Lawrence J.L Lumingas
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Size-frequency and allometric growth of the yellowfin tuna, Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788), caught in the Molluca Sea, Indonesia Wahono, Budi; Lumingas, Lawrence J.L
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7274

Abstract

Yellowfin tuna Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) is a very important species for the world fisheries. Biological information including length-frequency distribution, total length (TL)-head circle length (HCL) relationship, and total length-body weight (BW) relationship were examined for 115 female and 84 male yellowfin tuna, caught in Molluca Sea. Significantly different mean total length was found for female and male yellowfin tuna; the male (mean length 110.66 cm) is bigger than the female (mean length 103.36 cm). The total length-head circle length relationship for female yellowfin tuna can be described as HCL= 0.7455TL0.9565 and HCL= 0.7821TL0.9456 for male yellowfin tuna. In the HCL-TL relationships, the allometric coefficient (b) values obtained for both female and male yellowfin tuna did not differ significantly from 1 or isometry, which indicates direct proportionality between HCL and TL. The estimated total length-body weight relationship for yellowfin tuna was BW = 0.0172TL2.9826 for female and BW = 0.0223TL2.9281 for male. In the BW-TL relationships, the allometric coefficient (b) values obtained for both female and male yellowfin tuna did not differ significantly from 3 or isometry, which indicates direct proportionality between BW and TL. This biological information will be useful for the fisheries management of the species studied. Ikan madidihang Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) merupakan spesies yang sangat penting untuk perikanan dunia. Informasi biologi yang meliputi sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang total (PT)-panjang lingkar kepala (PLK), dan hubungan panjang total-berat tubuh (BT) telah diteliti untuk 115 individu ikan madidihang betina dan 84 individu ikan madidihang jantan yang tertangkap di Laut Maluku. Rata-rata panjang total ikan madidihang betina berbeda nyata dengan rata-rata panjang total ikan madidihang jantan; ikan madidihang jantan (110,66 cm) berukuran lebih besar dibanding ikan madidihang betina (103,36 cm). Hubungan panjang total-panjang lingkar kepala untuk ikan madidihang betina adalah PLK = 0,7455PT0,9565 dan untuk ikan madidihang jantan adalah PLK = 0,7821PT0,9456. Dalam hubungan PLK-PT, nilai-nilai koefisien allometri (b) untuk ikan madidihang betina dan jantan tidak berbeda nyata dengan 1 atau isometri, yang mengindikasikan pertumbuhan yang proporsional antara PLK dan PT baik untuk ikan betina maupun untuk ikan jantan. Hubungan panjang total-berat tubuh dugaan adalah BT = 0,0172PT2,9826 untuk ikan madidihang betina dan BT = 0,0223PT2,9281 untuk ikan madidihang jantan. Dalam hubungan BT-PT, nilai-nilai koefisien allometri (b) untuk ikan madidihang betina dan jantan tidak berbeda nyata dengan 3 atau isometri, yang mengindikasikan pertumbuhan yang proporsional antara BT dan PT baik untuk ikan betina maupun untuk ikan jantan.  Informasi biologi ini akan berguna untuk pengelolaan perikanan dari spesies yang dipelajari.
Study on the community structure of macrozoobenthos in Kobok and Kao estuaries, Kao Bay, North Halmahera Talib, Najib Hi; Lumingas, Lawrence J.L; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7309

Abstract

This study aims to assess the community structure of macrozoobenthos in the estuary of Kobok and Kao rivers, Kao Gulf waters. Sampling was carried out in October 2014 at 10 sampling stations in both estuaries. Variables examined in this study were community variables, such as species composition and abundance, including species diversity index Shannon-Wiener (H '), species richness (SR) index, evenness index (J'), Berger-Parker dominance index (d) and 'assemblage' (group) of the macrozoobenthos using multivariate analysis such as classification and analysis of factorial correspondence analysis (AFK). This study obtained a total of 757 individuals of 61 species. Diversity Index (H ') ranged from 1.62 to 3.96, Evenness index (J ') from 0.63 to 1.26., richness (SR) index ranged from 2.83 to 4.45 and dominance index (d) 0.16 to 0.47. Classification analysis separated 4 interconnecting groups at the station or resident species that were in the similar sediment types. Correspondence Factorial Analysis for the station variables mostly responsible for the axial formation was stations mostly contributing  to the formation of axes as the characteristic station of the axes, because it had relatively high contribution. Penelitian ini bertujuan untuk menilai struktur komunitas makrozoobentos di muara Sungai Kobok dan muara Sungai Kao perairan Teluk Kao. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan oktober 2014 pada 10 stasiun sampling di kedua muara. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel komunitas seperti komposisi dan kelimpahan spesies termasuk indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan spesies (SR), indeks kemerataan spesies (J’), indeks dominasi Berger-Parker (d) serta ‘assemblage’ (grup) makrozoobentos dengan menggunakan analisis multivariate seperti analisis klasifikasi maupun analisis faktorial koresponden (AFK). Penelitian ini diperoleh total 757 individu yang termasuk dalam 61 spesies. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), berkisar dari 1.62-3,96. Nilai Indeks Kemerataan Spesies (J’), berkisar dari 0,63-1,26. Nilai Indeks kekayaan spesies (SR), berkisar dari 2,83-4,45 dan Nilai indeks dominasi (d), berkisar dari 0,16-0,47. Analisis klasifikasi telah memisahkan 4 grup yang saling berhubungan pada stasiun maupun spesies penghuni yang memiliki kemiripan dalam tipe sedimen. Sedangkan Analisis Faktorial Koresponden untuk variabel stasiun yang paling bertanggungjawab terhadap pembentukan sumbu-sumbu adalah (kontribusi absolut). Stasiun-stasiun yang paling berkontribusi dalam pembentukan sumbu juga sebagai stasiun karakteristik sumbu tersebut, karena memiliki kontribusi relatif yang juga tinggi.
Mapping of tsunami prone areas in coastal region of Kema, North Sulawesi Raharjo, Slamet S; Mamuaya, Gybert E; Lumingas, Lawrence J.L
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2275

Abstract

Kema coastal region is a coastal tourist area quite a lot of visitors especially during the holidays. Most of the population in this region is fishing. This region had experienced 4 meter tsunami on 6 September 1889 by an earthquake with a magnitude of 8.0 on the Richter scale in the Moluccas Sea epicenter position ± 72 km southeast of Kema. The earthquake caused a tsunami that has the potential to re-occur in the future. The purpose of this study was to calculate how much the maximum magnitude earthquakes likely to occur in the Moluccas Sea and map the run-up tsunami caused by the earthquake in Coastal Areas of Kema. Calculation of maximum magnitude and tsunami run-up using the relationship between the frequency and magnitude of the Guttenberg-Richter earthquake and Imamura tsunami software, then run up the tsunami mapped using GIS software. Generated that could potentially occur in the Moluccas Sea earthquake with a magnitude of 8.5 on the Richter scale can cause a tsunami to hit the coast Kema Beach area on 10 minutes after the earthquake, the tsunami run-up heights reached 13.9 meters. Mapping the tsunami run-up showed that the entire coastal region of Kema is tsunami prone areas© Wilayah pesisir Kema merupakan kawasan wisata pantai yang cukup banyak pengunjungnya terutama pada saat hari libur. Sebagian besar penduduk di wilayah ini adalah nelayan. Wilayah ini pernah mengalami tsunami 4 meter pada tanggal 6 September 1889 akibat gempa bumi dengan magnitudo 8,0 Skala Richter di Laut Maluku dengan posisi pusat gempa ± 72 km tenggara Kema. Gempa bumi yang menimbulkan tsunami ini berpotensi terulang kembali pada waktu yang akan datang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menghitung berapa besar magnitudo maksimum gempa bumi yang berpeluang terjadi di Laut Maluku dan memetakan run up tsunami akibat gempa bumi tersebut di wilayah pesisir Kema. Perhitungan magnitudo maksimum dan run up tsunami menggunakan hubungan antara frekuensi dan magnitudo gempa bumi Guttenberg-Richter, serta software tsunami Imamura, yang kemudian run up tsunami dipetakan dengan menggunakan software GIS. Dihasilkan bahwa di Laut Maluku berpotensi terjadi gempa bumi dengan magnitudo 8,5 Skala Richter yang dapat menimbulkan tsunami hingga melanda di pantai wilayah pesisir Kema pada menit ke 10 setelah kejadian gempa bumi, dengan ketinggian run up tsunami mencapai 13,9 meter. Pemetaan run up tsunami tersebut menunjukkan bahwa seluruh wilayah pesisir Kema adalah daerah rawan tsunami©
First maturity assessment and allometric growth of skipjack tuna, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758), landed at Ternate Island Susanto, Adi Noman; Lumingas, Lawrence J.L
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 2, No 2 (2014): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.2.2.2014.12396

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Pendugaan pertama matang kelamin dan pertumbuhan alometri ikan cakalang, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758), yang didaratkan di Pulau Ternate Skipjack tuna, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758), is a very important species for Indonesian fisheries.  A total of 462 specimens (254 males and 208 females) collected from fish landings in Ternate Island from November 2013 to April 2014 were used to estimate length at first sexual maturity, length-weight relationship, and length-head circumference relationship. The length at first sexual maturity (FL50) was 489.68 mm. The length-weight relationship equations were  W = 0.0001*FL2.7232 for males and W = 0.0002*FL2.6595 for females, respectively. Student’s t-test indicated significant deviation of ‘b’ from ‘3’ towards negative allometric growth (p< 0.05).  The length-head circumference relationship equations were HC = 0.5453*FL1.0263for males and HC = 0.6519*FL0.9985for females, respectively. Student’s t-test indicated no significant deviation of ‘b’ from ‘1’ towards isometric growth (p> 0.05).  Analysis of covariance showed that there was no significant difference between sexes (p> 0.05) for both relationships. Hence, a common length-weight relationship and a common length-head circumference relationship can be derived using pooled data of both sexes. Ikan cakalang, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) merupakan  spesies yang sangat penting untuk perikanan Indonesia.  Sejumlah 462 spesimen (254 jantan dan 208 betina) ikan cakalang yang diperoleh dari ikan yang didaratkan di Pulau Ternate, selama periode November 2013 sampai April 2014 telah digunakan untuk menduga panjang matang kelamin pertama, hubungan panjang-berat, dan hubungan panjang-keliling lingkar kepala. Panjang pada saat matang kelamin pertama (PC50) adalah  489,68 mm. Persamaan hubungan panjang-berat diperoleh BT = 0,0001*PC2,7232 untuk jantan dan BT = 0,0002*PC2,6595 untuk betina. Hasil uji-t Student menunjukkan penyimpangan yang nyata ‘b’ dari ‘3’ cenderung ke arah pertumbuhan alometrik negatif (p < 0,05).   Persamaan hubungan panjang-keliling lingkar kepala diperoleh LK = 0,5453*PC1,0263 untuk jantan dan LK = 0,6519*PC0,9985 untuk betina. Hasil uji-t Student menunjukkan deviasi yang tidak nyata nilai ‘b’ dari ‘1’ yang cenderung ke arah pertumbuhan isometrik (p > 0,05).   Analisis kovarians menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jantan dan betina (p > 0,05) untuk kedua hubungan tersebut di atas. Oleh karena itu, suatu hubungan panjang-berat umum dan suatu hubungan panjang-lingkar kepala umum dapat dibuat dengan menggunakan data gabungan kedua jenis kelamin.
Living coral cover and genera diversity of coral Scleractinia in eastern coastal of Minahasa Regency, North Sulawesi Pakasi, Ivone F; Lumingas, Lawrence J.L; Kepel, Rene Ch; Rondonuwu, Arie B
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 6, No 2 (2018): October
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.6.2.2018.24838

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Tutupan karang hidup dan keanekaragaman genera karang Scleractinia di Pantai Timur Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara The coastal waters east of Minahasa Regency of North Sulawesi Province is one of the areas of water that have the potential to be used as Marine Protected Areas. This study provides information on the condition of coral reefs on the eastern coast of Minahasa Regency, especially in Kamenti and in Toloun. Sampling withSCUBA was conducted using lifeform categories and transects in the form of a 50 m measuring tape with 'Line Intercept Transect' techniqueat thedepthsof 5 m, 10 m and 15 m. The condition of coral reefs in the eastern coastal waters of Minahasa Regency is generally 'good'. The percentage of coral cover in Kamenti was categorized'good', while in the waters Toloun are in a state of 'average'. Genera richness on both sites can be quite high, intotal there are44 genera with 35 genera in Kamenti and 38 genera in Toloun. Kamenti station with the depth of 15 m hasthe highest conservation value because in addition to having the highest number of genera (32 genera), it has also the highest Shannon index (3.35), the highest genera richness index (8.29), the highest genera evenness index (0, 97) and the lowest dominance index (0.12). There is no apparent correlation between the percentage of live coral cover with the number of genera or the Shannon index. But the high percentage of live coral cover is not always identical with the high genera richness; the maximum genera richness is at the intermediatecover level.Perairan pantai sebelah timur Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu kawasan perairan yang berpotensi untuk dijadikan Kawasan Konservasi Perairan. Penelitian ini memberikan informasi tentang kondisi terumbu karang di pantai timur Kabupaten Minahasa khususnya di Kamenti dan di Toloun. Sampling dengan menggunakan SCUBA dilakukan dengan metode kategori lifeformdan menggunakan transek berupa pita meteran sepanjang 50 m dengan teknik ‘Line Intercept Transect‘  pada kedalaman 5 m, 10 m dan 15 m. Kondisi terumbu karang di perairan pantai timur Kabupaten Minahasa umumnya ‘baik’. Persentase tutupan karang batu di Kamenti berada pada kategori ‘baik’ sedangkan di perairan Toloun berada pada kondisi ‘sedang’. Kekayaan genera pada kedua lokasi penelitian dapat dikatakan cukup tinggi yakni secara total terdapat 44 genera dengan masing-masing 35 genera di Kamenti dan 38 genera di Toloun. Stasiun Kamenti kedalaman 15 m adalah yang paling tinggi nilai konservasinya karena selain memiliki jumlah genera terbanyak (32 genera), juga memiliki indeks Shannon tertinggi (3,35), indeks kekayaan genera tertinggi (8,29), indeks kemerataan genera tertinggi (0,97) dan indeks dominasi terendah (0,12). Tidak terdapat hubungan yang nyata antara persentase tutupan karang hidup dengan jumlah genera atau indeks Shannon. Tetapi persentase tutupan karang hidup yang tinggi tidak selalu indentik dengan tingginya kekayaan genera; kekayaan genera maksimun berada pada tingkat tutupan menengah.