Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMENUHAN KEBUTUHAN LAPANGAN OLAHRAGA DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KOTA SLAWI KABUPATEN TEGAL Lutfiyatul Wahdah; Diah Intan Kusumo Dewi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1308.811 KB)

Abstract

Keberadaan lapangan olahraga di lingkungan permukiman kota Slawi pada saat ini mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan adanya alih fungsi lahan seperti yang terjadi di Kelurahan Pakembaran yang sebelumnya lapangan olahraga berubah fungsi menjadi rumah tinggal. Sedangkan alih fungsi lahan pada lapangan olahraga di Desa Kalisapu berubah fungsi menjadi Taman Kanak-Kanak (TK). Alih fungsi lahan ini dikarenakan lahan yang dijadikan lapangan olahraga tersebut merupakan lahan pribadi milik salah satu warga, sehingga dapat berubah fungsi sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Untuk itu agar kebutuhan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi dapat terpenuhi, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya keterkaitan dalam persepsi masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis karakteristik sosial ekonomi masyarakat, analisis pemenuhan kebutuhan lapangan olahraga, dan analisis keterkaitan dalam persepsi masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi. Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara terstruktur, penyebaran kuisioner, dan telaah dokumen. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah penyediaan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi tidah hanya dilihat dari peraturan normatif maupun jumlah penduduk yang terlayani, namun dilihat juga dari persepsi masyarakat sehingga dalam penyediaannya tersebut dapat disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat.
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN SEPEDA DI KELURAHAN MEDONO KECAMATAN PEKALONGAN BARAT Ruruh Tri Ardanariswari Putri; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 2, No 3 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.686 KB)

Abstract

Abstrak: Tingginya pesepeda di Kelurahan Medono tidak didukung dengan adanya faslitas khusus untuk pesepeda. Hal ini menyebabkan adanya ketidaknyamanan dan rentannya keamanan bagi pengguna sepeda yang ada. Menghadapi hal tersebut, pemerintah diharapkan lebih bisa memperhatikan kebutuhan pesepeda tersebut. Dengan demikian, keamanan dan kenyamanan pesepeda akan meningkat. Sehingga jumlah penggunaan sepeda juga akan meningkat jumlahnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji karakteristik penggunaan sepeda di Kelurahan Medono. Pada Penelitian ini digunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis dilakukan terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Pemilihan sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling. Sedangkan penentuan ukuran sampel menggunakan pengukuran dengan rumus Taro Yamane atau Slovin. Hasil dari penelitian ini yaitu teridentifikasinya karakteristik penggunaan sepeda di Kelurahan Medono. Sehingga hipotesis yang didapatkan adalah bahwa karakteristik penggunaan sepeda di Kelurahan Medono adalah mayoritas dilakukan oleh penduduk laki-laki usia produktif antara 19-27 tahun yang kebanyakan bekerja sebagai buruh, maksud/tujuan perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan sepeda adalah untuk maksud/tujuan perjalanan bekerja, Kecepatan rata-rata bersepeda di kelurahan ini yaitu sekitar 15 km/jam untuk menempuh jarak pendek (≤2,5 km) dengan waktu tempuh <10 menit. Kemudian, setelah mengetahui hasil dan gambaran keseluruhan dari penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk kebijakan transportasi yang mengarah kepada perwujudan transportasi yang berkelanjutan terkait penggunaan sepeda sebagai transportasi yang ramah lingkungan.Kata kunci: karakteristik penggunaan sepeda, sustainable transportation Abstract: The Height of bikers are not supported by supporting bicycle facilities. This matter causes the bikers to be uncomfortable and unsafe. To face the condition, the local government of Pekalongan regency should give more attention to the bikers’ need. Thus, the bikers’ comfort and safety can increase, so the quantity of the bikers will increase as well. This study aims to analyze bicycle using characteristics in Medono village. The writer of this study uses descriptive qualitative research method. The writer analyzes the primary data and the secondary data by making frequency distribution table. Besides that, those all data are collected by conducting an observation and by distributing questionnaires to some samples. The samples are the local residents of Medono village who use bicycle as their main daily transportation. Meanwhile, the samples are taken by using Simple Random Sampling Technique. In addition, the writer uses Taro Yamane (Slovin) to determine the sample measure. The result of this study shows that there are bicycle using characteristics in Medono village that are identified by the writer. The identified hypothesis shows that the characteristics of bicycle using in Medono village are: 1) the majority of the bikers are 19-27 years - old - male residents who work as laborers; 2) the majority of the bikers’ trip destination is working trip; 3) the bikers’ speed is around 15 km/hours to take short mileage (≤2,5 km) in <10 minutes. Then, after knowing the description and the result of this study, the writer hopes that this study can become a recommendation for transportation policies that lead to sustainable transportation materialization of bicycle using as a pro-environmental transportation.Keyword: bicycle using characteristics, sustainable transportation   
KOTA SEMARANG MENUJU KOTA KREATIF Lupita Fajri Anisa; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.013 KB)

Abstract

Abstrak: Adanya peningkatan iklim kreatif memunculkan banyaknya komunitas-komunitas kreatif yang mulai menggunakan ruang-ruang di Kota Semarang untuk beraktivitas. Semakin banyaknya komunitas kreatif yang bermunculan membuat Kota Semarang memiliki peluang untuk berkembang menjadi Kota Kreatif. Menjadikan Kota Semarang sebagai Kota Kreatif tentu tidak bisa dilakukan dengan mudah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif serta alat analisis yang digunakan adalah AHP (Analitycal Hierarchi Proses) yang bertujuan untuk mengkaji peran dan pengaruh komunitas kreatif dalam  pengembangan kreativitas di Kota Semarang serta melihat peluang Kota Semarang menjadi sebuah kota yang kreatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Kota Semarang sudah  memiliki cukup modal untuk berkembang menjadi kota yang kreatif. Modal tersebut berupa komunitas-komunitas kreatif yang secara konsisten menggunakan dan memanfaatkan ruang-ruang publik di Kota Semarang. Aktivitas-aktivitas komunitas kreatif di Kota Semarang memiliki peran tersendiri didalam membantu pengembangan Kota Semarang khususnya membuka peluang untuk menjadi kota yang kreatif. Berdasarkan hal tersebutlah maka dapat dikatakan bahwa Kota Semarang memiliki peluang untuk mengembang menjadi kota yang kreatif. Meskipun demikian peluang tersebut masih tergolong kecil karena beberapa kriteria masih belum tumbuh optimal di Kota Semarang seperti pengembangan ekonomi kreatif, penyelenggaraan event-event kreatif serta dukungan pemerintah yang masih belum mencukupi sehingga diperlukan pengoptimalan untuk meningkatkan kriteria-kriteria yang belum tumbuh optimal tersebut.Kata Kunci : Kreativitas, Komunitas Kreatif, Kota Kreatif  Abstract: The increased creativity eliciting many creative communities to begin using many space in the Semarang city. The increasing number of community creative popping up, make the Semarang city has a chance to develop into the Creative City. To make the Semarang City as the Creative City will not be conducted easily. This research using a qualitative quantitative with the descriptive analysis and then using AHP ( Analitycal Hierarchi Process ) as a tool of quantitative analyse. It aimed to assessing the role and influence of creative communities in the development of creativity in the Semarang City. And also to see an opportunities of Semarang City to becoming into a Creative City. The result of this research found that the Semarang City has enough to develop into a Creative City. Semarang City has assets to be a Creative City. That is creative communities who always consistently using many public space in Semarang City. Creative communities ' s activities in the Semarang City having its own role in assisting development of the Semarang CIty especially to open up the opportunity to become a Creative City. Based on those so it can be said that the Semarang City  has a chance to inflate become a Creative City. However, those odds are still relatively small, because some of the criteria are still not growing optimal in Semarang City such as a creative economic development, organizing creative events and Government support. They are still not sufficient so it is necessary to improve the optimization criteria are yet to grow optimally.Keywords : Creativity, Creative Communities, Creative City
KAJIAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN DAN INDUSTRI BATIK DI DESA TRUSMI KULON, PLERED, KABUPATEN CIREBON Irnie Dwiyanti; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.679 KB)

Abstract

Abstrak: Aktivitas perdagangan dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya terutama dari segi guna lahan. Desa Trusmi Kulon merupakan desa wisata batik,  yang mempunyai jumlah showroom dari 45 showroom. Aktivitas tersebut membawa pengaruh terhadap guna lahan di Desa Trusmi Kulon. Desa Trusmi Kulon menjadi desa wisata batik yang kurang teratur dan kepadatan lingkungan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi bangunan dan arus lalu lintas yang cukup padat yang berakibat sirkulasi yang kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan guna lahan terkait perdagangan dan industri batik di Desa Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan korelasi untuk melihat hubungan antar dua variabel. Hasil penelitian yang di temukan adalah ada hubungan keeratan antara variabel penambahan tenaga kerja dengan penambahan luas lahan terbangun dengan nilai rs mendekati 1 (korelasi sempurna) yakni 0,930. Dibuktikan dengan hasil kuesioner penambahan luas lahan terbangun memiliki presentase 71%  atau luas lahan terbangun bertambah 1421 m2. Perluasan bangunan sebesar 74% atau mengalami perluasan bangunan 1055m2 dan bangunan baru sebesar 26% atau 366m2. Pada variabel penambahan tenaga kerja dengan perubahan fungsi penggunaan lahan tidak memiliki hubungan yang erat dengan nilai rs menjauhi 1 (korelasi tidak sempurna) yakni -0,414. Perubahan fungsi penggunaan lahan terjadi sebesar 61% atau 55 bangunan. Perubahan fungsi penggunaan lahan mayoritas terjadi pada permukiman/tempat tinggal menjadi permukiman/tempat tinggal dan showroom batik sebesar 60% atau 35 bangunan, sedangkan yang terkecil perubahan penggunaan lahan dari sawah/tanah kosong menjadi showroom batik sebesar 2% atau 1 bangunan.  Kata Kunci : Penambahan Luas Lahan Terbangun, Perubahan Fungsi Penggunaan Lahan, Perdagangan dan Industri Batik Abstract: Trading activities may give effect to the surrounding environment, especially in terms of land use. Trusmi Kulon village is a tourist village of batik, which has a number of showroom of 45 showroom. The activity had an impact on land use in the Village Trusmi Kulon. Trusmi Kulon village into a tourist village batik less regular and high density environments. It can be seen from the condition of the building and the traffic flow is pretty solid which resulted in poor circulation. This study aims to assess the development of trade and related land use in the batik industry Trusmi Kulon village, Plered, Cirebon regency. The method used is quantitative methods with techniques of quantitative descriptive analysis and correlation to examine the relationship between two variables. The results found that there was a closeness of relationship between variables with the addition of additional employment land awakened by rs value close to 1 (perfect correlation), which is 0.930. Evidenced by the results of the questionnaire have awakened the addition of land area 71% or the percentage of land area 1421 m2 woke increases. Expansion of the building by 74% or undergoing expansion and building of new 1055m2 building by 26% or 366m2. On the addition of variable labor with land use change function does not have a close relationship with the value of rs away from 1 (perfect correlation) which is -0.414. Function of land use change occurs at 61% or 55 buildings. Function of land use change occurs in the majority of settlement / residence to settlement / habitation and batik showroom at 60% or 35 buildings, while the smallest changes in land use of paddy / vacant land into batik showroom at 2% or 1 building. Keywords : Development of the Land Use, Land Addition Built, Land Use Change Function
KARAKTERISTIK SANIMAS DI KAMPUNG BUSTAMAN KOTA SEMARANG R Clarrino Adesetya Jaya; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.388 KB)

Abstract

Abstrak: Pada awal pengembangan program Sanimas di Kota Semarang (tahun 2005), pembangunan dilaksanakan di wilayah permukiman Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah dengan aplikasi (konstruksi) berupa MCK Plus yang pada awal pembangunannya di proyeksikan untuk melayani sekitar 124 KK. Kemudian pada tahun 2006-2008, pembangunan Sanimas terdapat di daerah Kecamatan Semarang Utara yaitu Kampung Plombokan (tahun 2006), Kelurahan Bandarharjo RW 03 (tahun 2007), dan Kebonharjo (tahun 2008). Seiring dengan berjalannya program Sanimas yang terdapat di Kota Semarang, hanya Sanimas yang terdapat di Kampung Bustaman yang terbilang berhasil dalam pelaksanaannya. Keberhasilan ini tampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kualitas  lingkungan di sekitar lokasi pengembangan program dan tentunya tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika Sanimas Kampung Bustaman yang lebih dikenal dengan MCK Plus Pangrukti Luhur telah memperoleh beberapa penghargaan terkait dengan keberhasilan atas program tersebut. Selain itu, MCK Plus Pangrukti luhur juga merupakan salah satu percontohan/pilot project di Indonesia yang berhasil mengembangkan sanitasi berbasis masyarakat dan mampu menjadi contoh sadar lingkungan terhadap masyarakat lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apakah karakteristik Sanimas di Kampung Bustaman Kota Semarang sehingga dapat menjadikan suatu bahan pertimbangan dalam pengembangan Sanimas pada wilayah perkotaan lainnya. Hasil analisis diatas maka dapat di ketahui bahwa karakteristik permukiman dengan 1) kerapatan bangunan dan kepadatan hunian yang sangat tinggi di wilayah permukiman Kampung Bustaman dimana berdampak pada 2) tiadanya jaringan air bersih serta fasilitas sanitasi pada bangunan hunian masyarakat. Selain itu, dengan 3) tingkat perekonomian yang sangat rendah mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak dapat mengembangkan fungsi bangunan huniannya. Kata Kunci : Sanimas, Permukiman, Wilayah Perkotaan Abstract: At the beginning of program development communal sanitation in Semarang City (2005), implemented in the construction of residential areas Kampung Bustaman (RT 04-05 RW 03), Purwodinatan Village, Central District of Semarang with applications (construction) in the form of MCK Plus is in early development is projected to serve about 124 households. Then in 2006-2008, the development of the region Sanimas District of North Semarang namely Kampung Plombokan RT 03 RW 04-05 (2006), Bandarharjo Village RW 03 (2007), and Kebonharjo RT 02 RW 02 (in 2008). Over communal sanitation programs contained in the city, only communal sanitation contained in Kampung Bustaman fairly successful in its implementation. The success is evident in the increasing level of public health, increasing the quality of the environment in the vicinity of the development program and of course the welfare of society. So it is not surprising that communal sanitation  Kampung Bustaman better known as MCK Plus Pangrukti Noble has gained several awards related to the success of the program. In addition, MCK Plus Pangrukti sublime is also one pilot project in Indonesia to develop community-based sanitation and capable of being environmentally conscious example to other communities. This study aimed to determine characteristics such as whether communal sanitation in Kampung Bustaman, Semarang so it can make a material consideration in the development communal sanitation programs in other urban areas. The results of the above analysis it can be seen that the characteristics of settlements with 1) the density residential buildings and a very high density in residential areas where the impact on the village Bustaman 2) the lack of clean water and sanitation facilities in the residential building community . In addition, the 3) very low levels of the economy resulted in the majority of people can ‘t develop the function of building occupancy. Keywords : Sanimas, Settlement, Urban Areas
AKTIVITAS PENGGUNA PADA RUANG PUBLIK KOTA LAMA SEMARANG DILIHAT DARI KARAKTERISTIK DAN HUBUNGAN SOSIAL Rosalinda Permata Sari; Diah Intan Kusumo Dewi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 5, No 1 (2022): Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2022
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v5i1.37381

Abstract

Kota Lama Semarang merupakan salah satu ruang terbuka publik yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata di Kota Semarang. Kota Lama Semarang banyak dikunjungi oleh pengguna dari gender dan umur yang beragam. Namun, adanya pandemi Covid-19 menyebabkan Kota Lama Semarang sebagai ruang publik yang dihindari oleh masyarakat untuk menghindari adanya penyebaran virus. Kejadian ini tentunya berhubungan dengan perilaku pengguna berdasarkan aktivitas yang terjadi di Kota Lama Semarang pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui observasi langsung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ruang publik Kota Lama Semarang ditemukan bahwa pada setiap koridor dan nodes yang ada memiliki aktivitas dengan karakteristik dan hubungan sosial yang berbeda-beda. Hasil pengamatan didapatkan bahwa jumlah pengguna antara pria dan wanita hampir seimbang. Namun, pengguna dengan kelompok umur terlihat perbedaannya. Hal ini terlihat pada beberapa koridor dan nodes di lokasi penelitian.
Wisata Pendidikan Agro Terintegrasi: Penyusunan Rencana Induk Desa Dawung, Karanganyar melalui Pendekatan Partisipatif Dewi, Santy Paulla; Diah Intan Kusumo Dewi; Retno Widjajanti; Titik Ekowati; Muhammad Ghozi Al Ghifari
Warta LPM WARTA LPM, Vol. 27, No. 1, Maret 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v27i1.2673

Abstract

Based on the Spatial Plan of Karanganyar Regency, Dawung Village is mandated as an agropolitan strategic area for food security or wet agriculture. Besides, it is also a center for processing agricultural food crops and local trade. In contrast, the number of farmers decreases (0.8% per year), increasing the risk in the agricultural sector. On the other hand, this village has tourism potential, Kembang Desa, which is appointed as the leading tourist attraction. Kembang Desa was developed in 2020, and after it officially opened, it was attractive, as can be seen from the visitors number that reached 200 to 500 at the weekend. However, the COVID-19 pandemic has significantly affected the number of visitors, and the village government is facing the operational budget. This situation continues because of many new tourist attractions competitors opened. Hence, economic development and village potential require a reference as a basis for the village government in determining future policies. This community service activity aims to compile a master plan for tourism and economic development in Dawung Village through Integrated Agro Edu Tourism, which focuses on developing agro-tourism integrated with the agricultural system with an tourism education approach. The method used to compile the master plan consists of three stages: socialization to the Village government about the initial design concept. The second stage is Focus Group Discussion (FGD) activities to obtain input regarding potentials, problems, design concepts, and specific needs from partners; the third stage is master plan design finalization. The community service results in a master plan of a Dawung Village hotspot as the guidance for developing local potential so that Dawung Village can be more advanced and competitive.