Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pendugaan Umur Simpan Cabai Giling Menggunakan Metode Accelerated Shelf Life Testing dengan Pendekatan Arrhenius (Estimation of Shelf Life Ground Chillies Using Accelerated Shelf Life Testing Method with Arrhenius Approach) Kasma Iswari
Jurnal Hortikultura Vol 31, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v31n1.2021.p71-80

Abstract

Untuk memperpanjang masa simpan cabai giling yang diperdagangkan, perlu dilakukan pengemasan sebaik mungkin sehingga tidak terkontaminasi mikroba. Di samping itu diperlukan informasi masa simpan untuk menjamin bahwa cabai giling sampai di tangan konsumen belum mengalami kerusakan dan masih layak dikonsumsi. Salah satu cara untuk menduga umur simpan secara cepat adalah dengan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT), melalui pendekatan Arrhenius. Penelitian bertujuan menduga umur simpan cabai giling melalui pendekatan Arrhenius. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen BPTP Sumatra Barat pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2018. Penyimpanan dilakukan menggunakan kemasan botol plastik Polyethylene Terephthalate (PET) dan kantong plastik PP 0,8 mm pada suhu 3ºC, 29ºC, dan 35ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi kinetika penurunan mutu cabai giling mengikuti ordo satu. Pendugaan umur simpan paling lama diperoleh pada perlakuan pemanasan cabai giling selama 25 menit kemudian dikemas dengan botol PET, disimpan pada suhu 3°C, yaitu 211,41 hari, dengan model matematika penurunan mutu Lnk =14,883-7154,67(1/T). Jika disimpan pada suhu 29˚C dan 35˚C masing-masing umur simpan hanya 53,26 hari dan 27,21 hari.KeywordsUmur simpan; Pengolahan; Cabai gilingAbstractTo extend the shelf life of traded ground chilies, good packaging is necessary in order not to be contaminated by microbes. In addition, information on shelf life is needed to ensure that the ground chillies that arrive at consumers have not been damaged and are still fit for consumption. One way to quickly estimate shelf life is by using the Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) method, through the Arrhenius approach. The research aimed to estimate the shelf life of ground chillies through the Arrhenius approach. The research was conducted at the Postharvest Laboratory of BPTP West Sumatra from May to October 2018. Storage was carried out using Polyethylene Terephthalate (PET) plastic bottles and 0.8 mm PP plastic bags at temperatures of 3ºC, 29ºC, and 35ºC. The results showed that the reaction kinetics of quality deterioration of ground chillies followed order 1. The longest estimated shelf life was obtained in the heating treatment of ground chilies for 25 minutes then packed with PET bottles, stored at 3°C, that is 211.41 days, with a mathematical model of quality degradation Lnk = 14.883-7154.67 (1/T). If stored at 29oC and 35oC, the shelf life is only 53.26 days and 27.21 days, respectively.
Adopsi dan Dampak Penerapan Standard Operating Procedure Pascapanen Karet Rakyat Di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Kasma Iswari
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2016.p21-28

Abstract

Mutu bahan olah karet (bokar) di tingkat petani di Provinsi Sumatera Barat masih rendah, disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap teknologi, kurangnya sarana pascapanen, belum diterapkannya standard operating procedure (SOP), dan masalah lainnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui adopsi dan dampak penerapan SOP pascapanen bahan olah karet (bokar) rakyat di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat, mulai bulan Maret sampai Desember 2013 dengan metode survei deskriptif melalui pelaksanaan demonstrasi plot (demplot) dan sekolah lapang. Parameter yang diamati meliputi tingkat adopsi teknologi pascapanen, mutu bokar, dan tataniaga karet sebelum dan setelah demplot dan sekolah lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi pascapanen karet melalui demplot dan sekolah lapang di Kabupaten Dharmasraya bervariasi dari tingkat yang sangat rendah sampai sangat tinggi. Adopsi teknologi tersebut berdampak positif terhadap peningkatan mutu bahan olah karet rakyat sehingga dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Harga jual sheet dengan standar SNI di tingkat petani tidak jauh berbeda dengan lump kotor, hal ini yang menyebabkan petani belum banyak memproduksi sheet. Diperlukan regulasi agar pabrik membeli karet ke Unit Pengelola dan Pemasaran Bokar (UPPB) atau ke pasar lelang yang berpihak kepada petani.
INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN CABAI MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN DI SUMATERA BARAT Kasma Iswari
Jurnal Sains Agro Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Sains Agro
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jsa.v7i1.770

Abstract

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan komoditas strategis kementerian pertanian, artinya komoditas tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi, berkontribusi nyata dalam perekonomian nasional. Tingginya fluktuasi harga jual menyebabkan komoditas cabai   menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi. Inflasi umumnya berlaku pada komoditas segar. Produk olahan cabai tidak mempengaruhi dan dipengaruhi inflasi karena harga jualnya bisa bersifat monopoli atau dapat sebagai price-maker. Beberapa inovasi teknologi pengolahan cabai yang dapat diterapkan di tingkat industry rumah tangga ataupun mini industry diantaranya adalah, manisan cabai, cabai kering, tepung cabai, dan cabai blok. Teknologi dimaksud dapat meningkatkan umur simpan cabai dan nilai tambah sekaligus akan meningkatkan pendapatan petani cabai. Penulisan makalah ini  merupakan review dari inovasi teknologi yang sudah dilakukan penulis serta study literatur tentang pengolahan cabai. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan alternatif inovasi teknologi pengolahan cabai dalam rangka memacu hilirisasi inovasi teknologi sehingga sampai ke  pengguna terutama pelaku UMKM dan pelaku usaha  industri olahan
PENINGKATAN NILAI TAMBAH KOMODITAS DURIAN MELALUI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL Kasma Iswari
Jurnal Sains Agro Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Sains Agro
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jsa.v6i2.640

Abstract

Permasalah klasik yang selalu terjadi pada komoditas durian adalah masalah umur simpan, dan pemasaran karena, komoditas ini mudah rusak setelah panen, dan harga jual sangat berfluktuasi. Dalam kasus ini petani durian sering merugi. Oleh karena itu perlu diupayakan agar umur simpan durian dapat diperpanjang dan dapat meningkatkan nilai tambah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai inovasi teknologi pengolahan durian dan limbah biji durian. Pengolahan daging buah durian menjadi tepung dapat memperpanjang umur simpan menjadi 261,42 hari. Tepung durian dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bolu, es krim, dan olahan lainnya, sehingga dapat mengurangi penggunaan perasa dan aroma sintetis. Demikian juga dengan pengolahan durian beku juga dapat mempertahankan umur simpan durian. Pengolahan biji durian menjadi tepung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan pengganti sumber karbohidrat, protein, fospor dan kalsium, dan  tepung ini dapat diproses lebih lanjut sebagai substitusi terigu untuk bahan baku produk olahan pangan. Pengolahan daging buah durian dan biji durian menjadi tepung durian memberikan nilai tambah yang cukup besar yaitu Rp. 10.639/kg buah durian atau 71%, dengan R/C 1,60