Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Local Wisdom as a Social Security Instrument for the Poor in North Maluku, Indonesia Amin, Safrudin; Ahmad, Irfan; Maricar, Farida; Abdulrahman, Safrudin
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 11, No 1 (2019): Komunitas, March 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v11i1.18241

Abstract

The studies of cultural revitalization, local wisdom, and social security are often separated and seems unconneted. This article aims at connecting these domains through ethnographic research and document analysis of the phenomena in revitalization of local wisdom called bari to strengthen the social security of the poor in North Maluku. Revitalization activies like raising funds from public not from government budget to build hundreds of decent housing for the poor is interesting issue to study. The three main concerns of this article are socio-cultural factors that encourage the birth of this movement, the activities and achievements of these revitalization movements, and the typical characteristics of local wisdom as a result of revitalization that distinguishes it from its original form. The findings presented in this article can contribute to academic discourse in the domains of local wisdom, cultural revitalization, and social security. The more important of this finding is to construct arguments about the existence of a bridge between local wisdom, revitalization, and social security.
Penggunaan Sapaan dalam Keluarga Inti Masyarakat Susupu Farida Maricar; Rahma Djumati
TEKSTUAL Vol 19, No 1 (2021): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.446 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v19i1.3089

Abstract

Penulisan artikel ini mendeskripsikan tentang penggunaan sapaan dalam keluarga inti pada masyarakat Susupu. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif  kualitatif  melalui  pengamatan langsung, wawancara, pengisian kuesioner, merekam, dan mencatat untuk melihat penggunaan sapaan dalam keluarga inti pada masyarakat Susupu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa bentuk penggunaan sapaan dalam keluarga inti yang digunakan oleh masyarakat Susupu. Yakni sapaan kepada ayah kandung, ibu kandung, kakek dan nenenk. Selain itu, sapaan yang digunakan bervariasi berdasarkan generasi penggunanya, yaitu generasi tahun 1980-an, generasi 1990- an, dan generasi 2000-an.  Kata kunci: bahasa, sapaan, masyarakat Susupu                                                                                                 AbstractThe writing of this article describes the use of greetings in the nuclear family in the Susupu community. The method used in this research is descriptive qualitative through direct observation, interviews, filling out questionnaires, recording, and taking notes to see the use of greetings in the nuclear family in the Susupu community. The results showed that there were several forms of greeting in the nuclear family used by the Susupu community. Namely greetings to biological father, biological mother, grandfather and nenenk. In addition, the greeting used varies based on the generation of users, namely the 1980s generation, 1990s generation, and 2000s generation.Keywords : language, greeting, Susupu society
Wacana dan Media; antara Kekuasaan, Representasi Ideologi dan Realita Sosial Farida Maricar
Tekstual Vol 16, No 1 (2018): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.019 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v16i1.1058

Abstract

Media had a great influence and power toward daily activities. By media, we can understandourselves. It means our ability to speak and think, get in touch to other people, even our dreamand awareness of identity was formed by media. In other words, learning media was learningourselves as social creature. There were three views on discourse analysis. The first wasrepresented by empirical-positivism. The second was called constructivism konstruktivisme. Thethird was called as critical view. In understanding a discourse (texts), it could not be rid of thecontext. To find the reality behind the texts, it was necessary to investigate to the context of textproduction, text consumption and socio-cultural aspects which influence the text production .This was because a text was not rid of subjective interest. A text also needs meaning thatmeans a text already exist could be a picture on theories which will be used to analyze theproblem.
VITALITAS BAHASA TERNATE DI PULAU TERNATE Farida Maricar; Ety Duwila
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.347 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1003

Abstract

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan sejauh mana daya hidup bahasa Ternate saat ini yang secara tidak langsung berada di antara dua karakteristik, yakni bahasa Ternate hidup dalam konfigurasi masyarakat yang plural, dan berada pada masyarakat yang multilingual. Karakteristik tersebut ditengarai sebagai gejala atas keterancaman bahasa Ternate. Untuk itu, artikel ini menguraikan pola pemakaian bahasa Ternate dalam berbagai ranah dan mendeskripsikan realitas interaksi antara penutur bahasa Ternate dengan bahasa etnik lainnya yang berada dalam wilayah kota Ternate, serta melihat sikap etnik penutur bahasa Ternate dan etnik di luar itu. Dengan cara ini, gambaran atas daya tahan bahasa Ternate dapat terlihat. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, berbagai gejala sosial yang memengaruhi keterancaman bahasa Ternate dapat diuraikan dalam artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan, kesehatan bahasa Ternate masuk dalam kategori mengkhawatirkan. Artinya, meskipun bahasa Ternate masih bertahan setakat ini tetapi sudah merisaukan karena Bahasa Ternate sebagai bahasa ibu yang sejatinya dipakai sebagai alat komunikasi utama dalam komunikasi sehari-hari, kini sudah tergantikan dengan Bahasa Melayu Ternate. Bahasa pertama yang diajarkan orang tua kepada anak adalah Bahasa Melayu Ternate. Akibatnya, bahasa ibu bagi anak-anak di Ternate adalah Bahasa Melayu Ternate. Selain itu, melemahnya Bahasa Ternate juga disebabkan oleh intensitas penggunaan yang mulai berkurang di berbagai ranah tutur.Kata kunci: Bahasa Ternate, Vitalitas Bahasa, Multilingual
NILAI DAN EKSISTENSI PERMAINAN TRADISIONAL DI TERNATE Farida Maricar; Rudi S. Tawari
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.696 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v5i2.1138

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan nilai dan makna yang terdapat pada permainan tradisional di Ternate. Bagaimana nilai itu berperan terhadap pemertahanan permainan tradisional dan berbagai faktor yang ditengarai sebagai penyebab melemahnya permainan tradsional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Ternate, terdapat puluhan permainan tradisional. Dari puluhan itu, penelitian ini menemukan bahwa permainan yang masih dipraktikkan kurang lebih hanya tujuh permainan tradisional dan sudah jarang dimainkan. Dilihat dari aspek nilai, permainan-permainan tradisional di Ternate mengandung berbagai nilai, di antaranya adalah nilai kerja sama, kejujuran, sportivitas, dan tanggung jawab. Dalam kaitannya dengan pemertahanan, ternyata nilai-nilai ini tidak terlalu berperan. Faktanya, dari puluhan permainan itu, yang tersisa kurang lebih tujuh permainan tradisional. Pola pewarisan yang berlangsung saat ini adalah pewarisan aktif. Proses ini berjalan dengan mengandalkan lingkunga sebagai tumpuan eksistensi. Dengan demikian, ketika lingkungan bermain berubah maka permainan juga ikut berubah. Permainan tradisional tidak lagi digandrungi karena permainan modern hadir dalam beragam pilihan. Atas dasar itu, maka pewarisan alamiah tidak bisa lagi diandalkan. Jika ini dibiarkan maka permainan  tradisional yang tersisa dimungkinkan dapat mengalami hal yang sama seperti permainan tradisonal lainnya yang lebih dulu punah. Kata kunci: Ternate, Permainan Tradisional, Nilai, Pewarisan  
SASTRA LISAN TIDORE SEBAGAI MANIFESTASI PEMERTAHANAN BUDAYA FARIDA MARICAR; ETY DUWILA; NURAIN JALALUDDIN
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v8i2.4081

Abstract

 Penelitian ini menemukan beberapa nilai yang terkandung di dalam sastra lisan Tidore, yaitu nilai kepemimpinan dan nilai moral. Masyarakat Tidore di Kota Tidore Kepulauan memertahankan  budaya mereka melalui sastra lisan.  Salah satu  sastra lisan yang masih ada pada masyarakat Tidore adalah cerita rakyat. Penelitian ini bertujuan  mengidentifikasi, mencatat, dan menarasikan cerita-cerita yang ada di  masyarakat  Tidore, serta nilai-nilai yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut. Ada beberapa cerita rakyat Tidore teridentifikasi dan mencerminkan nilai budaya dan kehidupan, seperti kesabaran, kesopanan, pengenalan bahasa, hingga pembentukan karakter anak.  Melalui cerita lokal, pengetahuan dan kearifan lokal itu dapat ditransmisikan kepada anak-anak sebagai warisan budaya dan pengetahuan nenek moyangnya. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa nilai yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut, yaitu nilai kepemimpinan, nilai moral dan nilai sosial. Kata Kunci: sastra lisan, cerita rakyat Tidore, budaya 
LANGUAGE MAINTENANCE OF BUGINESE IN BASTIONG VILLAGE, TERNATE, NORTH MOLUCCAS (A SOCIOLINGUISTIC STUDY) Adelia Rahman; Farida Maricar; Sutisno Adam
Humano: Jurnal Penelitian Vol 12, No 2 (2021): PERIODE NOVEMBER
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/hjp.v12i2.3858

Abstract

ABSTRACT. The aim of this research is (1) to describe how the Buginese maintain their language in the society of Ternate city, especially in BastiongTalangame village and also (2) to describe the factors contributing to the maintenance of Buginese Language in BastiongTalangame village.There are two data sources that the researcher uses; they are primary data and secondary data. In analyzing the data, researcher used qualitative descriptive methods. The data was analyzed with sociolinguistic theories which intend to make the researcher easier to understand and observe how language maintenance can survive in people’s everyday lives.The findings of this study indicate that this research is spoken by the people in the house, the surrounding environment, and also in public areas such as markets that can still survive. Buginese people use Buginese language when they communicate one another. However, they use Ternate Malay when communicating with people with other tribes. It can be concluded thatn the factors contributing to the Buginese Language maintenance include social and environmental factors where they are in a region of language concentration, namely in the BastiongTalangame Village, a language attitude factor that includes language user loyalty, pride in language and also awareness of norms that are still found in maintaining language And the last factor is a migration, where the Buginese community that comes and settles in the city of Ternate.
Anomali Bahasa dan Budaya di Era Pandemi Covid-19 Farida Maricar; Nurfani Nurfani
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 7 No 1 (2021): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.568 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menguraikan dampak COVID-19 terhadap bahasa dan kebudayaan masyarakat, khususnya di Ternate. Pada aspek bahasa ada anomali-anomali yang muncul sebagai akibat dari masyarakat mempercakapkan sebab akibat dari deraan virus ini. Sementara pada aspek kebudayaan, ada kebiasaan baru yang menyimpang dari kebiasaan keseharian masyarakat. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menguraikan sejumlah anomali bahasa yang tejadi atau menyebar di masyarakat Kota Ternate. Pada anomali bahasa, maksim yang paling menonjol adalah maksim relevansi karena ketidakselarasan yang dibangun sebagai bentuk anomali pada dasarnya dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Sementara tujuan anomali bahasa yang banyak dijumpai adalah imbauan, sindiran, ejekan, dan gurauan. Untuk anomali budaya, ditemukan banyak tindakan yang tidak selaras dengan kebiasaan dan adat-istiadat masyarakat sehari-hari. Fenomena jabat tangan, penggunaan masker, larangan bersilaturahmi, ketiadaan tahlilan pada saat orang meninggal, penolakan pemakaman, sekolah dengan metode virtual, dan lain-lainnya adalah bentuk-bentuk anomali kebudayan karena sikap dan tindakan itu tidak selaras dengan kebiasaan masyarakat umumnya. Untuk tujuan anomali kebudayaan, masyarakat terpaksa harus melakukan tindakan yang tidak sebanding dengan praktik kebudayaan sehari-hari karena masyarakat perlu mengadaptasi pandemi yang mengancam.
THE KINSHIP GREETING OF THE SUSUPU COMMUNITY IN WEST HALMAHERA REGENCY Rahma Djumati; Farida Maricar
RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 15, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/retorika.v15i1.27937

Abstract

This study aimed to describe many greetings forms found in Susupu community. The research method applied in this study was a descriptive qualitative method, because this study described data by words not numbers. This research was conducted in Susupu village, West Halmahera regency. The research informants were the greeting users, both in the nuclear family or in non-nuclear family. The data collection technique was consisted of a direct observation at the local community, interviews, and questionnaire filling (50 questions), recording, and taking notes in observing the form and usage of greetings. The result of the study indicated there are several forms of greeting used by Susupu community which included name abbreviation for addressing their biological mother and father; the foreign language influence in greeting forms; and abbreviation name for addressing the grandfather. These types of greetings were applied depending on the different generation according to the birth year. At present time, these greetings are still applied in the family also in the younger generation of the Susupu community. 
Bahasa Sampah di Tempat Bukan Sampah (Kajian Sosiolinguistik) Rudi Tawari; Nurfani Nurfani; Farida Maricar
Humanitatis : Journal of Language and Literature Vol 9 No 1 (2022): Humanitatis: Journal of Language and Literature
Publisher : LPPM Universitas Bumigora Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/humanitatis.v9i1.2413

Abstract

This article aims to describe the phenomenon of using language in making a ban on throwing garbage by the people of Ternate. The prohibitions on throwing garbage in the form of boards or announcements are scattered in various locations in Ternate City. Data on this prohibition is limited to the community, not offices. Data collection is done by observing directly at locations where there is a prohibition on throwing garbage. Meanwhile, the data related to the public's views on the board or banner for the prohibition of throwing garbage was carried out in two ways, namely direct interviews and indirect interviews. Direct interviews were conducted by going directly to the community around the place where the boards or banners were installed. Meanwhile, indirect interviews were conducted by asking questions using the google form. This research can be said that the variety of language used in the board or ban on the prohibition of waste is a combination of formal and semi-formal variety, semi-formal variety, and non-formal variety. Language that uses swearing is included in the informal variety. Based on reference to language use, all notice boards prohibiting the disposal of garbage using animal references. Meanwhile, the cause of the emergence of a ban on throwing garbage is a long process of population growth which has an impact on increasing waste production, the availability of trash cans, behavior in disposing of garbage, until the emergence of language for garbage that is conveyed in the form of a board or banner prohibition of throwing garbage. Keywords: Variety of Languages, reference to language use for garbage, garbage rohibition