Articles
NOMOPHOBIA DALAM PERSPEKTIF MEDIA, BUDAYA DAN TEKNOLOGI
Hardianti, Fitri
EDUTECH Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.17509/e.v18i2.17134
Nomophobia is an abbreviation of "No Mobile Phone Phobia" which is a concern that arises when it is far from its Mobile Phone. Those who have a tendency to suffer from nomophobia will be overwhelmed with anxiety when away from their Mobile Phone so they will always try to be close to their Mobile Phone. This can certainly be a psychiatric disorder and can even have an aggressive impact on others if you don't find the Mobile Phone with him. The purpose of this research is to find out the meaning of nomophobia in the perspective of media, culture and technology from the point of view of students who have nomophobic tendencies. The method used in this study is qualitative with a phenomenological approach. Data collection techniques used were in-depth interviews. The data analysis technique uses miles and huberman interactive model analysis. And the data validity technique in this study uses source triangulation. The results of this study are that it is known that there is a close connection between Nomophobia and the perspective of media, culture and technology. As for the meaning, rituals and motives of a person in using Mobile Phone is different. Among the meanings of the informants regarding Mobile Phone, namely: there are those who interpret it as a source of information, some say as a tool that connects with other people, and there are also those who interpret it as a source of income. As for the self-ritual of students with nomophobic tendencies where they are daily dependent on the presence of mobile phones, whether it is to seek information, related to work and so on. And besides, their motives for using Mobile Phone can be concluded that is related to the need for technology in facilitating their daily work.Nomophobia adalah singkatan dari "No Mobile Phone Phobia" yang merupakan kekhawatiran yang muncul ketika jauh dari Handphone-nya. Mereka yang memiliki kecenderungan menderita nomophobia akan diliputi rasa cemas saat jauh dari Ponselnya sehingga mereka akan selalu berusaha dekat dengan Ponselnya. Hal ini tentunya bisa menjadi gangguan kejiwaan dan bahkan bisa berdampak agresif pada orang lain jika tidak menemukan Handphone bersamanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna nomophobia dalam perspektif media, budaya dan teknologi dari sudut pandang siswa yang memiliki kecenderungan nomophobia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Teknik analisis data menggunakan analisis model interaktif miles dan huberman. Dan teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan erat antara Nomophobia dengan perspektif media, budaya dan teknologi. Adapun makna, ritual dan motif seseorang dalam menggunakan Handphone berbeda-beda. Diantara pengertian informan mengenai Handphone yaitu : ada yang mengartikan sebagai sumber informasi, ada yang mengatakan sebagai alat penghubung dengan orang lain, dan ada juga yang mengartikan sebagai sumber pendapatan. Adapun ritual diri siswa dengan kecenderungan nomophobic dimana mereka sehari-hari bergantung pada keberadaan handphone, baik itu untuk mencari informasi, berhubungan dengan pekerjaan dan lain sebagainya. Selain itu, motif mereka dalam menggunakan Handphone dapat disimpulkan terkait dengan kebutuhan akan teknologi dalam mempermudah pekerjaan sehari-hari mereka.
Dimensi konsep diri korban cyber sexual harassment di Kota Pekanbaru
Welly Wirman;
Genny Gustina Sari;
Fitri Hardianti;
Tegar Pangestu Roberto
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 9, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (436.853 KB)
|
DOI: 10.24198/jkk.v9i1.27363
Kasus pelecehan seksual cyber kerap terjadi di Kota Pekanbaru, hal ini dapat dilihat dari pemberitaannya di beberapa media massa. Tidak adanya data akurat di P2TP2A Kota Pekanbaru tentang pelecehan seksual dunia maya menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan dan kepedulian publik tentang cyberbullying terhadap remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dimensi internal dan dimensi eksternal konsep diri serta pengalaman komunikasi dari remaja korban cyber sexual harrassment. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Snowball, dan jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah Miles dan Huberman. Sementara teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan perpanjangan keikutsertaan dan triangulasi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi internal konsep diri pada remaja terdiri dari identitas diri negatif. Perilaku mereka pesimistis, tidak mampu mengendalikan emosi, dan remaja cenderung mendapatkan penilaian negatif dalam bentuk label seksual dari teman-teman mereka seperti “menggairahkan”, “pelacur” dan sebagainya. Kemudian dimensi eksternal yang terdiri dari fisik di mana remaja merasa bentuk fisik atau wajah yang dimiliki dapat memprovokasi pelecehan, merasa kurang baik dalam hal moral-etika karena mereka tidak mengikuti ajaran yang diajarkan oleh agama, selain itu jika dilihat dari pribadi adanya kecemasan, berpikir negatif, dan skeptis tentang pujian. Pengalaman komunikasi yang menyenangkan diperoleh dalam bentuk motivasi, perhatian, dan konseling, pengalaman komunikasi yang tid
Manajemen krisis Universitas Riau dalam konflik antar fakultas pada tahun 2017
Welly Wirman;
Fitri Hardianti;
Genny Gustina Sari;
Roryn Astri Panggabean
PRofesi Humas Vol 5, No 2 (2021): PRofesi Humas Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 10/E/KPT/2019
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (593 KB)
|
DOI: 10.24198/prh.v5i2.27548
Konflik mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Fakultas Teknik menyebabkan Universitas Riau mengalami krisis. Pada media massa banyak pemberitaan negatif terkait konflik dan tindakan yang melibatkan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Fakultas Teknik Universitas Riau, yang menyebabkan banyak mahasiswa terluka. Hal ini menyebabkan Universitas Riau mendapat citra negatif baik dari masyarakat, terutama masyarakat Riau termasuk para pengamat pendidikan. Selain menimbulkan persepsi negatif terhadap Universitas Riau, konflik ini juga mengganggu proses belajar mengajar dan menyebabkan rusaknya hubungan internal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Fakultas Teknik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah manajemen krisis serta strategi komunikasi krisis yang diambil Universitas Riau dalam menangani konflik antar mahasiswa tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan tinjauan literatur. Informan dalam penelitian ini adalah enam belas narasumber orang yang diambil secara purposive. Peneliti menggunakan model analisis Miles dan Huberman untuk menganalisis data dan melakukan triangulasi untuk memeriksa validitas data. Hasil penelitian menunjukkan langkah-langkah manajemen krisis yang dilakukan Universitas Riau yakni didahului dengan identifikasi krisis, analisis krisis, isolasi krisis, membuat strategi pilihan, yaitu: strategi adaptif dan strategi defensif, diakhiri dengan membuat program pengendalian. Selanjutnya strategi komunikasi krisis yang dilakukan yakni memilih rektor sebagai juru bicara (spokeperson), membuat agenda setting yang dikompromikan melalui siaran pers, konferensi pers, dan strategi informasi satu pintu.
ASIAN COMMUNICATION EXPERIENCE IN THE MID OF CORONA PANDEMIC
Fitri Hardianti
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Vol 14, No 1 (2022): JUPIIS (JURNAL PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL) JUNE
Publisher : Universitas Negeri Medan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24114/jupiis.v14i1.28045
This research is motivated by case that is happening right now, where the world is being hit by a virus called covid-19, this virus started in Wuhan, China. The spread of the Covid-19 virus which has reached 226 countries has caused the death toll to continue to rise. To date, the total number of Covid-19 cases worldwide stands at 505 million cases with a death toll of 6 million. Various efforts have been made by the government together with the medical team to find ways to stop virus Covid-19. One of them is by creating a vaccine that is considered capable of reducing the death rate caused by the Covid-19. Asia, as the region that was first affected by this virus and is considered the area where the Covid-19 virus emerged, certainly brings a lot of speculation and opinion from other countries. This is what is then felt by Asian students who continue their education abroad, one of which is in Egypt. Of course this has an impact on the communication experience they feel during this pandemic due to their status as students who come from countries in Asia. The purpose of this study was to determine the interpersonal communication experience experienced by Asian students who are currently in Egypt as an area affected by COVID-19.The method used in this research is qualitative with a phenomenological approach. The data collection technique used is interviews. The data analysis technique uses the Miles and Huberman interactive model analysis. And the data validity technique in this study uses source triangulation. The results of the study showed that there were unpleasant experiences experienced by Asian students where they were discriminated against as Asian and accused of causing the corona virus in Egypt. The forms of treatment received by the Asian students included being quipped when they were in public places such as on roads, markets or shopping centers. Then ridiculed sarcastically (roughly) as Corona in a public place, shunned when in public transportation and shoping centre and not even served when in food stores.
MEDIA DAN INTERVENSI NEGARA
Fitri Hardianti
Metacommunication Journal of Communication Studies
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20527/mc.v7i2.12155
Industri media di Indonesia mengalami pasang surut, dimana pada awalnya Indonesia pernah menganut paham otoriter sehingga media-media di Indonesia seakan harus tunduk pada Negara. Namun jika dikaji saat ini, hal tersebut bertolak-belakang dimana jika kita analisis dari tiga model yang ditawarkan oleh Hallin dan Manchini dalam buku Comparing Media System maka Indonesia berada pada model liberal jika dikaitkan antara industri media dengan intervensi Negara. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah studi Pustaka. Adapun kategori-kategorinya, dapat dilihat dari peran Negara sebagai regulator, yang mana Negara memiliki peran yang lemah dalam Industri media. Karena industri media telah mampu mengalahkan regulasi atau peraturan yang dibuat oleh para regulator. Aspek krusial lainnya adalah tidak adanya koordinasi antara kebijakan yang ada dengan hak serta kewajibannya yang saling tumpang tindih. Selanjutnya, jika kita lihat aspek berikutnya yaitu Subsidi, dimana pada industri media di Indonesia saat ini tidak memikirkan subsidi dari pemerintah dikarenakan industri media di Indonesia mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keuntungan-keuntungan yang sudah ia dapatkan dari komersialisasi program atau konten yang dibuatnya. Dan terakhir dari aspek kualitas isi media, dimana seperti yang kita ketahui bahwa banyak konten-konten atau program yang dibuat tidak memiliki nilai positif melainkan hanya sekedar mencari sensasional semata, demi meraih rating yang tinggi.
Social media political campaign model of local elections in Pelalawan Regency Riau
Fatmawati Moekahar;
Fitria Ayuningtyas;
Fitri Hardianti
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 10, No 2 (2022): December 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24198/jkk.v10i2.41680
The modern rise of social media has altered the strategies used in political campaigns. Compared to traditional advertising, social media may lower the cost of a campaign. The Zukri-Nasar team effectively used social media for political campaigns for the 2020 local elections in Pelalawan Regency, Riau. Social media generated 30% of the vote because it can spread messages rapidly, widely, and interactively. Political actors utilize social media to develop their self-image. This study is descriptive-qualitative, and the sampling method used was purposive sampling. The informants comprised seven important informants who were part of the winning side in the municipal election in Pelalawan. An informant is someone with reliable knowledge regarding a political campaign. According to the study, Facebook is the most widely used platform for political campaigns because it is the most popular social networking platform in Pelalawan Regency, Riau. Political advertisements featuring 3D caricatures and political orientation are used as social media political campaign techniques. This tactic is a component of a unique, awareness-raising, and personal branding campaign. The candidate’s personal character is presented as accurately as possible on their social media campaign. Furthermore, the political campaign model found in the research was called The Integrative and Collaborative Model of the political campaign.
Public Communication in The Era of The Communication and Information Technology Revolution
Fitri Hardianti;
Fatmawati;
Yuli Rahmi Pratiwi
IPTEK-KOM : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi Vol 24 No 2 (2022): Jurnal IPTEK-KOM (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi)
Publisher : BPSDMP KOMNFO Yogyakarta, Kementerian Komunikasi dan Informatika
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.17933/iptekkom.24.2.2022.173-186
Government’s Riau through Diskominfotik Riau Province has adapted to using technology for public communication. The aim is to find out the description of public communication carried out by the Diskominfotik Riau Province in the era of the communication and information technology revolution. The method used is qualitative, data collection techniques namely observation, interviews and documentation. Data analysis technique used Miles and Huberman and technique validity of the data was using Triangulation. The results showed that public communication carried out by Diskominfotik Riau Province went through a number of stages. The first stage is collecting data from various sources. The next stage is data analysis and presenting it in a content which will be disseminated to the public. After the content is ready, then it is distributed to all media channels of Government’s Riau including the website mediacenter.riau.go.id, social media government’s Riau and don't forget to also broadcast on online radio.
Edukasi Pemanfaatan Tanaman Hias Kantong Semar Sebagai Peluang Usaha di Desa Sentono
Kamar Zaman;
Putri Lukmanasari;
Zulkifli Zulkifli;
Fitri Hardianti
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55338/jpkmn.v5i1.2557
Desa Sentono merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Desa ini berpotensi dalam pengembangan budidaya tanaman hias khususnya kantong semar. Kantong Semar adalah tanaman hias lokal yang 65% populasi nya di Indonesia. Namun minimnya pengetahuan masyarakat terhadap tanaman ini menjadikan kantong semar kurang diminati dan dibudidayakan. Padahal jika melihat nilai estetika dari kantong semar yang terletak pada kantong nya, menjadikan tanaman ini unik dari tanaman-tanaman hias lainnya. Sehingga membuat harga jual dari kantong semar tergolong mahal, kantong semar menjadi salah satu komoditas ekspor yang menjanjikan karena tingginya permintaan di pasar luar negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka tim pengabdian dari Universitas Islam Riau melakukan edukasi kepada ibu-ibu Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahtaraan Keluarga (TP PKK) Desa Sentono. Edukasi ini bertujuan mengubah kognitif serta mempengaruhi konatif Masyarakat agar nantinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa dalam aspek pertanian dan ekonomi. Kegiatan dibagi dalam 3 pemaparan materi yang berbeda, pertama, pemaparan terkait kantong semar serta cara pengembangbiakannya, kedua, terkait sektor operasional dan ketiga, terkait pemasaran tanaman hias ini secara konvensional maupun digital. Ibu-ibu PKK terlihat sangat antusias yang dibuktikan dengan adanya respon dari para peserta serta aktif dalam bertanya kepada narasumber, kegiatan ini juga ditutup dengan pengisian kuesioner oleh ibu-ibu TP PKK Desa Sentono untuk melihat tingkat kepuasan peserta terhadap kegiatan pengabdian ini, dan berdasarkan evaluasi dari tim bahwa para peserta menyatakan puas dengan adanya kegiatan pengabdian ini.
Sosialisasi Child Grooming : Cyber Crime yang Mengintai Anak-Anak di Era Digital
Fitri Hardianti;
Wahyudi Kumorotomo;
Widodo Agus Setianto
Jurnal Pengabdian Literasi Digital Indonesia Vol. 2 No. 2 (2023): December
Publisher : Puslitbang Akademi Relawan TIK Indonesia (ARTIKA)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.57119/abdimas.v2i2.45
Indonesia is in second place in cyber crime cases in the world. According to Komnas Perempuan’s record, in 2022, online gender-based violence (KBGO) cases occupy the highest position in complains to Komnas Perempuan in the public domain, covering 69% of the total cases. Riau, as one of the provinces in Indonesia, is also not immune to cases of sexual crimes in cyber space. A number of online media reported that Riau experienced an increase in cases of violence against children and women in 2021, this was an increase of 40 cases compared to 2020 . One of the reasons is the lack of parental knowledge of sexual crimes. In addition, the public’s view of sex is still considered very taboo. With current technological developments, it is analogous to an “open gate” that everything can be easily accessed and all forms of cyber crime will easily stalk children, including child grooming. The purpose of this community service is to socialize to the community regarding the dangers of child grooming and provid solutions on how to overcome them. This community service will involve one partner, namely the Raudathul Athfal Alkausar school, Sialang Sakti Village, Dayun District, Siak Regency. The solution offered in this service is to provide counseling related to one type of sexual crime in the digital era called Grooming to both teachers and parents. One of the successes in this service can be seen from the understanding obtained by the teachers and also the guardians of the students. The output targets of this service will later be published in the nationally accredited journal and local electronic mass media.
Tracking global health communication publication trends
Fitri Hardianti;
Benni Handayani;
Arif Ardi Wibowo
Jurnal Studi Komunikasi Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : Faculty of Communications Science, Dr. Soetomo University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25139/jsk.v8i2.7772
The field of communication has evolved and become more diverse, leading to the emergence of health communication as a multidisciplinary field of study. This study aims to identify several studies that examine the patterns and distinctiveness of health communication research globally and present them visually. The method used is a quantitative paradigm with a bibliometric approach. A total of 1,639 documents will be analysed from the search through Scopus obtained from several specific criteria. The results showed that over the past five years (2019-2023), the increase in the growth of the number of publications related to health communication amounted to 14.07%. The results of the analysis also show Health communication as the source with the most relevant and highest publications totalling 256 articles. The authors who produce the most publications related to this topic include Kim S and Noar SM with 13 articles each. Meanwhile, the country that produces the most correspondence authors and the highest citations is the USA with a total of 787 articles. The most popular keyword is health communication with a frequency of 650 mentions. This analysis also provides a roadmap for future research in health communication, highlighting untapped areas and encouraging global collaboration in this field.