Inovasi dalam perkembangan teknologi beton menampilkan jenis beton yang mempunyai kemampuan untukmenyembuhkan diri saat terjadi keretakan yang dikenal sebagai self healing concrete (SHC). Rancang campur SHCmencakup kelecekan (workability,) kuat tekan dan permeabilitas. Penggunaan fly ash bervariasi dari 0 – 55% dariberat semen yang digantikan.Pemanfaatan fly ash dalam beton berfungsi mengubah CaOH menjadi C-S-H. CaOH merupakan unsurlemah dalam beton menjadi C-S-H yang memiliki fungsi pengikat dan memberikan kontribusi pada kekuatan beton.Butiran fly ash yang berukuran lebih kecil dari semen dimanfaatkan sebagai filler yang memiliki peran ganda:sebagai pengisi ruang-ruang kosong antar agregat dalam beton sehingga gradasi campuran lebih “smooth” sekaligusberperan sebagai lubrikan yang dapat meningkatkan workability campuran (Haque et al 1984). Pemakaian fly ashjuga akan mengurangi penggunaan semen, makin sedikit semen yang digunakan akan menurunkan suhu reaksisehingga kemungkinan retak akibat efek termal tereduksi (Mehta et al 2006). Pengurangan jumlah semen jugaberdampak pada peningkatan workability campuran beton. Ditinjau dari permeabilitas, butiran fly ash yang halusakan meningkatkan kepadatan beton sehingga akan semakin kecil permeabilitasnya.Dari hasil pengujian, analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagaiberikut: Penggunaan fly ash dengan kadar tertentu dapat mempengaruhi sifat beton segar yang dihasilkan, semakintinggi kandungan fly ash yang digunakan semakin baik pula workability dan flowability beton segar yang dihasilkan.Penggunaan material fly ash dapat menurunkan biaya produksi untuk beton normal yang memiliki sifat self healingconcrete (SHC) karena dapat mereduksi sebagian atau lebih kebutuhan penggunaan semen pada campuran beton.Salah satu faktor utama yang mempengaruhi nilai kuat tekan beton adalah umur beton. Penggunaan kadar fly ashdiatas 50% dari berat binder yang digunakan memiliki nilai kuat tekan awal yang kurang baik untuk pengerjaanbeton yang memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena proses pengerasan ( setting time)dan penambahan kekuatan betonnya agak lambat pada umur beton kurang dari 28 hari. Setelah umur 28 hari kuattekan beton yang menggunakan fly ash sebagai penggantian sebagian semen mengalami kenaikan sebesar 25% padakadar 10%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 45% dibanding dengan beton konvensional. Tetapi pada kadar 55% kuattekan beton menurun. Kuat tekan optimum terjadi pada kadar 45%. Penggunaan fly ash sebagai pengganti semendapat memperkecil nilai koefisien permeabilitas beton. Berdasarkan uraian tersebut,maka SHC diharapkanmempunyai kelebihan dibandingkan dengan beton konvensional dalam hal kelecekan (workability), kuat tekan danpermeabilitas yang akan meningkatkan ketahanan beton (durability).