Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

DINAMIKA DALANG PEREMPUAN WAYANG PURWA DALAM ARUS ISLAMISASI Budi Harianto; Seli Muna Ardiani
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6 No 1 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.1.99-118

Abstract

The female Wayang Purwa puppeteer originally came with a heavy Javanese cultural identity. This identity is reflected in the mindset of Javanese people who always move upward to achieve the principle of natural harmony; then practiced in specific rites in order to maintain the principle of unity. This important role then gradually declines over time. The process of Islamization which has strengthened after the reformation era has become an obstacle of the fate of female puppeteer. Female puppeteers are also the target of the current Islamization in the interests of political contestation in Indonesia. In addition to being confronted with the fact of malesentrism, the female puppeteers are also forced to accept a far more closed interpretation of Islamic religion. This article aims to answer how the dynamics that occur in female puppeteers of Wayang Purwa in the stream of Islamization. Keywords: Female Puppeteer, Cultural Identity, Islamization, Javanese Society  Dalang perempuan wayang purwa mulanya hadir dengan identitas kultural Jawa yang kental. Identitas ini tercermin dalam pola pikir masyarakat Jawa yang selalu bergerak ke atas untuk mencapai prinsip harmoni alam; kemudian dipraktikkan dalam ritus-ritus khas demi menjaga prinsip kemenyatuan tersebut. Peran penting ini kemudian berangsur luruh dari waktu ke waktu. Arus Islamisasi yang kian menguat paska reformasi menjadi salah satu ‘pengganjal’ nasib dalang perempuan. Dalang perempuan juga menjadi sasaran arus Islamisasi dalam kepentingan kontestasi politik di Indonesia. Selain dihadapkan dengan fakta pedalangan yang malesentrism, dalang perempuan juga terpaksa mengamini tafsir keagamaan Islam yang jauh lebih tertutup. Artikel di bawah ini berusaha untuk menjawab bagaimana dinamika yang terjadi pada dalang perempuan wayang purwa dalam arus Islamisasi. Kata kunci: Dalang Perempuan, Identitas Kultural, Islamisasi, Masyarakat Jawa
ASWAJA AN-NAHDLIYAH SEBAGAI REPRESENTATIF TEOLOGI ISLAM NUSANTARA PERSPEKTIF KIAI SAID AQIL SIROJ Budi Harianto; Nurul Syalafiyah
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.252-281

Abstract

Kiai Said Aqil Siroj said that the Nahdlatul Ulama (NU) is a perfect representation of Islam Nusantara in terms of both its organizational culture and movement. NU steps at jama'ah and jam'iyah levels has become a complete reference in harmonizing religion, ideology, and nationalism. NU has three ukhuwah, namely ukhuwah basariyah, islamiyah, and wathaniyah that are in line with the national interest of the Republic of Indonesia. As a sturdy fortress of the national, Islam Nusantara develops knowledge, strengthens networks and forms a national strategy regarding the “Unity in Diversity” principle of the Republic of Indonesia. NU adheres to the theology of Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah and makes it a manhaj al-fikr. Thus of Kiai Said Aqil Siroj, Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah that is constructed by NU, then which is then often called as Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah an-Nahdliyah, can be one of theological representations of Islam Nusantara. This article is intended to put Kiai Said Aqil Siroj's view properly on Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah, that is constructed by Nahdlatul Ulama correlation with the concept of Islam Nusantara in the framework of scientific dynamics of Islamic studies, and its contribution to the earthing of friendly, peacefully, and blessed Islam for all Indonesians in particular, and for the world in general. From a scientific point of view, an expression by Kiai Said Aqil Siroj is a new nuance in the study and insight of Islamic thought.Keywords : Kiai Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama, Aswaja An-Nahdliyah, Islam Nusantara.Kiai Said Aqil Siroj menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) merupakan representasi paripurna dari Islam Nusantara dalam kultur organisasi maupun gerakannya. Gerak langkah NU pada level jama’ah maupun jam’iyah menjadi referensi utuh dalam menyelaraskan agama, ideologi, dan rasa kebangsaan. Dalam NU terdapat tiga ukhuwah yaitu ukhuwah basariyah, islamiyah, dan wathaniyah yang selaras dengan kepentingan NKRI. Sebagai benteng kokoh Islam Nusantara bergerak mengembangkan pengetahuan dan menguatkan jaringan serta membentuk strategi kebangsaan sesuai kebhinekaan NKRI. NU yang menganut teologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan menjadikanya sebagai manhaj al-fikr. Maka dengan melihat pernyataan Kiai Said Aqil Siroj diatas maka Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang dikonstruk oleh NU yang dalam perkembanganya sering disebut dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah an-Nahdliyah bisa menjadi salah satu representasi Teologi Islam Nusantara. Dari paparan tersebut artikel ini dimaksudkan untuk mendudukan secara tepat pandangan Kiai Said Aqil Siroj tentang Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah yang dikontruks oleh Nahdlatul Ulama’ dalam korelasinya dengan konsep Islam Nusantara dalam bingkai dinamika keilmuan studi Islam, serta kontribusinya bagi pembumian Islam yang ramah, damai, dan menjadi rahmah bagi seluruh bangsa Indonesia khususnya bagi dunia umumnya. Pada sisi keilmuan pengungkapan pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tersebut nuansa baru dalam kajian dan wawasan pemikiran Islam.Kata Kunci : Kiai Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama, Aswaja An-Nahdliyah, Islam Nusantara.   
Relasi Teologi Aswaja Dengan Ham Perspektif Kiai Said Aqil Siroj Budi Harianto
HUMANISTIKA : Jurnal Keislaman Vol 4 No 2 (2018): June
Publisher : Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.173 KB) | DOI: 10.36835/humanistika.v4i2.34

Abstract

Abstract: The definition of Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah resulted from the construction of Kiai Said Aqil Siroj's thought ie Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah as manhaj al-fikr al-din al-syamil 'ala syu'un al-hayat wa muqtadhayatiha al-qaim 'ala asas al-tawassuth wa al-tawazun wa al i'tidad wa al-tasamuh (a method of religious thought that encompasses all aspects of life and stands on the principle of equilibrium in aqidah, mediator and adhesive in social life, and justice and tolerance in politics). Kyai Said Aqil Siroj's typology of thought is an inclusive (open) religious typology and the Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah perspective of Kiai Said can be said of the inclusiveness of Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah. So Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah must contain tawasut, tasamuh, tawazun and i'tidal in acting or thinking. So as to respond to new things in modern life such as human rights. Keywords: HAM, Ahl as-Sunnah Wa-al Jama'ah, Justice, Freedom, Equality.
DINAMIKA DALANG PEREMPUAN WAYANG PURWA DALAM ARUS ISLAMISASI Budi Harianto; Seli Muna Ardiani
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6 No 1 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.1.99-118

Abstract

The female Wayang Purwa puppeteer originally came with a heavy Javanese cultural identity. This identity is reflected in the mindset of Javanese people who always move upward to achieve the principle of natural harmony; then practiced in specific rites in order to maintain the principle of unity. This important role then gradually declines over time. The process of Islamization which has strengthened after the reformation era has become an obstacle of the fate of female puppeteer. Female puppeteers are also the target of the current Islamization in the interests of political contestation in Indonesia. In addition to being confronted with the fact of malesentrism, the female puppeteers are also forced to accept a far more closed interpretation of Islamic religion. This article aims to answer how the dynamics that occur in female puppeteers of Wayang Purwa in the stream of Islamization. Keywords: Female Puppeteer, Cultural Identity, Islamization, Javanese Society  Dalang perempuan wayang purwa mulanya hadir dengan identitas kultural Jawa yang kental. Identitas ini tercermin dalam pola pikir masyarakat Jawa yang selalu bergerak ke atas untuk mencapai prinsip harmoni alam; kemudian dipraktikkan dalam ritus-ritus khas demi menjaga prinsip kemenyatuan tersebut. Peran penting ini kemudian berangsur luruh dari waktu ke waktu. Arus Islamisasi yang kian menguat paska reformasi menjadi salah satu ‘pengganjal’ nasib dalang perempuan. Dalang perempuan juga menjadi sasaran arus Islamisasi dalam kepentingan kontestasi politik di Indonesia. Selain dihadapkan dengan fakta pedalangan yang malesentrism, dalang perempuan juga terpaksa mengamini tafsir keagamaan Islam yang jauh lebih tertutup. Artikel di bawah ini berusaha untuk menjawab bagaimana dinamika yang terjadi pada dalang perempuan wayang purwa dalam arus Islamisasi. Kata kunci: Dalang Perempuan, Identitas Kultural, Islamisasi, Masyarakat Jawa
ASWAJA AN-NAHDLIYAH SEBAGAI REPRESENTATIF TEOLOGI ISLAM NUSANTARA PERSPEKTIF KIAI SAID AQIL SIROJ Budi Harianto; Nurul Syalafiyah
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.252-281

Abstract

Kiai Said Aqil Siroj said that the Nahdlatul Ulama (NU) is a perfect representation of Islam Nusantara in terms of both its organizational culture and movement. NU steps at jama'ah and jam'iyah levels has become a complete reference in harmonizing religion, ideology, and nationalism. NU has three ukhuwah, namely ukhuwah basariyah, islamiyah, and wathaniyah that are in line with the national interest of the Republic of Indonesia. As a sturdy fortress of the national, Islam Nusantara develops knowledge, strengthens networks and forms a national strategy regarding the “Unity in Diversity” principle of the Republic of Indonesia. NU adheres to the theology of Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah and makes it a manhaj al-fikr. Thus of Kiai Said Aqil Siroj, Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah that is constructed by NU, then which is then often called as Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah an-Nahdliyah, can be one of theological representations of Islam Nusantara. This article is intended to put Kiai Said Aqil Siroj's view properly on Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah, that is constructed by Nahdlatul Ulama correlation with the concept of Islam Nusantara in the framework of scientific dynamics of Islamic studies, and its contribution to the earthing of friendly, peacefully, and blessed Islam for all Indonesians in particular, and for the world in general. From a scientific point of view, an expression by Kiai Said Aqil Siroj is a new nuance in the study and insight of Islamic thought.Keywords : Kiai Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama, Aswaja An-Nahdliyah, Islam Nusantara.Kiai Said Aqil Siroj menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) merupakan representasi paripurna dari Islam Nusantara dalam kultur organisasi maupun gerakannya. Gerak langkah NU pada level jama’ah maupun jam’iyah menjadi referensi utuh dalam menyelaraskan agama, ideologi, dan rasa kebangsaan. Dalam NU terdapat tiga ukhuwah yaitu ukhuwah basariyah, islamiyah, dan wathaniyah yang selaras dengan kepentingan NKRI. Sebagai benteng kokoh Islam Nusantara bergerak mengembangkan pengetahuan dan menguatkan jaringan serta membentuk strategi kebangsaan sesuai kebhinekaan NKRI. NU yang menganut teologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan menjadikanya sebagai manhaj al-fikr. Maka dengan melihat pernyataan Kiai Said Aqil Siroj diatas maka Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang dikonstruk oleh NU yang dalam perkembanganya sering disebut dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah an-Nahdliyah bisa menjadi salah satu representasi Teologi Islam Nusantara. Dari paparan tersebut artikel ini dimaksudkan untuk mendudukan secara tepat pandangan Kiai Said Aqil Siroj tentang Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah yang dikontruks oleh Nahdlatul Ulama’ dalam korelasinya dengan konsep Islam Nusantara dalam bingkai dinamika keilmuan studi Islam, serta kontribusinya bagi pembumian Islam yang ramah, damai, dan menjadi rahmah bagi seluruh bangsa Indonesia khususnya bagi dunia umumnya. Pada sisi keilmuan pengungkapan pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tersebut nuansa baru dalam kajian dan wawasan pemikiran Islam.Kata Kunci : Kiai Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama, Aswaja An-Nahdliyah, Islam Nusantara.