Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Identifikasi Korban Bencana Massal: Praktik DVI Antara Teori dan Kenyataan Henky -; Oktavinda Safitry
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences (IJLFS) Vol 2 (2012): Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences
Publisher : Penerbit, sejak 2012 : Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia dan UPT Lab. Forensik Sain dan Kriminilogi - Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The role of forensic pathologist in mass disaster is to identify the dead victims. Identification procedure refers tothe DVI (Disaster Victim Identification) Interpol guideline. DVI process consists of 5 phases, The Scene, PostMortem Examination, Ante Mortem Information Retrieval, Reconciliation and Debriefing. Post Mortem (PM)and Ante Mortem (AM) data that are collected include finger prints, dental records and DNA as PrimaryIdentifiers and also medical records and property as a Secondary Identifiers. AM data populated into the yellowform and PM data into a pink form. In the reconciliation phase, someone stated identified, by comparing theAM and PM data. At least there is a match between one Primary Identifiers or two Secondary Identifiers.Theoretically, the five phase of DVI should be done according to DVI standard in every case ofdisaster. In fact, many obstacles and constraints are met in the field to implement the DVI guidelines. A lot ofcorpses, limited number of storages, pathologist and time, family authority, as well as lack of coordination, risemany problems in implementing DVI procedures consistently. This article will discuss the various constraintsand problems that encounters when carrying out DVI guidelines in the case of RIMBA III ship sinking, Herculesplane crash at Magetan and Earthquakes at Padang.
Meluruskan Kesalahpahaman Matematika pada Rasio Casper’s Dictum Afid Brilliana Putra; Ihya Fakhrurizal Amin; Muhammad Fauzan; Oktavinda Safitry
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences (IJLFS) Vol 12 No 1 (2022): Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences
Publisher : Penerbit, sejak 2012 : Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia dan UPT Lab. Forensik Sain dan Kriminilogi - Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/IJLFS.2022.v12.i01.p01

Abstract

Berdasarkan tanatologi, tubuh yang telah mati akan mengalami perubahan. Salah satunya adalah melalui proses penguraian (decomposition). Proses dekomposisi dapat bervariasi antar individu dan antar lingkungan. Terdapat old rule-of-thumb yang menyebutkan pembusukan di udara dua kali lebih cepat daripada di air, dan delapan kali lebih cepat daripada di tanah. Beberapa referensi mencoba menuliskan prinsip tersebut dalam rasio kecepatan pembusukan di tanah:air:udara adalah 1:2:8. Meskipun sama-sama disandarkan pada bunyi Casper’s dictum, terdapat perbedaan perbandingan rasio antara “durasi pembusukan” dan “laju pembusukan”. Oleh karena itu, tinjauan ini dibuat untuk menemukan pernyataan asli dari Casper’s dictum sebagai sumber rujukan rasio dan menjelaskan letak kesalahpahaman rasio perhitungan matematika berdasarkan pernyataan asli tersebut. Dari hasil penelusuran dan analisis didapatkan “durasi pembusukan” memiliki rasio 1:2:8 (udara:air:tanah). Sementara itu, “laju pembusukan” ternyata memiliki rasio yang belum pernah disebutkan dalam berbagai buku teks, yaitu 1:4:8 (tanah:air:udara).