Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Fotografi Arsitektur Eksterior dan Landscape di Perkotaan Rhodys Ndoen; Julia S. P. L Baok; Hendricus Herry Cornelis; Gede Krisnantara; I Wayan Wirya Sastrawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. S1 (2021): UNDAGI: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Special Issue
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Photography starts from recording a reality into the medium of storage as accurately as possible. In line with the development of human life, photography also developed, among others, into a medium of artistic expression, including in architectural photography. Urban landscape is a term that refers to something related to urban exploration. Urban itself means an area that serves as a residence, a central distribution that has self-government, and economic activities based not just on agriculture. It can be said that urban landscape photography shows a picture of the area with the situation in an urban area or suburb. By looking at urban landscape photography we can see record events and atmosphere in an area consisting of roads, buildings, parks, and infrastructure that supports the people in it. Night Photography is a type of theme flow in The Art of Photography that makes the natural panorama at night a beautiful and interesting photo object. Night Photography or Photography Tonight presents a night atmosphere or Landcape conditions at night decorated with light grains of lights or stars in the sky.
EKISTIK DALAM PERMUKIMAN MASYARAKAT PEMASAK GULA NIRA LONTAR DI DESA OETUTULU SEBAGAI PENGUAT LINGKUNGAN MASYARAKAT KOMUNITAS Jeni Messakh; Rhodys Ndoen; Poetri Yaumil Achir
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54325/kolaborasi.v2i2.34

Abstract

Keseimbangan dan keberlanjutan dalam suatu proses kehidupan adalah hal terpenting yang menjadi faktor utama guna memenuhi kebutuhan hidup manusia selanjutnya. Keseimbangan yang diharapkan adalah hubungan baik antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, manusia bersama masyarakat dan masyarakat komunitasnya serta antara manusia dengan alam itu sendiri. Kehidupan Permukiman Masyarakat desa Oetutulu lebih di kenal oleh masyarakat Kabupaten Rote Ndao karena menjadi komunitas masyarakat penghasil nira lontar menjadi gula lokal. Potensi dari masyarakat desa Oetutulu ini tidak dimiliki oleh desa lainnya di Kabupaten Rote Ndao, karena hanya masyarakat desa Oetutulu yang bisa memasak nira lontar olahan menjadi gula lokal dengan 3 jenis yaitu: gula lempeng, gula semut dan gula air. Kajian penelitian ini adalah bagaimana melihat keseimbangan yang telah terjadi selama proses kehidupan dalam masyarakat dan keberlanjutan dari masyarakat desa Oetutulu sebagai komunitas masyarakat penghasil nira lontar olahan menurut prinsip teori Ekistik dengan 5 elemen ekistik yang dianutnya yaitu : 1. elemen nature; 2. elemen man; 3. elemen shell; 4. elemen society serta elemen yang terakhir adalah 5. Network, sehingga dari hasil analisis yang dilakukan maka akan diperoleh dari ke- 5 elemen ekistik tersebut elemen mana yang paling dominan memberikan pengaruh paling paling besar terhadap kesejahteraan dalam kehidupan permukiman masyarakat desa Oetutulu untuk tetap menjadi komunitas masyarakat penghasil nira lontar olahan menjadi gula lokal. Kemudian meyelaraskannya dengan komponen masyarakat komunitas dari Allan dan Crow ( 4 komponen) sebagai penguat komunitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk menjadi sebuah masyarakat komunitas dengan menampilkan ciri dan kekhususan tertentu bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba namun ada unsur-unsur pendukung yang melatar belakanginya sehingga nama besar komunitas masyarakat itu tetap terjaga. Dalam studi kasus ini temuannya adalah dari 5 elemen ekistik yang dipelopori oleh Dioxidis yang dipakai sebagai tolak ukur penelitian ini, maka yang memberi kontribusi terbesar adalah elemen Nature (alam), karena kehidupan dan kelestarian pohon lontar yang juga disebut sebagai pohon Alhayat (Pohon kehidupannya suku Rote) adalah yang menjadi komoditi utama dari komunitas masyarakat pemasak nira pohon lontar. Setelah 5 elemen ekistik dikaji maka kita akan melihat hubungannya dengan komponen masyarakat komunitas dari Alan dan Crow (4 komponen). Bila kelima elemen ekistik hadir, kemudian tercipta keselaran dengan 4 komponen komunitas, pada akhirnya memberikan keseimbangan satu sama lain maka, meskipun waktu akan berubah terus kedepannya dengan generasi yang baru, namun komunitas ini akan tetap ada dan memiliki nama sebagai masyarakat pemasak gula nira lontar dari desa Oetutulu.
IDENTIFIKASI RUANG HUNIAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG TENUN IKAT ROTE NDAO Rhodys Ndoen
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 10, No 2 (2022): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jmars.v10i2.58321

Abstract

The community weaving activities in the Rote Ndao Ikat Weaving Village have been passed down for a long time and have become a specialty of the Rote Ndao community. Ikat weaving is a livelihood as well as improving the economic welfare of the residents of each productive house in Rote Ndao Ikat Weaving Village. Placement of residential space as a workplace through the process of making traditional woven fabrics, limited residential space is a problem in itself, how do actors maximize the available space for their productive activities. The purpose of this study is to identify the activities of residential spaces in order to obtain information about the condition of residential spaces and the activities in them. This research is the result of the exploration of several residential spaces as productive houses in Rote Ndao Tenun Ikat Village. The research method uses descriptive qualitative research methods that are objective data collection including field physical data. The results of the study show that efforts to support productive homes have limited space. Productive activities at the same time as domestic activities greatly affect the efficiency of the function of space. The use of public areas is 62.5%, based on the approach (SKKNI, 2015) The layout design, floor, separation wall & ceiling and ventilation openings in each productive house have not taken into account the technical aspects of the building and the comfort of the craft workers. The average value of natural lighting on the terrace is 174 lux, the living room is 35.5 lux so that the intensity of lighting is still lacking as a productive work space.