Sardulo Gembong
IKIP PGRI MADIUN

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PROFIL KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN LINGUISTIK Nur Laili Mutmainah; Sardulo Gembong; Davi Apriandi
Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.275 KB)

Abstract

This study aims to determine the mathematical communication profile secondary school students in solving mathematical problems regarding linguistic intelligence. Determination of the subjects in this study is based on linguistic intelligence test scores eighth-grade students of SMP Negeri 1 A western numbering 35 students. Based on the results of the linguistic intelligence test scores have six subjects were categorized into three categories, namely two subjects with high linguistic intelligence, two subjects with moderate linguistic intelligence, and two subjects with low linguistic intelligence. This type of research is qualitative descriptive study. Data collection techniques in this study were obtained based on the results of tests, interviews, and documentation. Technique authenticity of data is done by a triangulation method. Data analysis was performed with data reduction, data presentation and verification of data. The conclusion of this study were (1) students with a high in linguistic intelligence has a tendency to comply with all aspects of mathematical communication, (2) students with linguistic intelligence medium category have a tendency to meet aspects mathematical communication, but the aspect of using representation thoroughly to express the concept of mathematics and solutions and strategies stated settlement of a problem are small, (3) students with linguistic intelligence little category have a tendency mathematical communication is low, it can be seen in every aspect of mathematical communication pertained mostly low category.
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SMP YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL Natalia Desi A.; Sardulo Gembong; Tri Andari
JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.367 KB) | DOI: 10.25273/jipm.v1i2.475

Abstract

Dalam menyelesaikan soal-soal ujian nasional matematika, siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik. Dengan mengikuti bimbingan belajar sangat membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang mereka temukan saat menyelesaikan soal-soal dalam menghadapi ujian nasional. Proses bepikir kreatif merupakan suatu proses aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka. Dalam berpikir kreatif ada 5 tahapan yang harus dilewati yaitu orientasi, inkubasi, iluminasi, verifikasi, dan aplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa SMP yang mengikuti bimbingan belajar ketika menyelesaikan soal-soal ujian nasional. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan penelitian dilakukan pada 6 orang siswa SMP yang mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori tinggi, kategori sedang, dan kategori rendah yang masing-masing kategori berjumlah dua orang siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode tes dan wawancara sedangkan teknik keabsahan data penelitian ini mengunakan teknik triangulasi teknik. Pada penelitian ini peneliti dalam menganalisis data menggunakan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pada tahap (1) orientasi: a. semua subyek kategori tinggi, sedang dan rendah mampu mengumpulkan informasi dengan baik. b. Mengidentifikasi masalah, subjek kategori tinggi dan sedang dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, sedangkan pada kategori rendah dapat mengidentifikasi masalah dengan cukup. (2) inkubasi: subyek kategori tinggi dan sedang mampu melewati dengan baik sedangkan subyek kategori rendah mampu melewatinya dengan cukup. (3) iluminasi: subyek kategori tinggi dapat menemukan ide atau inspirasi dengan baik, subyek kategori sedang belum dapat disimpulkan secara umum. (4) verifikasi:a. Mengevaluasi pemecahan masalah, subyek kategori tinggi dan sedang mampu mengevaluasi pemecahan masalah baik, sedangkan subyek kategori rendah belum dapat disimpulkan secara umum, b. Memutuskan solusi, semua subyek dapat memutuskan solusi dengan baik. (5) aplikasi: semua subyek mengambil langkah-langkah solusi dengan cukup.
ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL URAIAN MATEMATIKA SISWA MTs PADA POKOK BAHASAN UNSUR-UNSUR LINGKARAN Agita Apriliawan; Sardulo Gembong; Sanusi Sanusi
JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.349 KB) | DOI: 10.25273/jipm.v1i2.480

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian pokok bahasan unsur-unsur lingkaran.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi dilapangan. Dalam penelitian ini dipilih subyek sebanyak 6 siswa MTs Negeri Caruban. Subyek dipilih berdasarkan rekomendeasi guru mata pelajaran matematika dengan kriteria 2 siswa dengan kemampuan matematika tinggi, 2 siswa dengan kemampuan matematika sedang, dan 2 siswa dengan kemampuan matematika rendah.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan wawancara. Tes digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pokok bahasan unsur-unsur lingkaran, sedangkan wawancara digunakan untuk menelusuri kesalahan yang dilakukan siswa secara lebih mendalam. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber atau triangulasi data. Triangulasi ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Sumber data yang digunakan adalah data hasil tes, dan data hasil wawancara. Dari hasil tes dan wawancara maka dapat disimpulkan bahwa 1) kesalahan dalam menginterprestasi bahasa yang dilakukan siswa MTs kelas VIII adalah a) siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan rendah cenderung tidak mengalami kesalahan dalam memahami maksud soal. b) siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan rendah cenderung tidak mengalami kesalahan dalam menerjemahkan soal dari bahasa umum ke model matematika. 2) kesalahan konsep yang dilakukan siswa MTs kelas VIII adalah a) siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang cenderung tidak mengalami kesalahan dalam menerapkan konsep. b) siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang cenderung tidak mengalami kesalahan dalam dalam menerapkan rumus. c) siswa dengan kemampuan matematika rendah cenderung mengalami kesalahan dalam menentukan prosedur pengerjaan soal. 3) kesalahan teknis yang dilakukan siswa MTs kelas VIII adalah a) siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang cenderung tidak mengalami kesalahan dalam melakukan operasi hitung. 4) kesalahan kealpaan yang dilakukan siswa MTs kelas VIII adalah a) siswa dengan kemampuan matematika rendah cenderung mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal. b) Siswa dengan kemampuan matematika tinggi cenderung tidak mengalami kesalahan dalam kecermatan meneliti hasil pekerjaannya.
PROFIL KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X DALAM MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PENERAPAN SIFAT-SIFAT EKSPONEN DAN LOGARITMA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL Lenny Prastiyowati; Sardulo Gembong; Darmadi Darmadi
JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.023 KB) | DOI: 10.25273/jipm.v4i1.1027

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan pemahaman dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penerapan sifat-sifat eksponen dan logaritma pada siswa SMA ditinjau dari kemampuan awal, yang meliputi memahami masalah, merencanakan penyelesaia masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah enam siswa kelas X SMA N 1 Kawedanan yaitu dua siswa dengan kemampuan awal tinggi, dua siswa dengan kemampuan awal sedang dan dua siswa dengan kemampuan awal rendah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan wawancara. Teknik keabsahan data dilakukan dengan triangulasi metode. Data hasil penelitian dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan profil kemampuan pemahaman siswa dengan ke-mampuan awal tinggi : memiliki kemampuan pemahaman dalam proses pemahaman menaf-sirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, dan menjelaskan dengan baik namun hanya mampu menggunakan proses pemahaman membandingkan dengan cukup. Siswa dengan kemampuan awal sedang : memiliki kemampuan pemahaman dalam proses pemahaman menafsirkan, mengklasifikasikan dan merangkum dengan baik namun dalam kemampuan menggunakan proses pemahaman mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan dengan cukup. Siswa dengan kemampuan awal sedang : memiliki kemampuan pemahaman dalam proses pemahaman menafsirkan, mengkla-sifikasikan dan merangkum dengan baik namun kemampuan siswa dalam menggunakan proses pemahaman mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan adalah kurang.
PROFIL PEMAHAMAN KONSEP SEGITIGA PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) BERDASARKAN TEORI VAN HEILE Yayuk Purnamawati; Sardulo Gembong; Ervina Maret S.
JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.298 KB) | DOI: 10.25273/jipm.v1i2.478

Abstract

Berbagai anggapan muncul di benak siswa sebagai pelaksana pendidikan bahwa matematika adalah mata pelajaran sulit untuk dipahami. Pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menangkap pengertian suatu konsep. Salah satu materi yang perlu penanaman konsep adalah materi segitiga. Pada teori Van Hiele mengatakan bahwa tingkatan untuk pemahaman geometri dasar meliputi 5 tingkatan yaitu tahap informasi, orientasi terbimbing, eksplitasi, orientasi bebas, integrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui profil pemahaman konsep segitiga pada siswa Sekolah (SD) berdasarkan teori Van Hiele. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah 6 siswa kelas III SD N 03 Dimong. Teknik pengumpulan data diperoleh dari metode tes tulis dan tes wawancara. Teknik keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan teknik sedangkan teknik analisis datanya adalah non-statistik dengan menggunakan transkrip wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kategori tinggi memiliki kecenderungan pemaham konsep geometri yang baik, siswa kategori sedang memiliki kecenderungan pemaham konsep geometri yang cukup baik sedangkan siswa kategori rendah memiliki pemaham konsep geometri yang kurang.
Efektifitas Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Jigsaw dengan Pendekatan Matematisasi Berjenjang dan Tanapa Pendekatan Matematisasi Berjenjang Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Inteligensi Siswa pada Siswa SMA di Kota Madiun Sardulo Gembong
Jurnal Pendidikan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : Jurnal Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.068 KB)

Abstract

This research serves analyses on: 1) which brings about better result of learning mathematics between Jigsaw Cooperative Model with and without Stratified Mathematication Approach,                      2) students’ achievement in mathematics under Jigsaw Cooperative Model with and without Stratified Mathematication Approach in consideration of both students’ motivation and intelligence, 3) what different achievement made by students with high, medium and low learning motivation under Jigsaw Cooperative Model with and without Stratified Mathematication Approach, 4) what different achievement made by students with high, medium and low intelligence under Jigsaw Cooperative Model with and without Stratified Mathematication Approach.             The population of the reseaech are all state SMA-s in Madiun Municipality, term 2007/2008 which consist of 6 SMA-s. The sample is drawn under random sampling technique. The sample was drawn one class for experiment one, and one class for control one out of students of SMA Negeri I Madiun , and one class for experiment one, and one class for control one out of students of SMA Negeri VI  Madiun. The samples consist of 148 students. Instruments are analytically attested at SMA V Madiun with 74 respondents.             The analysis brings about conclusions as follows: 1) the students who learn mathematics under Jigsaw Cooperative Model with Stratified Mathematication Approach made better achievement than those without Stratified Mathematication Approach, both in general consideration and in consideration of each level of motivation and intelligence category, 2) students with high motivation made better achievement than those with medium one, and the students with medium motivation strength made better achievement than those with low one, both in general consideration and in consideration of each learning model given, 3) students with high intelligence made better achievement than those with medium one, and the students with medium motivation strenght made better achievement than those with low one both, in general consideration and in consideration of each learning model given, 4) In consideration of the students’ motivation, intelligence and learning model, the Jigsaw Cooperative Model with Stratified Mathe-matication Approach results in better students’ achievement than that without Stratified Mathematication Approach.
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI SISTEM KONSTRUKSI INFORMASI VERBAL DAN NON VERBAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Sardulo Gembong; Suroso Suroso
Jurnal Pendidikan Vol 14, No 1 (2008)
Publisher : Jurnal Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research  is arranged  to analyze:  1) the difficulties  found by  teachers   in  developing   mathematics    teaching   models,   2)  the effectiveness    of  verbal  and  non-verbal   information    construction strategy  in teaching  mathematics.  The objectives  of this research  are then: to identify the effectiveness  of verbal and non-verbal  information construction  strategy in teaching mathematics,  and to find alternatives of developing  the competency-based   learning  model. The research  is carried   out  under  descriptive   qualitative   method   by  class  action research   design.  The  subjects  'of  the  research   are  the  students   of SMA Negeri 1 Ponorogo.Generally   in the cycle  I the  students  show  development   in proposing   creativity   verbally   and  non-verbally when  answering questions  by making  use of mathematical   logic. But the researchers have not yet trust the result obtained in cycle Ias consistence,  because there  are  still  some  students   having   sufficient   scores  within   he framework  of the 65 threshold  level cognitively.  The average score is 75.52, while there are some students show inactiveness  in the learning process.  The second  cycle  is then regarded  important  to carry out.The  analysis   taken  up  by  observation    upon  students   and teachers activities,  tests, questionnaires   and field notes shows the development   in the second  cycle  for some  aspects,  like the average score  and make-ups  against  threshold  level.  The  average  cognitive score is 85.33,  against  which  the researchers   decide  not to continue to third cycle.  The teachers'   difficulties   in developing   the teaching models can be analytically  solved by development  in guiding students discussion technique, encourage students to ask questions or to pass down opinion, and relating the existing concepts and the new ones by making use of real appliance which are available around us. The students enthusiasm gives rise to the effectiveness of verbal and non-verbal information construction strategy in teaching mathematics.