Yunita Kusumawati
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERAN GANDA PEREMPUAN PEMETIK TEH Kusumawati, Yunita
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah membuat perempuan memiliki peran ganda. Terbatasnya lapangan kerja di pedesaan, ketrampilan yang terbatas dan pendidikan yang rendah menjadikan pemetik teh sebagai pilihan pekerjaan para perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana pembagian waktu perempuan pemetik teh sebagai efek dari beban ganda dan bagaimana kondisi sosial ekonominya. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Lokasi penelitian ini adalah di desa Keteleng, Batang yang berlokasi di dekat perkebunan teh PT Pagilaran dimana  banyak perempuan desa ini yang menjadi pemetik teh. Metode observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan dalam pengambilan data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber dan analisis data dilakukan dengan analisis interpretatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Hal ini berpengaruh pada kondisi sosial, dimana perempuan pemetik teh tetap memiliki interaksi sosial yang baik dengan keluarga, bahkan memperluas pergaulan dengan masyarakat. Dari segi ekonomi, profesi sebagai perempuan pemetik teh tidak menaikkan kesejahteraan secara signifikan karena rendahnya upah yang diterima. Namun dengan kemandirian ekonominya, perempuan ini memiliki peran yang aktif dalam pengambilan keputusan di keluarga. Tuntutan sosial ekonomi yang dibebankan kepada perempuan ini juga mendorong masyarakat untuk tidak bertindak diskriminatif. Levels of low socioeconomic families lead women to have double roles. Limited employment opportunities in rural areas, limited skills and low education make tea picking as the most possible work for women. The objective of this study is to describe the time division of women tea pickers and their social and economic conditions. The study used a qualitative approach and specifically phenomenology. The study site is in the village Keteleng, Batang, located near the tea plantation PT Pagilaran where many women of this village became tea pickers. Observation, interviews, and documentation were used in data collection. The validity of data is done by triangulation of data sources and analysis was conducted by interpretative analysis. This study explains that women has multiple roles in domestic and public, and this has impact in their life. The tea pickers women still have good social interactions with family, and even expanding relationships with the community. In terms of economics, the profession as a tea picker does not significantly raise the women’s welfare because of low wages they receive. But with economic independence that they gain as tea leaves pickers, these women have an active role in decision-making in the family. This socio-economic demands shouldered upon these women also reduce levels of discrimination.
PERAN GANDA PEREMPUAN PEMETIK TEH Kusumawati, Yunita
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v4i2.2411

Abstract

Tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah membuat perempuan memiliki peran ganda. Terbatasnya lapangan kerja di pedesaan, ketrampilan yang terbatas dan pendidikan yang rendah menjadikan pemetik teh sebagai pilihan pekerjaan para perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana pembagian waktu perempuan pemetik teh sebagai efek dari beban ganda dan bagaimana kondisi sosial ekonominya. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Lokasi penelitian ini adalah di desa Keteleng, Batang yang berlokasi di dekat perkebunan teh PT Pagilaran dimana  banyak perempuan desa ini yang menjadi pemetik teh. Metode observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan dalam pengambilan data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber dan analisis data dilakukan dengan analisis interpretatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Hal ini berpengaruh pada kondisi sosial, dimana perempuan pemetik teh tetap memiliki interaksi sosial yang baik dengan keluarga, bahkan memperluas pergaulan dengan masyarakat. Dari segi ekonomi, profesi sebagai perempuan pemetik teh tidak menaikkan kesejahteraan secara signifikan karena rendahnya upah yang diterima. Namun dengan kemandirian ekonominya, perempuan ini memiliki peran yang aktif dalam pengambilan keputusan di keluarga. Tuntutan sosial ekonomi yang dibebankan kepada perempuan ini juga mendorong masyarakat untuk tidak bertindak diskriminatif. Levels of low socioeconomic families lead women to have double roles. Limited employment opportunities in rural areas, limited skills and low education make tea picking as the most possible work for women. The objective of this study is to describe the time division of women tea pickers and their social and economic conditions. The study used a qualitative approach and specifically phenomenology. The study site is in the village Keteleng, Batang, located near the tea plantation PT Pagilaran where many women of this village became tea pickers. Observation, interviews, and documentation were used in data collection. The validity of data is done by triangulation of data sources and analysis was conducted by interpretative analysis. This study explains that women has multiple roles in domestic and public, and this has impact in their life. The tea pickers women still have good social interactions with family, and even expanding relationships with the community. In terms of economics, the profession as a tea picker does not significantly raise the women’s welfare because of low wages they receive. But with economic independence that they gain as tea leaves pickers, these women have an active role in decision-making in the family. This socio-economic demands shouldered upon these women also reduce levels of discrimination.
PERAN GANDA PEREMPUAN PEMETIK TEH Kusumawati, Yunita
Komunitas Vol 4, No 2 (2012): September 2012
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v4i2.2411

Abstract

Tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah membuat perempuan memiliki peran ganda. Terbatasnya lapangan kerja di pedesaan, ketrampilan yang terbatas dan pendidikan yang rendah menjadikan pemetik teh sebagai pilihan pekerjaan para perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana pembagian waktu perempuan pemetik teh sebagai efek dari beban ganda dan bagaimana kondisi sosial ekonominya. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Lokasi penelitian ini adalah di desa Keteleng, Batang yang berlokasi di dekat perkebunan teh PT Pagilaran dimana  banyak perempuan desa ini yang menjadi pemetik teh. Metode observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan dalam pengambilan data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber dan analisis data dilakukan dengan analisis interpretatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Hal ini berpengaruh pada kondisi sosial, dimana perempuan pemetik teh tetap memiliki interaksi sosial yang baik dengan keluarga, bahkan memperluas pergaulan dengan masyarakat. Dari segi ekonomi, profesi sebagai perempuan pemetik teh tidak menaikkan kesejahteraan secara signifikan karena rendahnya upah yang diterima. Namun dengan kemandirian ekonominya, perempuan ini memiliki peran yang aktif dalam pengambilan keputusan di keluarga. Tuntutan sosial ekonomi yang dibebankan kepada perempuan ini juga mendorong masyarakat untuk tidak bertindak diskriminatif. Levels of low socioeconomic families lead women to have double roles. Limited employment opportunities in rural areas, limited skills and low education make tea picking as the most possible work for women. The objective of this study is to describe the time division of women tea pickers and their social and economic conditions. The study used a qualitative approach and specifically phenomenology. The study site is in the village Keteleng, Batang, located near the tea plantation PT Pagilaran where many women of this village became tea pickers. Observation, interviews, and documentation were used in data collection. The validity of data is done by triangulation of data sources and analysis was conducted by interpretative analysis. This study explains that women has multiple roles in domestic and public, and this has impact in their life. The tea pickers women still have good social interactions with family, and even expanding relationships with the community. In terms of economics, the profession as a tea picker does not significantly raise the women’s welfare because of low wages they receive. But with economic independence that they gain as tea leaves pickers, these women have an active role in decision-making in the family. This socio-economic demands shouldered upon these women also reduce levels of discrimination.
Strategi Komunikasi Pemasaran Kedai Kopi Tambora Surabaya Dalam Meningkatkan Jumlah Pengunjung Kusumawati, Yunita; Arkansyah , Moch Arkansyah
DIGICOM : Jurnal Komunikasi dan Media Vol. 4 No. 1 (2024): Edisi Januari 2024
Publisher : LPPM Stikosa-AWS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37826/digicom.v4i1.776

Abstract

Coffee shop is a conversation in the community which is the attraction of a modern coffee shop. Coffe shop is a place to socialize for anyone who wants to get a relaxed atmosphere to discuss or just to greet never left behind by the times. Coffee is one of the drinks made from spices that has become a favorite drink around the world. Modern coffee shops are a topic of conversation in society and attract the attention of many people. Currently, the business in the field of coffee shops has developed with an interesting concept of sales and presentation, ranging from the design of the place to the menu offered. In this study using qualitative descriptive methods with data collection techniques through interviews with resource persons, observation and supported by data in the form of documentation. The results of this study found that the marketing communication applied by Kedai Tambora is through marketing carried out using Kedai Tambora's own Instagram social media or by marketing through paid promotions with one of the influencers in Surabaya.