Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SELULOSA DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA MINYAK BEKAS PENGGORENGAN Winda Trisna Wulandari; Rosmaya Dewi
KOVALEN: Jurnal Riset Kimia Vol. 4 No. 3 (2018): Edisi Desember
Publisher : Chemistry Department, Mathematics and Natural Science Faculty, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.5 KB) | DOI: 10.22487/kovalen.2018.v4.i3.10920

Abstract

Penggorengan minyak dapat menyebabkan asam lemak yang terdapat di dalamnya mengalami oksidasi menghasilkan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan, diantaranya adalah senyawa peroksida, aldehid dan akrilamid. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan senyawa-senyawa berbahaya tersebut adalah dengan cara penggunaan adsorben. Akhir-akhir ini banyak dikembangkan adsorben yang berasal dari serat alami. Salah satunya adalah selulosa yang terkandung 40-50% dalam ampas tebu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan selulosa dari ampas tebu sebagai adsorben pada minyak bekas penggorengan. Ekstraksi selulosa dari ampas tebu dilakukan dengan cara menambahkan 250 mL larutan NaOCl 0,735% dan 150 mL larutan NaOH 17,5 %. Pengujian adsorben dilakukan dengan cara menambahkan selulosa ke dalam minyak bekas penggorengan selama 1x24 jam dan 2x24 jam. Kemudian dilakukan pengukuran kualitas minyak goreng. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perendaman minyak jelantah dengan menggunakan selulosa selama 2x24 jam dapat menurunkan bilangan asam sampai dengan 52,31% dan menurunkan bilangan peroksida mencapai 68,36%, akan tetapi nilai kadar airnya meningkat sebesar 45,29%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa selulosa dari ampas tebu berpotensi sebagai adsorben pada minyak bekas penggorengan.Kata kunci: selulosa, ampas tebu, adsorben, minyak jelantah. 
Pengaruh Variasi Konsentrasi NaOH Terhadap Nilai Derajat Deasetilasi Kitosan dari Limbah Cangkang Kerang Hijau (Perna viridis L): The Effect of NaOH Concentration on The Value of The Deacetylation Degree of Chitosan from Green Mussels Shell Waste (Perna viridis L) Winda Trisna Wulandari; Nurzaman; Anindita Tri Kusuma Pratita; Keni Idacahyati
KOVALEN: Jurnal Riset Kimia Vol. 6 No. 3 (2020): Edisi Desember
Publisher : Chemistry Department, Mathematics and Natural Science Faculty, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/kovalen.2020.v6.i3.15277

Abstract

Chitin which is the result of processing from green conch shell waste can be transformed into chitosan through a deacetylation process using variations in the concentration of NaOH. This study aims to determine the optimum conditions of variations in base concentration to the value of the degree of deacetylation of chitosan. The types of bases used are NaOH with the concentration variations of 50%, 55%, and 60%. Chitosan obtained was calculated the yield and characterized using FTIR. The results showed the optimum condition of the value of chitosan deacetylation degree was achieved by using 60% NaOH which produced the highest deacetylation degree value of 76.5%. Keywords: Green mussels shell, chitin, chitosan, deacetylation
Aktivitas Antibakteri Kitosan Hasil Sintesis dari Kitin Cangkang Kerang Hijau (Perna viridis L.) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Winda Trisna Wulandari; Rizky Nur Alam; Ade Yeni Aprillia
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 18 No. 02 Desember 2021
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pharmacy.v18i2.7936

Abstract

Masyarakat masih belum memanfaatkan cangkang kerang hijau (Perna viridis L.) secara optimal, padahal senyawa kitin yang terkandung dalam limbah tersebut dapat dimodifiksi menjadi kitosan melalui reaksi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menguji aktivitas antibakteri kitosan dari limbah cangkang kerang hijau terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kitosan dibuat melalui tiga proses yaitu deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Metode sumuran digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri dengan variasi konsentrasi kitosan 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8% (b/v). Kitosan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebanyak 59,3% dengan nilai derajat deasetilasi sebesar 74,34%. Kitosan dengan konsentrasi sebesar 0,8% (b/v) memberikan zona hambat sebesar 12,5 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 16,5 mm terhadap Escherichia coli. Dengan demikian kitosan dari cangkang kerang hijau memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap Escherichia coli dibandingkan dengan Staphylococcus aureus.