama. Meskipun kedua bahasa ini merupakan dua bahasa yang berbeda tetapi antara satu dengan lainnya memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat.Research about Language ternate and Tidore's Language is assessed of Historical Linguistics facet Comparability and dialektologi. This study is applied on phonology and lexicon area of to bilingual that is weighed with. Study result shows to mark sense linguistics marking with what does point out that to this bilingual has once experienced developing history with. Even to this bilingual constitute bilingual that variably but among one by another have kinship relationship that a stone's throw.
VITALITAS BAHASA TERNATE DI PULAU TERNATE Farida Maricar; Ety Duwila
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.347 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1003

Abstract

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan sejauh mana daya hidup bahasa Ternate saat ini yang secara tidak langsung berada di antara dua karakteristik, yakni bahasa Ternate hidup dalam konfigurasi masyarakat yang plural, dan berada pada masyarakat yang multilingual. Karakteristik tersebut ditengarai sebagai gejala atas keterancaman bahasa Ternate. Untuk itu, artikel ini menguraikan pola pemakaian bahasa Ternate dalam berbagai ranah dan mendeskripsikan realitas interaksi antara penutur bahasa Ternate dengan bahasa etnik lainnya yang berada dalam wilayah kota Ternate, serta melihat sikap etnik penutur bahasa Ternate dan etnik di luar itu. Dengan cara ini, gambaran atas daya tahan bahasa Ternate dapat terlihat. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, berbagai gejala sosial yang memengaruhi keterancaman bahasa Ternate dapat diuraikan dalam artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan, kesehatan bahasa Ternate masuk dalam kategori mengkhawatirkan. Artinya, meskipun bahasa Ternate masih bertahan setakat ini tetapi sudah merisaukan karena Bahasa Ternate sebagai bahasa ibu yang sejatinya dipakai sebagai alat komunikasi utama dalam komunikasi sehari-hari, kini sudah tergantikan dengan Bahasa Melayu Ternate. Bahasa pertama yang diajarkan orang tua kepada anak adalah Bahasa Melayu Ternate. Akibatnya, bahasa ibu bagi anak-anak di Ternate adalah Bahasa Melayu Ternate. Selain itu, melemahnya Bahasa Ternate juga disebabkan oleh intensitas penggunaan yang mulai berkurang di berbagai ranah tutur.Kata kunci: Bahasa Ternate, Vitalitas Bahasa, Multilingual
SASTRA LISAN TIDORE SEBAGAI MANIFESTASI PEMERTAHANAN BUDAYA FARIDA MARICAR; ETY DUWILA; NURAIN JALALUDDIN
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v8i2.4081

Abstract

 Penelitian ini menemukan beberapa nilai yang terkandung di dalam sastra lisan Tidore, yaitu nilai kepemimpinan dan nilai moral. Masyarakat Tidore di Kota Tidore Kepulauan memertahankan  budaya mereka melalui sastra lisan.  Salah satu  sastra lisan yang masih ada pada masyarakat Tidore adalah cerita rakyat. Penelitian ini bertujuan  mengidentifikasi, mencatat, dan menarasikan cerita-cerita yang ada di  masyarakat  Tidore, serta nilai-nilai yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut. Ada beberapa cerita rakyat Tidore teridentifikasi dan mencerminkan nilai budaya dan kehidupan, seperti kesabaran, kesopanan, pengenalan bahasa, hingga pembentukan karakter anak.  Melalui cerita lokal, pengetahuan dan kearifan lokal itu dapat ditransmisikan kepada anak-anak sebagai warisan budaya dan pengetahuan nenek moyangnya. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa nilai yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut, yaitu nilai kepemimpinan, nilai moral dan nilai sosial. Kata Kunci: sastra lisan, cerita rakyat Tidore, budaya 
Analisis Bentuk Kepemilikan Bahasa Patani di Halmahera Tengah Nurain Jalaluddin; Ety Duwila
Humanitatis : Journal of Language and Literature Vol 8 No 1 (2021): Humanitatis: Journal of Language and Literature
Publisher : LPPM Universitas Bumigora Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/humanitatis.v8i1.1558

Abstract

This study aims to describe the possessive forms of Patani language. In describing the data, the researchers apply the three method stages; the method of data acquisition, data analysis, and presentation of analysis. The result of the study shows that the possessive forms of Patani language are 1) :-g, -nik, -nak for the first person singular; 2) the possessive forms of first-person plural for exclusive is only -mam and there are three forms for inclusive: -r, -nir, -nor; 4) for the second person singular are:-m, -nim, -nam; 5) the second person plural is -me, -nimi, -nomo; 6) the possessive forms: I -, -ni, -no is for the third person singular; 7) for third person plural, the forms are -re, -niri, and -noro. Most of the possessive forms are enclitic, the only proclitic in this study is the possessive form of third-person singular I-.
Pemarkah Persona Bahasa Gebe Halmahera Tengah Ety Duwila; Nurain Jalaludin
TEKSTUAL Vol 20, No 2 (2022): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tekstual.v20i2.5570

Abstract

This research intends to describe the markers of personal pronouns in Gebe. As an ethnic language, Gebe language has its own uniqueness. Gebe language has a grammatical sophistication that is different from other languages. There are basic patterns that can be explained. However, not all of the basic patterns of the Gebe language will be explained in this research because the scope of linguistic studies covers many things. To overcome this broarness, the study only observes and describes the personal pronoun markers which are one of the unique characteristics of the Gebe language. The method used in this research is descriptive qualitative. This approach is chosen because it relates to the purpose of this study, which is to show the form of personal pronouns in Gebe language. The results show that in the Gebe language there, are personal pronouns ane, amne, itne, awya, mewya, yes, and sia. Meanwhile, the personal pronoun markers in Gebeese are y-, k-, t-, m-, f-, n-, and d-.