Rizal Fahruroji
Balai Besar Tekstil, Kementerian Perindustrian, Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

APLIKASI BENANG SLUB UNTUK PEMBUATAN PRODUK WINDOW COVERING Yusniar Siregar; Mochammad Danny Sukardan; Dermawati Suantara; Rizal Fahruroji
Arena Tekstil Vol 34, No 2 (2019)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v34i2.5669

Abstract

Pada penelitian ini telah dihasilkan kain tenun menggunakan benang slub dengan beberapa variasi rangkapan, yaitu benang slub dengan nomor benang Ne 15 (single slub), Ne 8 (rangkap 2), Ne 5 (rangkap 3), dan Ne 3 (rangkap 4). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimal pembuatan benang slub sebagai material window covering. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa benang fancy khususnya benang slub dapat diproses di Mesin Creative Caipo dengan program yang bervariasi. Benang slub Ne 3 memiliki diameter benang paling besar dan twist paling tinggi yaitu 172 Tpm namun efek slub cenderung samar, jika dibandingkan dengan benang slub Ne 5 dan Ne 8 yang terlihat lebih jelas. Menurut SNI 08-1275-2002 : Kain tenun untuk gorden, syarat mutu kekuatan tarik kain gorden adalah minimum 1000 gram. Berdasarkan hasil uji kekuatan tarik tersebut maka hanya benang slub Ne 5 dan Ne 3 yang memenuhi standar, yaitu 1563,66 gram dan 2332,53 gram. Sedangkan untuk syarat mutu berat kain (minimum 135 g/m2), maka hasil uji ketiga variasi benang slub tersebut sesuai dengan persyaratan mutu kain gorden. Hasil uji ketahanan luntur terhadap sinar matahari terhadap ketiga variasi benang slub sesuai dengan mutu kain gorden, yaitu dengan nilai 4-5.
PENGEMBANGAN RAGAM DESAIN STRUKTUR PADA KAIN SANDANG TRADISIONAL DENGAN MENGGUNAKAN MESIN TENUN JACQUARD ELEKTRONIK Moekarto Moeliono; Ferry Guswandhi; Rizal Fahruroji; Yusniar Siregar
Arena Tekstil Vol 30, No 1 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2963.528 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i1.1945

Abstract

Penelitian telah dilakukan dengan pengembangan desain kain tradisional pada mesin tenun jacquard elektronik. Adapun bahan baku yang digunakan, ialah benang poliester 150 Denier sebagai benang lusi dan benang kapas Ne1 60/2 sebagai benang pakan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi desain permukaan (motif tradisional) menjadi desain struktur kain tenun dengan menggunakan teknik jacquard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pertenunan efisiensi mesin rata-rata ialah 83,59% untuk produksi kain tenun sepanjang 230 meter. Efisiensi mesin tertinggi dicapai pada proses kain tenun motif 3 (dari motif NTT) yaitu sebesar 87,25%.Penyebab utama mesin berhenti pada ketiga jenis motif kain disebabkan pakan putus sebesar 71,79% dan lusi putus 28,21%.
PENGEMBANGAN KAIN RAJUT DENGAN EFEK ILUSI OPTIK UNTUK KAIN SANDANG MENGGUNAKAN MESIN RAJUT SINGLE KNIT SEMI SEAMLESS Dermawati Suantara; Yusniar Siregar; Rizal Fahruroji
Arena Tekstil Vol 34, No 2 (2019)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v34i2.4377

Abstract

Proses pembuatan kain rajut dalam penelitian ini menggunakan mesin Single Knit Santoni Jacquard MF 8, gauge14 GG, diameter 14 inci, 8 feeder, jumlah jarumĀ  1248 jarum, dan kecepatan 44 rpm, dimana jeratan knit dan welt dapat menghasilkan motif jacquard yang bervariasi, salah satu motif dengan ilusi optik. Bahan baku yang digunakan adalah benang poliester, kapas, nylon dan lycra. Pada penelitian ini kain rajut dibuat menjadi 3 variasi desain ilusi optik yang sama. Pemakaian benang nilon dan lurex dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kain rajut dengan efek yang berbeda yaitu adanya efek kilau dari benang lurex yang berwarna perak. Kain rajut yang terdiri dari jeratan -jeratan benang mengalami perubahan bentuk, karena sifatnya yang fleksibel. Dari hasil pengujian ketahanan jebol, kain rajut kapas, poliester, dan nilon memiliki interval waktu jebol yang hampir sama namun distension (jarak) sampai terjadinya jebol pada kain rajut nilon adalah yang tertinggi yaitu 17.7 mm. Sedangkan pada kain rajut kapas dan poliester masing-masing adalah 14.4 mm dan 14.9 mm. Kain rajut nilon memiliki ketahanan jebol tertinggi yaitu 960.9 kPa dibandingkan dengan kain kapas (725.9 kPa) dan kain poliester (752.5 kPa). Hal ini berbanding lurus dengan sifat kekuatan tarik seratnya dimana sifat kekuatan tarik serat nilon lebih tinggi dibandingkan serat poliester dan kapas. Mengacu pada standar SNI 2367:2008, ketiga jenis kain rajut yang diuji masih memenuhi persyaratan mutu ketahanan jebol yaitu minimum 686.4 kPa. Hasil uji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian rumah tangga, gosokan dan keringat menunjukkan hasil yang sesuai dengan persyaratan mutu SNI 2367:2008, yaitu 4-5. Ilusi optik pada kain lebih terlihat ketika konstruksi kain dibuat semakin rapat.