Srie Gustiani
Balai Besar Tekstil, Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI PEMBUATAN BIOKOMPOSIT DARI LIMBAH TEPUNG Manihot esculenta cranzt DENGAN PENGUAT SERAT BATANG SEMU PISANG Noerati Kemal; Maria Siahaan MS; Srie Gustiani; Kurniawan Kurniawan
Arena Tekstil Vol 36, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v36i2.7217

Abstract

Biokomposit merupakan material komposit yang berasal dari polimer alami yang dapat terbiodegradasi, baik yang berfungsi sebagai matriks atau pengisi. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah pati dan serat batang semu pisang sebagai bahan baku biokomposit. Pada penelitian ini matriks dibuat dari material biopolimer pati dari ampas singkong, yaitu limbah hasil pengolahan akar tanaman Manihot esculenta crantz dan penguat dari serat batang semu tanaman pisang. Pati dapat diolah menjadi material termoplastik untuk digunakan sebagai bahan bioplastik. Sebagai penguat, digunakan selulosa alami yang diisolasi dari limbah batang semu pisang menggunakan metode solution casting dengan menggunakan variasi gliserol sebagai plasticizer sebesar (10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%). Biokomposit dibuat dengan menggunakan metode solution casting polymer menggunakan variasi komposisi serat dan film dengan perbandingan (30:70, 40:60, dan 50:50). Karakterisasi dilakukan terhadap sifat mekanikal dan hidrofilisitasnya. Hasil pengujian menunjukkan pati dapat dijadikan film dengan konsentrasi optimum gliserol sebesar 40% dengan nilai kekuatan tarik sebesar 0,71 MPa dan mulur sebesar 101,04%, dan kemampuan menyerap air sebesar 144,68%. Hasil pengujian terhadap biokomposit menunjukkan bahwa penambahan serat batang semu pisang pada pati dengan perbandingan serat dan film optimum sebesar 50:50 dapat meningkatkan kekuatan tarik dan daya serap dari nilai kekuatan tarik 0,71 MPa menjadi 4,62 MPa dan daya serap dari 144,68 menjadi 243,21%.
APLIKASI EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ZAT ANTIBAKTERI PADA KAIN KAPAS DENGAN VARIASI METODE Leli Nur Rina Hidayat; Sandra Amalia Riyadi; Srie Gustiani; Anisa Dwicahya
Arena Tekstil Vol 37, No 1 (2022)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v37i1.7730

Abstract

Salah satu bahan sandang yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah kain kapas, yang terkenal dengan kenyamanannya. Sayangnya, kain kapas sangat rentan terhadap kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan masalah pada kulit. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menambahkan zat antibakteri pada kain kapas. Pada penelitian ini, zat antibakteri yang diaplikasikan pada kain kapas adalah ekstrak jintan hitam. Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan konsentrasi optimum ekstrak jintan hitam dengan variasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% untuk diaplikasikan pada kain kapas menggunakan cara rendam peras-pemanasawetan (pad-dry-cure). Setelah  diperoleh konsentrasi optimum, ekstrak diaplikasikan pada kain kapas dengan beberapa variasi metode, yaitu (1) tanpa plasma lucutan korona dan asam sitrat, (2) dengan plasma lucutan korona saja, (3)  dengan asam sitrat saja, dan (4) dengan plasma lucutan korona dan asam sitrat. Pengujian kemampuan antibakteri ekstrak jintan hitam dilakukan menggunakan metode AATCC TM100-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam memiliki kemampuan sebagai zat antibakteri pada kain kapas. Kain kapas dengan ekstrak 30%, 40%, dan 50% menghasilkan persentase reduksi tertinggi, yakni berturut-turut 96,6%; 97,0%; dan 97,0% terhadap S. aureus dan 79,4%; 79,5%; dan 79,5% terhadap E. coli. Metode yang menghasilkan persentase reduksi tertinggi adalah penggabungan teknologi plasma lucutan korona dan asam sitrat, yang menghasilkan peningkatan persentase reduksi menjadi 99,9% terhadap S. aureus dan E. coli pada konsentrasi ekstrak 30%. Metode ini juga menghasilkan durabilitas (daya tahan) tertinggi terhadap pencucian rumah tangga. Setelah 9 kali pencucian rumah tangga, persentase reduksi hanya menurun dari 99,9±0,14% menjadi 77,7±0,3% terhadap S. aureus dan 99,9±0,12% turun menjadi 75,1±0,4% terhadap E. coli.