Anneke Suparwati
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Factors Related to the Work Performance of Midwives in the IUD Contraception Service in Primary Healthcare Centers of Surabaya City Yasi Anggasari; Martha Irene Kartasurya; Anneke Suparwati
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.434 KB) | DOI: 10.14710/jmki.1.2.2013.106-114

Abstract

Penurunanangka cakupan peserta KB aktif IUD di Surabaya dalam 3 tahun terakhir dari 12,27%menjadi 6,1% menjadi perhatian khusus Dinas Kesehatan Kota Surabaya, hal ini terjadi akibatbelum optimalnya kinerja bidan dalam pelayanan kontrasepsi IUD di Puskesmas wilayahSurabaya. Tujuan penelitian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidandalam pelayanan kontrasepsi IUD di Puskesmas Wilayah Kota Surabaya.Penelitian analitikobservasional ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalahseluruh bidan di Puskesmas kota Surabaya yang memberikan pelayanan KB dan telah mengikutipelatihan CTU (362 bidan). Subjek penelitian 78 responden dipilih secara proporsional stratifiedrandom sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur dan observasi.Analisis data menggunakan uji regresi linear ganda.Hasil penelitian menunjukkan kinerja bidandalam pelayanan kontrasepsi IUD di wilayah Kota Surabaya 55,1 % dalam kategori baik.Pengetahuan bidandalam pelayanan kontrasepsi IUD (82,1%) kurang baik khususnya dalam halpenapisan dan konseling pra pemasangan. Motivasi bidan (55,1%) baik, sikap bidan (51,3%)kurang mendukung dalam pelayanan kontrasepsi IUD.Persepsi bidan terhadap kepemimpinankepala puskesmas (52,6%) baik. Persepsi bidan terhadap imbalan yang didapatkan 53,8% baik.Sarana prasarana (53,8%) sudah tersedia dalam menunjang pelayanan kontrasepsi IUD.Motivasi, sikap dan persepsi kepemimpinan berhubungan dengan kinerja bidan sedangkanpengetahuan, persepsi terhadap imbalan dan sarana prasarana tidak berhubungan dengan kinerjabidan dalam pelayanan kontrasepsi IUD. Secara bersama-sama motivasi dan persepsikepemimpinan berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelayanan kontrasepsi IUD.DisarankanDKKuntuk melaksanakan supervisi secara langsung dan berkala untuk mengevaluasi danmonitoring pelaksanaan program di setiap Puskesmas serta memberikan motivasi dalamkemudahaan izin belajar bagi bidan yang ingin melanjutkan pendidikan.  The decrease of IUD active family planning participants’ coverage in Surabaya in the last three years, from 12.27% to 6.1%, became a special attention for Surabaya district health office. The decrease was caused by inadequate work performance of midwives in implementing IUD contraception service in the primary healthcare centers in Surabaya area. Objective of the study was to analyze factors related to the work performance of midwives in the IUD contraception service in the primary healthcare centers of Surabaya city area. This was an analytical- observational study using cross sectional approach. Study population was all midwives in the primary healthcare centers in Surabaya city who provide family planning service, and who had attended in CTU training (362 midwives). Study subjects were 78 respondents, and they were selected using proportional stratified random sampling method. Data collection was conducted through structured interview and observation. Multiple linear regression tests were applied in the data analysis. Results of the study showed that work performance of midwives in the IUD contraception service in Surabaya city area was in a good category (55.1%). Midwives’ knowledge on IUD contraception service specifically on screening and counseling before insertion was insufficient (82.1%). Motivation of midwives was good (55.1%). Midwives attitude regarding IUD contraception service was not supportive (51.3%). Perception of midwives towards head of primary healthcare center leadership was good (52.6%). Midwives perception on remuneration they received was good (53.8%). Facilities to support IUD contraception service were available (53.8%).Motivation, attitude, and perception on the leadership were associated with midwives’ work performance. However, knowledge, perception of remuneration, and facilities were not associated with midwives’ work performance in the IUD contraception service. Motivation and perception on the leadership, in common, were associated with midwives’ work performance in the IUD contraception service.Suggestions for district health office was to perform supervision directly and periodically, to evaluate and monitor the implementation of program in every primary healthcare center, and to provide permission for midwives who want to take further study.
Implementation of the Standards of Pharmaceutical Services by the Pharmacists in Semarang District Lilik Tri Cahyono; Sudiro Sudiro; Anneke Suparwati
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2015): Agustus 2015
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.745 KB) | DOI: 10.14710/jmki.3.2.2015.%p

Abstract

ABSTRAKPada tahun 2004, terbit Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik dan diikuti Buku Juknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik tahun 2008. Namun demikian, praktik pelayanan kefarmasian pada apotik di Kabupaten Semarang belum sesuai standar tersebut. Nilai skor pelayanan kefarmasian di apotik, dari hasil penelitian pendahuluan yaitu 6 apotik nilainya kurang, 4 apotik nilainya cukup dan tidak ada apotik yang nilainya baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian pada apotik di Kabupaten Semarang. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam (indepth interview) pada 6 Apoteker Pengelola Apotik (APA) sebagai informan utama, satu orang Kepala Seksi Farmasi, Pengawasan Obat, Makanan dan Minuman (POM) dan satu orang Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Cabang Kabupaten Semarang sebagai informan triangulasi. Analisa data menggunakan metode analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan, pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik masih menitikberatkan pada administrasi dan pengelolaan obat, belum pada pelayanan kefarmasian secara menyeluruh. Sebagian besar informan utama belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang Juknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik, belum menyediakan SOP/Protap, belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang Juknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik. Seluruh informan utama belum pernah mendapatkan pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang maupun IAI Cabang Kabupaten Semarang tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik secara menyeluruh. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik belum optimal karena pengetahuan tentang Juknis belum memadai, SOP/Protap belum ada, belum ada sosialisasi dan pembinaan sesuai Juknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang maupun IAI Cabang Kabupaten Semarang.Kata kunci : Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik, Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Apoteker Pengelola Apotik (APA)ABSTRACTHealth Minister Decree of Indonesian Republic number 1027/Menkes/SK/IX/ 2004 regardingpharmaceutical service standard in pharmacies had been enacted in 2004. In 2008, technicalguidance (juknis) to implement pharmaceutical service standard in pharmacies in Semarang district was published. However, pharmaceutical service practice in pharmacies in Semarang district was not done according to the standard. Results of a previous study indicated that score value of pharmaceutical service in six pharmacies was low; four pharmacies received moderate scores, and no pharmacies obtained good scores. Objective of this study was to analyze the implementation of pharmaceutical service standard in pharmacies in Semarang district. This was a descriptive-qualitative study. Data collection was done by conducting observation and in-depth interview to six pharmacists who managed the pharmacies (APA) as main informants. Triangulation informants were a head of pharmacy section and one head of IAI Semarang district branch. Data analysis was performed by applying content analysis method. Results of the study showed that the implementation of pharmaceutical service standard in the pharmacies was still focused on administrative activities and drug management, and holistic pharmaceutical service had not become the main focus. Majority of main informants had insufficient knowledge regarding technical guidance of pharmaceutical service standard in the pharmacy; they did not have standard operating procedure (protap); they did not get information about technical guidance of pharmaceutical service standard in the pharmacy. All main informants did not receive supervision from Semarang district health office or from IAI Semarang district branch regarding holistic pharmaceutical service standard in the pharmacy. In conclusion, pharmaceutical service standard in the pharmacy was not optimal. It was related to insufficient knowledge regarding technical guideline, no standard operating procedure, no socialization and supervision that was done according to technical guideline from Semarang district health office or IAI Semarang district branch.Keywords : Pharmaceutical service standard in the pharmacy, Semarang district health office, pharmacy manager pharmacist (APA)