Heny Lestary
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KESIAPAN PUSKESMAS PONED (PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR) DI LIMA REGIONAL INDONESIA Mujiati, Mujiati; Lestary, Heny; Laelasari, Eva
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 1 Mar (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.668 KB)

Abstract

AbstrakKesiapan peran Puskesmas sangat penting dalam mencapai target Angka Kematian Ibu di Indonesia. Oleh karena itu,Kementerian Kesehatan RI menyediakan Puskesmas PONED, yang mampu memberikan pelayanan obstetrik neonatalemergensi dasar 24 jam, dengan tenaga terlatih, peralatan dan perbekalan yang memadai (termasuk di dalamnyaadalah alat kesehatan, obat, dan alat transportasi). Sumber data dari hasil Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011.Variabel tenaga kesehatan terlatih, pelayanan 24 jam, alat kesehatan dan obat serta alat transportasi dikelompokkanberdasarkan 5 regional (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Bagian Timur). Dari 1.446Puskesmas PONED, sebanyak 88,7% Puskesmas memberikan pelayanan 24 jam, melibatkan dokter 79,9%, bidan96,1%, dan perawat 32,8%. Dari 17 jenis obat dan 26 alat kesehatan (alkes) standar pelayanan PONED, rata-rata angkaketersediaan di Puskesmas PONED hanya 6,06 jenis obat dan 14,12 alkes PONED, sedangkan untuk angkakecukupan, rata-ratanya adalah 5,54 jenis obat dan 12,43 alkes PONED. Sebanyak 53,3% Puskesmas PONED memilikiPuskesmas Keliling, 43,0% memiliki ambulans, dan hanya 3,7% yang memiliki perahu bermotor. Berdasarkan limaregional di Indonesia, terdapat perbedaan kesiapan Puskesmas PONED dalam hal pelayanan 24 jam, tenaga kesehatanterlatih, obat dan alkes, serta alat transportasi. Namun secara keseluruhan, regional Jawa-Bali lebih siap dibandingkandengan regional lain. Perlu perhatian dan intervensi untuk meningkatkan kesiapan puskesmas PONED, terutamameningkatkan ketersediaan dan kecukupan alat dan obat PONED, melibatkan tenaga bidan dan perawat dalampelayanan PONED, serta menyediakan dan memfungsikan pusling dan ambulans untuk pelayanan PONED.Kata Kunci: PONED, pelayanan, tenaga kesehatan, alat, obat, transportasiAbstractRoles of primary health care center (HC) are very important to achieve Maternal Mortality Rate (MMR) target inIndonesia. The Ministry of Health Indonesia provides Basic Emergency Obstetric Care (BEmOC), in which the HC iscapable with appropriate facilities (trained personnel, equipment, logistics, drugs, and transportation) to carry out basicemergency maternity and 24-hours neonatal services. The data obtained from The Indonesian Health Facility Survey2011 (Rifaskes 2011). All variables were grouped based on 5 regions in Indonesia (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan,Sulawesi, and Eastern Region). There are 1,446 Basic Emergency Obstetrict Care (BEmOCs). As much as 1,283(88.7%) BEmOCs have been carrying out 24-hours service. Service in BEmOC has involved the doctors (79.9%), themidwives (96.1%), and the nurses (32.8%). As much as 53.3% of BEmOC have mobile health care, 43.0% haveambulance, and only 3.7% have motor boat. There are variations of 24-hours service, trained personnel, drugs,equipment, and transportation in BEmOC based on five regions in Indonesia. Java-Bali region is more preparedcompared to others. Attention and intervention are needed to improve availability and adequacy of equipment and drugs,involvement of nurse and midwife in BEmOC services, as well as providing of well functioned mobile health care andambulance.Keywords: BEmOC, trained personnel, service, drugs, equipment, transportation
Kecukupan Tenaga Kesehatan dan Permasalahannya dalam Pelayanan Kesehatan Anak dengan HIV-AIDS di Rumah Sakit pada Sepuluh Kabupaten/Kota, Indonesia Mujiati, Mujiati; Lestary, Heny; Sugiharti, Sugiharti
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 27, No 1 (2017)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v27i1.5550.1-8

Abstract

The number of HIV infections in 2010-2014 in the age group < 14 years is increased when compared to the year 2010-2013. The increase of HIV number requires health professionals to provide optimal health services. Therefore, the adequacy of health personnel and their problems in providing services to children with HIV infections have become important factors to be studied. This is qualitative study using in-depth interviews. Locations were referral hospital HIV-AIDS in DKI Jakarta (Jakarta Utara, Jakarta Barat), East Java (Surabaya, Malang), Bali (Denpasar, Buleleng), Papua (Jayapura, Kabupaten Jayapura), and North Sumatra (Medan, Deli Serdang) which selected by purposive sampling. Informans were doctors, nurses, pharmacists, medical laboratory workers and case managers. Data were analyzed using content analysis. The problem of health care of children with HIV-AIDS in most hospitals in ten districts/cities is the inadequacy of health personnel because of the number of health personnel is limited, but with work concurrently. Some health personnels have not participated in training related to health care for children with HIV-AIDS, including laboratory examination. It is needed to do the mapping of the health personnels for health services, especially for children with HIV-AIDS. Besides, health personnels need training related to the accuracy of dosing/ comparison drug, how to handle children with HIV-AIDS patients, and laboratory tests of HIV-AIDS to maintain service quality.AbstrakJumlah infeksi HIV tahun 2010–2014 pada kelompok usia < 14 tahun meningkat dibandingkantahun 2010–2013. Peningkatan jumlah penderita HIV memerlukan tenaga kesehatan yang mampumemberikan pelayanan kesehatan secara optimal. Karenanya, kecukupan tenaga kesehatanbeserta permasalahannya dalam pelayanan kesehatan pada anak dengan HIV-AIDS menjadi halyang penting untuk dikaji. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, untuk itu data dikumpulkanmelalui wawancara mendalam. Lokasi penelitian dipilih secara purposif sampling yaitu rumah sakit(RS) rujukan HIV-AIDS di Provinsi DKI Jakarta (Jakarta Utara, Jakarta Barat), Jawa Timur (KotaSurabaya, Kabupaten Malang), Bali (Kota Denpasar, Kabupaten Buleleng), Papua (Kota Jayapura,Kabupaten Jayapura) dan Sumatera Utara (Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang). Sebagai informanadalah dokter, perawat, tenaga farmasi, tenaga laboratorium medis, dan manajer kasus/pendampingpasien. Analisis data menggunakan metode content analysis. Permasalahan pelayanan kesehatananak dengan HIV-AIDS di sebagian besar RS di sepuluh kabupaten/kota yaitu ketidakcukupan tenagakesehatan karena jumlah tenaga kesehatan terbatas dengan tugas/pekerjaan yang merangkap.Sebagian tenaga kesehatan belum mengikuti pelatihan terkait pelayanan kesehatan bagi anak denganHIV-AIDS termasuk pemeriksaan laboratorium. Perlu pemetaan kebutuhan jumlah tenaga kesehatanuntuk pelayanan kesehatan khususnya pada pasien anak dengan HIV-AIDS. Tenaga kesehatan perlumengikuti pelatihan terkait ketepatan pemberian dosis/perbandingan obat, cara menangani pasien anakdengan HIV-AIDS, dan pemeriksaan laboratorium HIV-AIDS untuk menjaga kualitas layanan.