Reski Dian Utami
Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

GENERASI BERKARAKTER DENGAN MOCITA (MONOPOLI CINTA TANAH AIR) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER PADA DIRI ANAK SEKOLAH DASAR Reski Dian Utami; Ira Novia Sari; Sri Melindayani
JURNAL PENA Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.48 KB)

Abstract

Karakter cinta tanah air anak mulai menurun, terbukti dari rasa kecintaannya yang lebih tinggi terhadap orang yang diidolakannya daripada mengenal dan mempelajari para pahlawan yang banyak berjasa bagi bangsa dan negara. Karakter cinta tanah air perlu ditanamkan dalam diri anak melalui proses pembelajaran yang menyenangkan berupa permainan. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus Hariyanto (Zahro, 2015:3), yang menyatakan bahwa anak usia SD menyukai kegiatan yang menyenangkan, penuh keceriaan dan sarat dengan nilai-nilai permainan. Karena itu, dalam proses pembelajaran perlu adanya pengembangan media permainan sebagai media pembelajaran. Permainan monopoli merupakan salah satu permaianan yang dapat dimodifikasi menjadi media pembelajaran untuk mengenal para pahlawan. Tujuan penelitian ini adalah agar para peserta didik dapat mengetahui pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa dan negara melalui media MOCITA (Monopoli Cinta Tanah Air). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian pustaka dengan objek sasaran anak sekolah dasar. Mocita adalah permainan monopoli yang berfungsi untuk memperkenalkan pahlawan dan juga bentuk perjuangannya kepada peserta didik. MOCITA ini akan diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya pada pokok bahasan cinta tanah air di awal dan akhir pembelajaran. Manfaat penerapan MOCITA ini adalah memperkenalkan pahlawan, meningkatkan interaksi sosial, rasa ingin tahu yang tinggi, bermain dan belajar, mengajarkan pelajaran hidup, kemampuan pemecahan masalah dan juga mengatasi kesulitan belajar. Penerapan MOCITA ini juga akan sangat membantu para anak sekolah dasar dalam mengenal pahlawan beserta bentuk perjuangannya. Kata Kunci : MOCITA (Monopoli Cinta Tanah Air), Pendidikan Karakter, Pahlawan
DODO (DOMINO LUDO); SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PEMBELAJARAN TEMATIK PADA DIRI ANAK SEKOLAH DASAR DI ERA SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS Husnul Khatimah; Reski Dian Utami; Ira Novia Sari
JURNAL PENA Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sustainable Development Goals merupakan sebuah program berkelanjutan yang menggantikan program sebelumnya yaitu MDGs (Millennium Development Goals) dengan salah satu tujuannya adalah pendidikan berkualitas. Namun, fakta yang terjadi di masyarakat pelaksanaan pendidikan masih belum terlaksana dengan baik. Salah satunya yaitu pada pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Hal itu dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik, khususnya pada pelajaran matematika. Kekurangtahuan guru tentang konsep pembelajaran tematik dikarena masih banyaknya tenaga pendidik yang tidak memanfaatkan media dengan semestinya dan hanya menggunakan media yang monoton. Padahal menurut Widodo (2017), media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses serta hasil belajar, menimbulkan motivasi belajar, dan peserta didik dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Selain itu, media pembelajaran juga dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengetahui penggunaan dari Dodo (Domino Ludo) sebagai sarana pendidikan karakter yang berbasis pembelajaran tematik pada diri anak sekolah dasar di era SDGs saat ini. Adapun, metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya berupa observasi, studi pustaka, dokumentasi, dan wawancara. Media pembelajaran Dodo (Domino Ludo) merupakan media yang dibuat dengan cara menggabungkan dua permainan yaitu permainan domino dan ludo. Namun, Dodo ini digunakan sebagai media untuk pembelajaran berbasis tematik, yang disesuaikan dengan kurikulum 2013, dipadukan dengan beberapa mata pelajaran seperti PJOK, matematika dan PPKn serta melibatkan peran aktif peserta didik. Karena itu, media ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif, perkembangan fisik, emosional dan membentuk karakter positif peserta didik. Kata kunci: Dodo (Domino Ludo), Pembelajaran Tematik, Sustainable Developmen Goals.
SELISIK MAKNA PAMALI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA MELALUI KAJIAN SEMIOTIKA SOSIAL HALLIDAY Muhammad Yusuf Abdullah; Reski Dian Utami; Nurfadillah Nurfadillah
JURNAL PENA Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.015 KB)

Abstract

Ungkapan tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu ungkapan pamali. Pamali berarti ungkapan-ungkapan yang mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan. Salah satu daerah yang masih memegang teguh adat dan tradisinya, termasuk ungkapan pamali adalah Kajang. Pamali mengandung pesan sehingga harus benar-benar dipahami maknanya agar tidak terjadi kesalahan persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam pamali masyarakat Kajang, khususnya Kawasan adat. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian semiotika sosial Halliday dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang dianalisis adalah data lisan berupa pamali yang diperoleh melalui wawancara terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang berstatus sebagai informan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pamali masyarakat kawasan adat merupakan suatu tanda simbol yang bermakna. Pamali menjadi bagian dari kekayaan pengungkapan kepercayaan masyarakat Kajang. Sekalipun telah mengalami banyak pergeseran, namun kekhawatiran masyarakatnya yang tidak ingin mencederai kesakralan kawasan adat Kajang menjadikan pamali tetap ada dan memiliki kedudukan yang tinggi bagi masyarakat Kajang. Beberapa pamali yang masih diyakini oleh ketua adat atau ammatoa yaitu kasimpalli a’baju balla nu bahanna battu ri batu eja (pamali membuat rumah dengan bahan bakunya adalah batu bata, kasimpalli ammake panggalasa bangkeng (pamali menggunakan alas kaki), kasimpalli ammake baju eja (pamali menggunakan baju merah), kasimpalli anggalle parring ri borong ada’a (pamali mengambil rotan di hutan adat), kasimpalli anggalle gambarana i ammatoa na bahinenna (pamali mengambil gambar sang ammatoa beserta istrinya), kasimpalli a’gesere dapuru ri bokoang (pamali menggeser dapur ke belakang), kasimpalli nu makkala na lohe bicaranna burunnena tu disala ia mate ri bahinenna pakonjo todo bagi bahine tu disala ia ri burunena (pamali tertawa dan banyak bicara bagi suami yang ditinggal oleh istrinya (meninggal) begitu pun dengan istri yang ditinggal oleh suaminya). Jika memakai perspektif budaya dalam konsep pelestarian, kepercayaan terhadap pamali dipandang sebagai langkah untuk terus mempertahankan tradisi lisan yang turun-temurun diwariskan oleh generasi sebelumnya. Kata Kunci: Kajang, Pamali, Semiotika