This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Fransiska Indria Widiasari
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian Individu dalam Komunikasi Antarbudaya (Kasus Pelajar SMA Papua di Semarang) Fransiska Indria Widiasari; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 6, No 2: April 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.395 KB)

Abstract

Interaksi antara pendatang dengan host culture sering memunculkan kecemasan dan ketidakpastian. Kecemasan dan ketidakpastian komunikasi antarbudaya akan muncul ketika kedua pihak menyadari adanya perbedaan pada budaya masing-masing. Strategi pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian komunikasi antarbudaya antara pelajar Papua dengan host culture merupakan tujuan penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data diperoleh . melalui wawancara mendalam dengan lima orang pelajar Papua dan tiga orang hostculture. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Pengurangan Kecemasan dan Ketidakpastian dan Teori Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian Komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya kecemasan dan ketidakpastian komunikasi antarbudaya sekaligus mengetahui strategi pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian komunikasi yang muncul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan dan ketidakpastian komunikasi antarbudaya terjadi ketika pertama kali berinteraksi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor perbedaan bahasa, rasa minder dari pelajar Papua dan kurangnya informasi terkait dengan lingkungan baru yang menjadi tempat menetap juga menjadi penyebab munculnya kecemasan dan ketidakpastian ketika berinteraksi dengan hostculture. Interaksi yang terjalin pertama kali lebih sering dimulai oleh hostculture. Komunikasi yang terjalin diantara pelajar Papua dengan hostculture cukup baik namun pelajar Papua masih belum dapat membaur dengan lingkungan yang baru. Pelajar Papua dan hostculture menunjukkan bahwa ketika berkomunikasi antarbudaya harus mampu membuka diri untuk dapat menerima informasi baru dan memiliki kesadaran dalam komunikasi antarbudaya sehingga rasa cemas dan tidak pasti yang muncul ketika berinteraksi mampu dikelola dengan baik dan terjalin komunikasi yang efektif antara kedua budaya tersebut dan dapat meminimalisir konflik yang akan terjadi. Pengalaman dalam mengelola kecemasan dan ketidakpastian komunikasi antarbudaya dapat membantu masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan budaya baru.