Hisnuddin Lubis
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengentasan Kemiskinan: Belajar Dari Kegagalan Orde Baru Hisnuddin Lubis
DIMENSI - Jurnal Sosiologi Vol 9, No 1 (2016): Juni
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/djs.v9i1.3739

Abstract

Dinamika pengentasan kemiskinan di Indonesia cukup menarik untuk dikaji. upaya mencari bentuk ideal terus menerus berproses secara dialektik guna menuju rumusan strategis yang sesuai dengan persoalan kemiskinan kontemporer. Orde baru dengan berbagai program pengentasan kemiskinannya menarik untuk dikaji sebagai pembelaran dimasa mendatang. Diantaranya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra). Strategi developmentalistik, basic need serta sentralistik lebih dominan dilakukan pada masa orde baru. Ketika upaya tersebut dipertanyakan maka mucul wacana pembaharuan berbasis partisipasi (sentralistik menjadi partisipatif). Wacana empowerment menjadi alternatif ketika pendekatan developmentaslitik dinilai mengalami kegagalan. Untuk keberhasilan empowerment perlu diperhatikan prasyarat: (1)kesadaran sinergis bersama masyarakat dan pemerintah (2) Efektifitas kelompok sasaran melalui identifikasi yang komprehensif. (3) Pemisahan kelompok sasaran, miskin produktif - non produktif (4) Koordinasi dan sinkronisasi program antar instansiatau lintas sektor (5) Penataan ulang managemen fasilitator (6) Reformasi birokrasi.
Membangun Madura : Strategi Menuju “Madura Madani” Hisnuddin Lubis
DIMENSI - Jurnal Sosiologi Vol 8, No 2 (2015): November
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/djs.v8i2.3730

Abstract

Madura begitu dekat dengan Jawa, namun ralitanya perkembangannya sangat jauh dibandingkan dengan jawa. Empat kabupaten di Madura menempat posisi terakhir dalam kesejahteraan. Untuk itu pemerintah berupaya membangunan Madura yang dikenal dengan Paket jembatan Suramadu dan industrialisasi. Pembangunan Madura merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madura. Dalam perspektif penulis, kesejahteraan ekonomi dan sosial Madura semakna dengan istilah “Madura Madani” yaitu terciptanya kondisi Masyarakat Madani di Madura. mensejahterakan masyarakat madura secara ekonomi, swasembada dalam kemandirian, serta terjaganya kelestarian budaya dan sumberdaya alam (SDA) sesuai dengan konsep awal pembangunan madura dalam trilogi alawi yaitu pembangunan yang Manusiawi, madurawi dan islamiUntuk mencapai target dan sasaran yang telah dirumuskan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madura, proses ini membutuhkan beberapa strategi. Pertama Peningkatan kapasitas masyarakat lokal, artinya meningkatkan kwalitas human resources melalui instritusi lokal dalam hal ini adalah pesantren. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sinergi antara pendidikan pesantren dengan pendidikan perguruan tinggi. Selain itu untuk memperkuat posisi pesantren sendiri diperlukan inovasi kurikulum, Peningkatan Mutu Pengajar, pembinaan dan pengembangan jaringan. Kedua, pemberdayaan masyarakat lokal dan sinergi antar daerah. keberdayaan masyarakat lokal merupakan syarat utama pembangunan partisipatif maupun sustainable development. Pemberdayaan masyarakat lokal mencakup juga kesadaran masyarakat akan potensi diri, strategi pemanfaatannya untuk pembangunan. broker strategi dan closure strategy dapat dikombinasikan sebagai sinergi antar daerah di Madura guna mencapai madura masa depan secara utuh dan merata. Ketiga optimalisasi peran peran pemerintah. Dalam hal ini peran pemerintah adalah intervensi kebijakan yang di konstruksi untuk melindungi masyarakat lokal tanpa mengurangi daya tarik madura bagi investor. Kebijakan pemerintah daerah harus protektif, dan berorientasi kepada sustainabilitas sumberdaya alam, maupun sosial masyarakat Madura. Dengan demikian “Madura Madani” masyarakat sejahtera secara ekonomi, swasembada dalam kemandirian, serta terjaganya kelestarian budaya dan sumberdaya alam (SDA) sesuai dengan konsep awal pembangunan madura dalam trilogi alawi yaitu pembangunan yang Manusiawi, madurawi dan islami dapat tercapai tanpa mengurangi daya tarik Madura bagi masyarakat Luar.
Tobacco’s Farmers and Local Government: Pamekasan Regency’s Regulation in Protecting Tobacco’s Farmers Against Monopoly Hisnuddin Lubis
DIMENSI - Jurnal Sosiologi Vol 10, No 1 (2017): Juni
Publisher : DIMENSI - Journal of Sociology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research exercises the conceptual theoretical approach on public policy. Implementation and evaluation towards the outcome of the policy become one of the perspectives in observing the subject of this research. Data gathering will employ several methods such as observation, interview and FGD which will triangulated in order to retrieve valid data. Long term strategy that is used to overcome the problems faced by tobacco farmer was laid down in a form of Regional Law No 6 of 2008 which put a concern on Madura tobacco trading system. The implementation of this regional law faced many problems especially regarding the human resources. While other factors such as disposition and communication was done quite good and the bureaucratic structure was especially performed well. The flaw in resources factor leads to the lack of effectiveness, sufficiency, equality, receptiveness and accuracy which are used as an indicator for the successfulness in implementation of government policy in Pamekasan. In conclusion, the Regional Law No 6 of 2008 is still far from achieving its own designated goal which are building Maduran tobacco market that is honest, open and oriented towards tobacco farmers wellbeing.
Mengentaskan Kemiskinan: Multidimensional Approach Hisnuddin Lubis
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2214.744 KB) | DOI: 10.30870/hermeneutika.v3i1.2901

Abstract

Abstrak Kemiskinan merupakan persoalan krusial dalam pembangunan nasional. Terdapat beberapa tipologi  kemiskinan dari berbagai perspektif. Sesungguhnya persoalan kemiskinan ini bukan sekedar  permasalahan ekonomi, melainkan permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Oleh karena  terdapat relatifitas dalam memahami kemiskinan, maka kemiskinan dapat dipahami dan  dikategorikan sebagai kemiskinan berdimensi ekonomi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan  relatif. Kemiskinan berdimensi sosial-budaya yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan berdimensi  struktural yaitu kemiskinan struktural. Pengentasan kemiskinan tidak selamanya berdimensi  ekonomi, berikut dibahas melalui pendekatan peran, fungsional struktural, kapabilitas sistem politik  dan partisipatif. Dimana pokok persoalan adalah bagaimana stakeholder menjalankan fungsi dan  peran masing-masing. Pemerintah, swasta dan masyarakat merupakan tiga elemen kunci dalam  program pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan di Indonesia diklasifikasikan  menjadi dua, program delivery approach dan emergency, yang sifatnya mendesak, jangka pendek  dan program yang bersifat capacity building dan sustainability, yaitu program strategis jangka  panjang yang mengedepankan peningkatan kapasitas masyarakat dan keberdayaan masyarakat.  Masing-masing program dan strategi pengentasan kemiskinan mempunyai kelebihan dan  kelemahan, tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu diperlukan efektifitas dan efisensi program  pengentasan kemiskinan dalam implementasinya. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi  diperlukan langkah strategis, pemetaan masalah, pemetaan kelompok sasaran, implementor dan  monitoring. Kata Kunci: kemiskinan, program pengentasan kemiskinan, capacity building, pendekatan partisipatif, delivery approach Abstract Poverty is a crucial issue in national development. There are several typologies from different perspectives. In fact this is not an economic barrier, the release of social, economic, cultural and  political issues. Because there is a relative importance in understanding poverty, poverty can be  understood and categorized as economic dimensionless poverty, namely absolute poverty and  relative criticism. Social-cultural dimension of poverty. Poverty alleviation is not always economic  dimension, following example above role, structural functional, political and participative system  capability. Where the main problem is how stakeholders perform their respective functions and  roles. Government, private and public are the three key elements in poverty alleviation programs.  Poverty alleviation programs in Indonesia are classified into two, urgent, short-term and  emergency programming and delivery approaches that require capacity building and sustainability,  a long-term strategic program that promotes community capacity building and community  empowerment. Each poverty reduction program and strategy has its advantages and disadvantages,  nothing is perfect. Therefore, the effectiveness and efficiency of poverty reduction program is  needed. To achieve the effectiveness and efficiency required strategic steps, problem mapping,  target group mapping, implementing and monitoring. Keywords: poverty, poverty alleviation program, capacity building, participatory approach, delivery approach.
PRAKTIK DIGITALPRENEUR INDUSTRI 4.0 (Studi Kasus Digitalpreneur Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura Perspektif Pierre Bourdieu) Hamzah Fansuri; Hisnuddin Lubis
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v6i1.6519

Abstract

PRAKTIK DIGITALPRENEUR INDUSTRI 4.0 (Studi Kasus Digitalpreneur Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura Perspektif Pierre Bourdieu)Moh. Hamzah Fansuri¹, Hisnuddin Lubis² Program Studi Sosiologi, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura E-mail: hamzahfansuri268@gmail.com    Abstract - Digitalpreneur is one form of an entrepreneur business through an internet network, the network is used by various groups as a place to sell/buy products (goods/services) based online. In this study, the focus of digitalpreneur among the students of University of Trunojoyo Madura, where this business model is classified as easy to run from the perspective of (e-marketing), payment transactions (e-money/virtual) and shipping without having to meet directly with consumers.The purpose of this study is to find out the opportunities of Digitalpreneur for students of University of Trunojoyo Madura in facing the challenges of Industry 4.0 Pierre Bourdieu's perspective by looking at new practices born in the process which able to change the hobby of community (traditional society) in shopping, noticeable changes in patterns think online shopping especially for millennial generations.The method used is qualitative with data collection methods using observation, interviews, and documentation. Informants in this study are selected using purposive sampling. The analysis used by using Miles and Huberman analysis techniques. while in checking the validity of the data using the source triangulation method.Keywords: Digitalpreneur, Pierre Bourdieu, Industry 4.0