Claim Missing Document
Check
Articles

Proses Bioakumulasi dan Biotransfer Merkuri (Hg) pada Organisme Perairan di dalam Wadah Terkontrol Markus Talintukan Lasut
Jurnal Matematika & Sains Vol 14, No 3 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A study to show bioaccumulation and biotransfer processes of mercury (Hg) has been done in controlled experimental chambers. Three groups of aquatic organisms, namely phytoplankton Nannochloropsis oculata representing producers, fish Lebistes (Poecilia) reticulatus representing herbivorous consumers, and fish Tiger Fish Symphysodon sp. representing carnivorous consumers, were contaminated by two different concentrations of Hg, in form of methylmercury (MeHg), such as 22.6 ppb as Treatment 1 and 79.1 ppb as Treatment 2. Controls were setup for all experiments. The result showed that bioaccumulation process occurred in the experiments and the amount of MeHg accumulated was depended on the amount of supplied MeHg. Biotransfer of MeHg was also indicated in this study. The highest biotransfer of MeHg occurred between the phytoplankton and the herbivorous fish pathway. The study concludes that bioaccumulation and biotransfer processes of MeHg occurred in the experimental pathway and the amount of mercury accumulated and transferred was depended on the amount of mercury supplied.
Water quality status of rivers in the coastal city of Manado, North Sulawesi Province, Indonesia Lasut, Markus T; Tarigan, Adianse
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7296

Abstract

A study on water quality status of three riverine systems, S. Bailang (SB), S. Maasing (SM), and S. Tondano (ST), in coastal city of Manado, North Sulawesi Province, has been conducted to measure several water quality parameters, to analyse source and quality of wastewater discharge, and to assess the status of the rivers related to the water quality. Measurement of the parameters was conducted using three indicators, i.e. organic (BOD5) and in-organic (N-NO3 and P-PO4), and pathogenic microorganism (Escherichia coli [EC] and total coliform [TC]). The result showed that the level of water quality varied between the rivers. The average level of water quality (based on the observed parameters) in SB, respectively, was 0.317 mg/l, 0.093 mg/l, 2 mg/l, >2420 MPN, and  >2420 MPN; in SM, respectively, was 0.029 mg/l, 1.859 mg/l, 17.7 mg/l, >2420 MPN, and >2420 MPN; and in ST, respectively, was 0.299 mg/l, 0.252 mg/l, 3.5 mg/l, >2420 MPN, and >2420 MPN. The level of water quality between the rivers was not significantly different (p>0.05), except based on the parameter of N-NO3 which was significantly different (p<0.01). The status of the observed rivers varied based on the classes of their water utilities (according to the Government Regulation of Indonesia, No. 82, 2001); mostly was "unsuitable". Kajian tentang status kualitas air di 3 perairan sungai di kota pesisir Manado, S. Bailang (SB), S. Maasing (SM), dan S. Tondano (ST), Provinsi Sulawesi Utara, telah dilakukan yang bertujuan untuk mengukur beberapa parameter kualitas air, menganalisis sumber dan kualitas buangan limbah domestik, dan menilai status ketiga perairan sungai tersebut. Tiga indikator digunakan, yaitu: bahan organik (BOD5), bahan anorganik (N-NO3 dan P-PO4), dan mikroorganisme patogenik (Escherichia coli [EC] dan coliform total [TC]). Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat kualitas air perairan tersebut berbeda-beda. Konsentrasi rerata parameter kualitas air  (BOD5, N-NO3, P-PO4, EC, dan TC) di SB, berturut-turut, sebesar 0.317 mg/l, 0.093 mg/l, 2 mg/l, >2420 MPN, dan >2420 MPN; di SM, berturut-turut, sebesar 0.029 mg/l, 1.859 mg/l, 17.7 mg/l, >2420 MPN, dan >2420 MPN; dan di ST, berturut-turut, sebesar 0.299 mg/l, 0.252 mg/l, 3.5 mg/l, >2420 MPN, dan >2420 MPN. Konsentrasi kualitas air ketiga sungai tersebut tidak berbeda secara signifikan (p>0.05), kecuali parameter N-NO3 (p<0.01). Secara umum, kondisi kualitas air ketiga sungai tersebut, menurut Peraturan Pemerintah No. 82, 2001) berada dalam status “tidak cocok” untuk peruntukannya.
A study on potential development of fisheries resources in the coastal area of Tolitoli Regency ., Yuliani; Mantjoro, Eddy; Wantasen, Adnan; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2272

Abstract

Tolitoli is one of regencies in Central Sulawesi province that has fisheries and marine resources which are potentially exploited and developed. The total area of Tolitoli regency is 4079.77 km² land and 3008.59 oceans km² area with a long range 453.98 km coastline. Administratively, Tolitoli consists of 10 districts (9 of which are districts that have coastal areas), 104 villages (60 of which are coastal villages) and 43 islands (13 inhabited islands and 30 uninhabited islands) which are small islands scattered along the coastal areas. In addition, Tolitoli have 3 outer islands bordering neighboring country: Lingayan Island, Island Salando and Dolangan Island. Resource potential and development of coastal fisheries Tolitoli has an area of ​​707 ha of mangrove and coral 11568.5 ha. For mariculture potential is around 2011, 10.800 ha with a total production 702.4 tonnes, inland aquaculture 4250 ha with a total production of 499 tonnes. Cathing fisheries was exploited in 2011 for approximately 30009.21 tonnes/year by the number of RTP 2500 households. As for the potential location of fish processing is 29 000 M² with a production of 210.3 tonnes. For tourism potential there are 14 potential tourism attractions that can be favored by local governments to be developed© Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu  kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah yang memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Luas Kabupaten Tolitoli yaitu 4.079,77 km² daratan dan 3.008,59  km² wilayah lautan dengan panjang  garis pantai berkisar 453,98 km. Secara administratif, Kabupaten Tolitoli terdiri dari 10 kecamatan (9 di antaranya merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir) dan jumlah desa sebanyak 104 (jumlah desa pesisir sebanyak 60) serta mempunyai 43 pulau (13 pulau berpenghuni dan 30 pulau tidak berpenghuni) yang merupakan pulau-pulau kecil yang tersebar di sepanjang wilayah pesisir. Selain itu, Kabupaten Tolitoli memiliki 3 pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia, yaitu Pulau Lingayan, Pulau Salando, dan Pulau Dolangan.Potensi sumberdaya dan pengembangan perikanan pesisir Kabupaten Tolitoli memiliki ekosistem mangrove seluas 707 Ha, Karang 11.568,5 Ha.Untuk potensi budidaya laut tahun 2011 seluas10.800 Ha dengan jumlah produksi 702,4 ton,budidaya perikanan darat/tambak  4.250 Ha dengan jumlah produksi 499 ton. Potensi perikanan tangkap yang termanfaatkan pada tahun 2011 sekitar 30.009,21 ton/tahun dengan jumlah RTP 2.500 KK. Sedangkan untuk luas lokasi potensi pengolahan hasil perikanan yaitu 29.000 M² dengan produksi 210,3 ton. Untuk potensi pariwisata terdapat 14 objek wisata yang dapat diunggulkan oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan©
Study on the community structure of macrozoobenthos in Kobok and Kao estuaries, Kao Bay, North Halmahera Talib, Najib Hi; Lumingas, Lawrence J.L; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7309

Abstract

This study aims to assess the community structure of macrozoobenthos in the estuary of Kobok and Kao rivers, Kao Gulf waters. Sampling was carried out in October 2014 at 10 sampling stations in both estuaries. Variables examined in this study were community variables, such as species composition and abundance, including species diversity index Shannon-Wiener (H '), species richness (SR) index, evenness index (J'), Berger-Parker dominance index (d) and 'assemblage' (group) of the macrozoobenthos using multivariate analysis such as classification and analysis of factorial correspondence analysis (AFK). This study obtained a total of 757 individuals of 61 species. Diversity Index (H ') ranged from 1.62 to 3.96, Evenness index (J ') from 0.63 to 1.26., richness (SR) index ranged from 2.83 to 4.45 and dominance index (d) 0.16 to 0.47. Classification analysis separated 4 interconnecting groups at the station or resident species that were in the similar sediment types. Correspondence Factorial Analysis for the station variables mostly responsible for the axial formation was stations mostly contributing  to the formation of axes as the characteristic station of the axes, because it had relatively high contribution. Penelitian ini bertujuan untuk menilai struktur komunitas makrozoobentos di muara Sungai Kobok dan muara Sungai Kao perairan Teluk Kao. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan oktober 2014 pada 10 stasiun sampling di kedua muara. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel komunitas seperti komposisi dan kelimpahan spesies termasuk indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan spesies (SR), indeks kemerataan spesies (J’), indeks dominasi Berger-Parker (d) serta ‘assemblage’ (grup) makrozoobentos dengan menggunakan analisis multivariate seperti analisis klasifikasi maupun analisis faktorial koresponden (AFK). Penelitian ini diperoleh total 757 individu yang termasuk dalam 61 spesies. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), berkisar dari 1.62-3,96. Nilai Indeks Kemerataan Spesies (J’), berkisar dari 0,63-1,26. Nilai Indeks kekayaan spesies (SR), berkisar dari 2,83-4,45 dan Nilai indeks dominasi (d), berkisar dari 0,16-0,47. Analisis klasifikasi telah memisahkan 4 grup yang saling berhubungan pada stasiun maupun spesies penghuni yang memiliki kemiripan dalam tipe sedimen. Sedangkan Analisis Faktorial Koresponden untuk variabel stasiun yang paling bertanggungjawab terhadap pembentukan sumbu-sumbu adalah (kontribusi absolut). Stasiun-stasiun yang paling berkontribusi dalam pembentukan sumbu juga sebagai stasiun karakteristik sumbu tersebut, karena memiliki kontribusi relatif yang juga tinggi.
Mercury (Hg) contamination in Manado Bay, North Sulawesi, Indonesia Ronoko, Stephen R; Karwur, Denny B.A; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24993

Abstract

Title (Bahasa Indonesia):Kontaminasi merkuri (Hg) di Teluk Manado, Sulawesi Utara, IndonesiaArtisanal gold minings, which are situated in the highlands of the northern part of Sulawesi Island,use mercury (Hg) to extract gold and dischargetheirs tailings into rivers; one of the rivers(Bailang River) is connected to Manado Bay. This could cause Hg contamination into the bay. This study aimed to assess the contamination of Hg in the aquatic ecosystem of the bay. For the assessment, the bay was divided into 2 parts, namely the North and the South, and the contamination was assessed by measuring the total Hg concentration in sediments and fishes. Determination of Hg concentration refers to the Indonesian National Standard (SNI) 01-2896-1992 and Guidance of Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado. The results showed that the range of Hg concentrations in fish varied by species; in the northern part of the bay: Holocentridae (0.1144-0.1151 ppm), Siganidae (0.0020-0.0034 ppm), Apogonidae (0.0461-0.050 ppm), and Nemipterus (0.0142-0.0144 ppm ). While in the southern part of the bay: Holocentridae (0.1090-0.1104 ppm), Siganidae (0.160-0.164 ppm), Apogonidae (0.1280-0.1291 ppm), Nemipterus (0.0522-0.0530 ppm) , and Priacanthus sp. (0.0194-0.0210 ppm). The average concentration of Hg in sediments of the bay around river mouths varied based on location, i.e. Bailang River was 0.0502 ppm, Sario River was 0.0270 ppm, Bahu River was 0.0615 ppm, and Malalayang River was 0.0143 ppm.Pertambangan emas rakyat menggunakan merkuri (Hg), yang berada di daerah dataran tinggi bagian Utara Pulau Sulawesi, membuang limbah tailing ke sungai menuju ke laut; satu dari sungai tersebut (Sungai Bailang) bermuara ke Teluk Manado. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi Hg ke lingkungan perairan teluk. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kontaminasi Hg di ekosistem perairan teluk tersebut. Untuk penilaian, perairan teluk dibagi 2 bagian, yaitu bagian Utara dan Selatan, dan kontaminasi dinilai dengan cara mengukur konsentrasi Hg total pada sedimen dan ikan. Penentuan konsentrasi Hg mengacu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2896-1992 dan Panduan Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kisaran konsentrasi Hg dalam ikan bervariasi berdasarkan jenis; dibagian Utara teluk: Holocentridae(0,1144-0,1151 ppm), Siganidae (0,0020-0,0034 ppm), Apogonidae (0,0461-0,050 ppm), dan Nemipterus (0,0142-0,0144 ppm).Sedangkandi perairan bagian Selatan teluk: Holocentridae (0,1090-0,1104 ppm), Siganidae (0,160-0,164 ppm), Apogonidae (0,1280-0,1291 ppm), Nemipterus (0,0522-0,0530 ppm),dan Priacanthus sp.(0,0194-0,0210 ppm). Konsentrasi rata-rata Hg di sedimen perairan teluk sekitar muara Sungai Bailang sebesar 0,0502 ppm, muara Sungai Sario sebesar 0,0270 ppm, muara Sungai Bahu sebesar 0,0615 ppm, dan muara Sungai Malalayang sebesar 0,0143 ppm.
The effectiveness of Bunaken National Park management Manumpil, Abraham W; Mandagi, Stephanus V; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 5, No 1 (2017): APRIL
Publisher : AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.5.1.2017.24214

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Efektivitas Pengelolaan Taman Nasional Bunaken The important values of Bunaken National Park were gathered through interviews with80 respondents in order to obtain local people’s opinion of the marine park. Results showed that the most important value was coral reefs,holding 68.75% of the respondents’ opinion. Moreover, they put the environmental characteristics, such as fish, biodiversity, and mangrove, as major values of Bunaken National Park. Many respondents mentioned the economic values in relation with tourism business. As many as 11.25% of the respondents claimed that the presence of management and its programs was main value of the marine park. The respondents’ opinion  concerning the threat on the major values of Bunaken National Parkfound that nearly all respondents mentioned several deleterious behaviors that could directly demolish natural environmental values, such as fish blasting, fish poisoning, pollution and illegal mangrove cutting.  Illegal entry of the zonation and excessive exploitation from commercial fishing operations or fish netting, and low awareness  were also found. In addition, 8.75% of the respondents claimed that economic or poverty issues were major threats on Bunaken National Parkvalues, and 5% thought that government policy was the serious threat.This study revealed that Bunaken National Park has been effectively managed. It is indicated by a good patrol system and better social economic condition of the communities living inside the park.Hasil penelitian menunjukkantentang pandangan masyarakat lokal terhadap nilai-nilai penting Taman Nasional Bunaken, yang dilakukan melalui wawancara terhadap 80 responden untuk mendapatkan daftar apa saja yang menurut mereka nilai-nilai paling penting dari Taman Nasional Bunaken. Nilai terpenting menurut responden adalah terumbu karang (68,75%). Selanjutnya, responden menempatkan karakteristik lingkungan, seperti ikan, keragaman biologis, dan mangrove, merupakan nilai utama dari Taman Nasional Bunaken. Banyak responden juga menyebutkan nilai-nilai ekonomis yang dihubungkan dengan bisnis pariwisata. Sebanyak 11.25% responden berkomentar, bahwa adanya pengelolaan dan program-programnya merupakan nilai-nilai utama dari Taman Nasional Bunaken. Hasil wawancara tentang pandangan responden mengenai ancaman-ancaman terhadap nilai-nilai utama Taman Nasional Bunaken menunjukkan, bahwa hampir semua responden menyebutkan beberapa tingkah laku yang merusak yang secara langsung menghancurkan nilai-nilai lingkungan alami, misalnya bom ikan, racun ikan, polusi, dan penebangan mangrove secara ilegal. Pelanggaran zonasi dan eksploitasi berlebihan melalui operasi-operasi komersil atau penangkapan ikan dengan jaring, kurangnya kesadaran juga disebutkan. Sebanyak 8.75% responden mengatakan, bahwa isu ekonomi atau kemiskinan merupakan ancaman utama terhadap nilai-nilai Taman Nasional Bunaken; dan 5% responden yang mengatakan, bahwa kebijakan pemerintah merupakan ancaman serius. Penelitian ini mendapati, bahwa Taman Nasional Bunaken telah dikelola secara efektif. Hal ini diindikasikan dengan adanya suatu sistem patroli yang berjalan dengan baik dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan Taman Nasional Bunaken.
Public perception on the application of eco-fishing port in Ocean Fishing Port of Bitung, North Sulawesi Zebblon, Passion Ch.; Undap, Suzanne L.; Lasut, Markus T.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 4, No 1 (2016): April
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.4.1.2016.14406

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Persepsi masyarakat terhadap penerapan eco-fishing port di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Sulawesi Utara. This study was aimed to analyze public perception on the Eco Fishing Port, in Ocean Fishing Port of Bitung, North Sulawesi. It used interviews and questionnaires to all  stakeholders of the fisheries port. The analysis employed SWOT to study internal and external factors affecting the Eco Fishing Port management. Based on the SWOT analysis, the policy strategy of the Eco Fishing Port implementation in Bitung should apply many priority action plans, such as program continuity through government and private budget collaboration, possible extension of fisheries port area, appointment of professional manager of fish landing center, product diversification, waste utilization, environmentally friendly and renewable energy utilization, and blue economic concept-based stakeholder development approach. An integrated waste water treatment installation and reporting development of environmental management plan should also be done through implementation of ISO=14.001 management and certification  In addition, increased attention needs to focus on social and economic development, periodic environmental impact analysis, environmental hygiene, port facility restructure, better management of fish landing center space, and port ecology. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap eco-fishing port (EFP) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Metode penelitian menggunakan wawancara mendalam dan kuisioner kepada seluruh stakeholder pelabuhan perikanan ini. Analisis SWOT juga digunakan untuk mengawali kajian internal dan eksternal faktor yang mempengaruhi pengelolaan EFP. Hasil analisis menunjukkan, strategi kebijakan penerapan EFP di Kota Bitung, perlu disusun rencana tindak prioritas terkait dengan keberlanjutan program melalui kolaborasi pendanaan antara pemerintah dan konsorsium (swasta nasional/internasional), perluasan daerah PPS Bitung sesuai ketersedian lahan yang memungkinkan, penunjukan pengelola tempat pendaratan ikan (TPI) yang professional, diversifikasi produk, pemanfaatan limbah, pemanfaatan energi ramah lingkungan dan terbarukan, dan pendekatan pembinaan stakeholder dengan konsep blue economy. Pengembangan instalasi pengelolaan air limbah terpadu dan peningkatan pelaporan Rencana Kelola Lingkungan (RPL) juga perlu dilakukan melalui pelaksanaan manajemen dan sertifikasi ISO 14.001. Di samping itu, peningkatan perhatian perlu juga difokuskan pada pengembangan aspek sosial dan ekonomi, dampak lingkungan sesuai kondisi terkini, manajemen sanitasi lingkungan, restrukturisasi fasilitas pelabuhan perikanan, kualitas konstruksi dan tataruang tempat pendaratan ikan (TPI), dan ekologi pelabuhan.
Study on ecotourism development in Olele Coastal Area, Bone Bolango Regency, Gorontalo Province Mahale, Moch Machtino A; Mandagi, Stephanus V; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 6, No 2 (2018): October
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.6.2.2018.24837

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Studi pengembangan ekowisata di Kawasan Pesisir Olele, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo The purpose of this research is to evaluate coral reef and reef fish condition in coastal waters of Olele village; to study the feasibility of ecotourism development in that area and to formulate ecotourism development strategy. This study reveals that theecological condition of Olele waters is good, and it was shown bythe average coral cover which ishigher than 50%. Similarly, fish species is in very high abundance, with a total of 36 species and a total number of more than 12.993 fish, wherePseudanthias tukais the highest population. In terms of ecotourism feasibility development, total of Pirkins Score were 3,2, andthis can be categorized as moderate, meaning that Olele coastal area can be developed as ecotourism area. Finally, strategies for ecotourism development of Olele coastal area are; a) using Olele coastal resources for ecotourism destiny by promoting conservation values, b) infrastructure ecotourism development needs to be improved, c) integratrated ecotourism management policies should be included in policy for development of Kabupaten (disrict) government level; d) development of ecotourism need to cooperation between district government and private sectors.Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi terumbu karang dan ikan karang yang berada di perairan pesisir Olele, mengkaji kelayakan pengembangan ekowisata di kawasan pesisir Olele dan merumuskan strategi pengembangan kawasan ekowisata. Dari hasil penelitian dan analisis data, kondisi ekologi perairan Olele berada pada kategori baik: karang pada stasiun 1 rata-rata memiliki tutupan karang hidup >50%, artinya bahwa keragaman karang tinggi. Sama halnya dengan spesies ikan, jumlah species sebanyak 36 spesies dan total jumlah individu sebanyak 12.993 dimana spesies terbanyak yaitu Pseudanthias tuka. Selanjutnya analisis kelayakan pengembangan ekowisata, total nilai scoringPirkins 3,2 atau berada pada level moderat, artinya dapat dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Untuk pengembangan ekowisata dikawasan Pesisir Olele, di rekomendasikan beberapa strategi yaitu; a) memanfaatkan sumberdaya pesisir sebagai target utama ekowisata dengan menjunjung nilai-nilai konservasi, b) infrastruktur penunjang pengembangan ekowisata perlu dibenahi, c) perlu dibuat kebijakan pengelolaan dan pengembangan ekowisata secara terpadu antar pemerintah daerah, d) adanya kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta dalam hal pengelolaan objek wisata.
Management strategies for dive sites in Bunaken Island (North Sulawesi, Indonesia), based on stakeholder’s perceptions Kamagi, Jongky W.A.; Schaduw, Joshian N.W.; Lasut, Markus T.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 4, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.4.2.2016.14449

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Strategi pengelolaan untuk daerah penyelaman berdasarkan persepsi stakeholder di Pulau Bunaken, Sulawesi Utara, Indonesia Bunaken Island is one of the island located in the Bunaken National Park, North Sulawesi, Indonesia. Most of the diving activities are in the waters of Bunaken Island, in which the management involves stakeholders (public, tourists, policy makers, NGOs, and academia). This study used questionnaires as a research instrument to obtain primary data, while secondary data were used as a complement to formulate an alternative strategy, using SWOT analysis. Based on the stakeholders’ perception, dive site management strategies covered research development on environmental issues, regulation availability, carrying capacity and information, community empowerment in addressing environmental problems, coordination among stakeholders for institutional issues and the environment, and improvement of service managing institutions in terms of organizational management and risk management. The study recommended the need for a clear management strategy, the necessity of doing research for regional development strategies/ locations for both diving and other potentials, the need of good marketing strategy, and the need for tourism activities diversification. Pulau bunaken merupakan salah satu pulau yang berada di dalam Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, Indonesia. Sebagian besar aktivitas penyelaman berada di Pulau Bunaken di mana dalam pengelolaannya melibatkan stakeholder (masyarakat, wisatawan, pengambil kebijakan, LSM, dan akademisi). Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat pengumpul data primer; data sekunder dikumpulkan sebagai pelengkap untuk merumuskan alternatif strategi, menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan, secara umum, bahwa strategi pengelolaan daerah penyelaman, berdasarkan persepsi stakeholder, meliputi: pengembangan penelitian untuk isu-isu lingkungan; ketersediaan regulasi, pengelolaan pengunjung (daya dukung) dan informasi; pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah lingkungan; koordinasi antar stakeholder untuk isu-isu kelembagaan dan lingkungan; dan peningkatan pelayanan lembaga pengelola dalam hal manajemen organisasi maupun manajemen resiko. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya strategi pengelolaan yang jelas, perlu dilakukan penelitian untuk strategi pengembangan daerah/lokasi untuk objek wisata baik wisata selam maupun wisata lainnya, perlu strategi pemasaran yang baik, dan perlu diversifikasi aktivitas kegiatan pariwisata.
Community structure of mangrove at Marine Tourism Park of Kupang Bay, East Nusa Tenggara Bessie, Donny M; Schaduw, Joshian N; Reppie, Emil; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2270

Abstract

Mangrove gives major contributions to fishery production; however, due to an increasing demand of space for human activities, mangrove area is changed to many forms, such as settlement, industry, and recreation; beside lack of data and information available (biophysics, socio-economic, and culture). These may cause economical and ecological conflicts. This condition is currently happened in Marine Tourism Park of Kupang Bay (MTPKB). Accordingly, this study aims to analyze community structure of mangrove at MTPKB using survey method to observe mangrove vegetation and exploitation impact by community. In this study, 16 species of 9 families were found with categorized density from “rare” (20 individual/hectare) to “dense” (5.450 individual/hectare). The ecosystem was found has low diversity; it was due to high dominant index. Rhyzophora apiculata and Sonneratia alba were found two species which have big role in the marine park© Mangrove memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi perikanan; namun, oleh karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat, daerah mangrove dirubah menjadi daerah pemukiman, industri, dan rekreasi; di samping kurangnya data dan informasi yang tersedia. Hal ini dapat menimbulkan konflik secara ekonomi dan ekologi. Kondisi ini sedang terjadi di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang (TWALTK). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di mana bertujuan menganalisis struktur komunitas mangrove di TWALTK dengan menggunakan metode survei untuk melakukan pengamatan terhadap vegetasi mangrove dan aktifitas masyarakat dalam memanfaatkannya. Dalam penelitian ini ditemukan 16 jenis mangrove dari 9 famili dengan kerapatan terkategori dari ‘jarang’ (20 pohon/hektar) hingga ‘padat’ (5.450 pohon/hektar). Keanekaragaman ekosistem tersebut rendah karena tingginya nilai dominasi. Jenis Rhyzophora apiculata dan Sonneratia alba merupakan jenis yang memberikan pengaruh besar terhadap komunitas mangrove di taman wisata alam laut tersebut©
Co-Authors Adianse Tarigan Adnan S. Wantasen Adnan Wantasen Alen N. Narasiang Alfret Luasunaung Angkouw, Esther D. Angkouw, Esther Dellayani Bara, Robert. A. Bessie, Donny Mercys Boneka, Farnis B. Boneka Darmono, Oktaviano P. Deiske A. Sumila Deiske Adeliene Sumilat, Deiske Adeliene Deysi Tampongangoy Deysy M. Puansalaing Eddy Mantjoro Edwin D Ngangi Edwin L. A. Ngangi Edwin L.A. Ngangi Emil Reppie Erly Y. Kaligis, Erly Y. Farnis B. Boneka Feni S. Mnsen, Feni S. Fitje Losung Grevo S. Gerung Gustaf Mamangkey Henneke Pangkey Henneke Pangkey Henry E. Lasut, Henry E. Indri Manembu Inneke F. M Rumengan J. Ch. Kumaat Janny D. Kusen Johnny Budiman Joshian N.W. Schaduw Kalalembang, Delarosa Kalebos, Roosa C. Kamagi, Jongky W.A. Karwur, Denny B.A Kawung, Nikita Kumampung, Deislie R. H. Lano, Inayati H.G.M Lawrence J. L. Lumingas Lawrence J.L Lumingas Lawrence J.L. Lumingas Lindon R Pane Lintang, Rosita A.J Lintang, Rosita A.J. Lintang, Rosita AJ Mahale, Moch Machtino A Maitindom, Frits A Makapedua, Daisy M. Malinggas, Christin R.M Mamonto, Rofenly Mamuaja, Jane M. Mandagi, Stephanus V. Mantiri, Desy M. H Manumpil, Abraham W Manumpil, Silvana Maramis, Regina U. Maramis, Regina Urai Mega D. Dalero Mengko, Christian Najib Hi Talib Natalie D Rumampuk Natalie Rumampuk, Natalie Nego E. Bataragoa Nickson J. Kawung, Nickson J. Nikson J. Kawung Pane, Lindon R. Paulus, James Rama Presley Kambey Ramli A. Ismail, Ramli A. Reiny A. Tumbol Roike Iwan Montolalu Rompas, Margresye D. Rompas, Rizald Rondonuwu, Synthia I Ronoko, Stephen R Rose O. S. E. Mantiri, Rose O. S. E. Rose O.S.E. Mantiri Rumampuk, Natalie D.C S. Berhimpon Sadue, Andrew M. Sandra Tilaar Sarif Hidayat, Sarif Sebastian C. A. Ferse Siegfried Berhimpon Sri Yuningsih Noor Stephanus V Mandagi Stephanus V. Mandagi Suawa, Youdy R Sulthana Samad Suria Darwisito, Suria Suzanne L Undap Tabita S.H. Suyoto Trine Sumampouw Undap, Suzanne J Veibe Warouw Vonne Lumenta Wilmy E Pelle Yundari, Yundari Zebblon, Passion Ch.