Bambang Riyanto
Departemen Teknik Sipil Jl.Prof.Ir. Soedarto, Tembalang Semarang. 50275

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL OPERASIONAL PARKIR METER DI KOTA SEMARANG Bimo Fajar Muhammad; Robertus Widhi Septiawan; Bambang Riyanto; Kami Hari Basuki
Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya kebutuhan parkir di daerah perkotaan akan meningkatkan jumlah titik parkir untuk memenuhinya. Semakin banyaknya titik parkir tidak berbanding lurus dengan jumlah titik parkir yang teridentifikasi, maka dibutuhkan Parkir Meter agar titik-titik parkir dapat dikontrol yang nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah dari retribusi parkir. Oleh Karena itu perlu adanya analisis untuk mengetahui kelayakan operasional Parkir Meter khususnya di Kota Semarang. Penentuan lokasi didasarkan pada tipe jaringan jalan, seperti di Jalan Agus Salim yang mewakili jalan kolektor dan Jalan Pekodjan yang mewakili jalan lokal, Dua ruas jalan tersebut yang digunakan sebagai acuan dalam analisis kelayakan finansial operasional pakir meter. Survei lapangan dilakukan untuk inventarisasi kebutuhan parkir. Analisis dilakukan dalam empat skenario yang memiliki indikator berbeda-beda seperti lamanya investasi dan tarif parkir, dengan membandingkan retribusi parkir yang diterima pemerintah terhadap pendapatan parkir (existing), diolah menggunakan NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan rencana untuk suatu investasi Parkir Meter yang layak atau tidak menggunakan IRR (Internal Rate of Return). Nilai turn over pada tiap jalan yaitu pada Jalan Agus Salim sebesar 1,266 Kendaraan/SRP/Jam dan untuk Jalan Pekodjan sebesar 1,047 Kendaraan/SRP/Jam. Skenario IV menunjukkan kelayakan yang paling baik dibandingkan dengan skenario yang lain meskipun dengan catatan adanya tarif parkir yang baru, karena dengan skenario IV paling cepat mendapatkan modal kembali. Lebih baik lagi apabila ada penelitian atau kajian lanjutan untuk mendetailkan kedalaman teknis serta perijinan dan manajemen pengolahannya yang terintegrasi dengan beberapa aktivitas penggunaan lahan disekitar lokasi.
ANALISIS KINERJA RUAS JALAN PADA JALAN M.H. THAMRIN (BUNDARAN HI - SIMPANG SARINAH) AKIBAT PROYEK PEMBANGUNAN MRT JAKARTA UNDERGROUND SECTION CP 106 Muhammad Auliya Rahman; Muhammad Hafidz Hasan; Y.I. Wicaksono Y.I. Wicaksono; Bambang Riyanto
Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.224 KB)

Abstract

Kota Jakarta merupakan Ibu Kota Indonesia yang memiliki perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat diberbagai bidang sektor. Kondisi seperti ini menyebabkan tingkat populasi yang tinggi, sehingga setiap tahunnya kendaraan yang melintasi kota Jakarta mengalami peningkatan. Maka dari itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun prasarana transportasi umum baru yaitu Mass Rapid Transit (MRT). Hal ini menjadi pemicu utama kemacetan lalu lintas, salah satunya adalah di jalan M.H. Thamrin. Sehingga akan menyebabkan kinerja ruas jalan (derajat kejenuhan dan kecepatan) dan biaya operasional kendaraan (BOK) meningkat. Perhitungan kinerja ruas jalan dalam penelitian ini mengacu pada PKJI’14 dan MKJI’97, sedangkan metode untuk perhitungan BOK menggunakan metode Pacific Consultant Internasional (PCI). Data primer yang diperlukan berupa data arus lalu lintas, geometrik dan data kecepatan saat konstruksi berlangsung. Sedangkan data sekunder didapat dari instansi terkait. Angka kelayakan pelayanan jalan ditunjukan dengan nilai derajat kejenuhan/degree of saturation (DS), dengan syarat DS ≤ 0,85. Hasil analisis data menunjukan kapasitas jalan M.H. Thamrin pada tahun 2013 sebelum konstruksi sebesar 7893,6 skr/jam, mengalami penurunan kapasitas saat konstruksi tahun 2017 menjadi 7550,4 skr/jam, nilai DS tahun 2013 sebesar 0,84 menjadi 0,52 pada saat konstruksi tahun 2017, kecepatan kendaraan pada tahun 2013 sebesar 43,9 km/jam menjadi 39,18 km/jam pada saat konstruksi tahun 2017 dan BOK pada tahun 2013 sebesar Rp. 906,67 mengalami kenaikan menjadi Rp. 1.158,36. Untuk tercapainya kinerja dan tingkat pelayanan lokasi tinjauan yang lebih baik adalah dengan melakukan pelebaran jalan sehingga dapat menambah kapasitas jalan saat konstruksi berlangsung.
ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN SEMARANG OUTER RING ROAD (SORR) TERHADAP JARINGAN JALAN KOTA SEMARANG Noufal Azka Abdulrrahman; Dwindhika Meinaferti; Y.I. Wicaksono Y.I. Wicaksono; Bambang Riyanto
Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.938 KB)

Abstract

Kawasan perkotaan di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Sebagai salah satu indikasinya adalah meningkatnya angka pertumbuhan lalu lintas di kota Semarang sebesar 5% setiap tahunnya. Pola rencana jaringan jalan di Kota Semarang secara garis besar dikembangkan dengan pola radial (memusat) dan konsentris (melingkar). Salah satu rencana pengembangan jaringan jalan tersebut adalah Rencana Jaringan Lingkar Luar (Outer Ring Road). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja jalan perkotaan setelah dibangunnya SORR. Untuk memprediksi arus yang teralihkan ke Semarang Outer Ring Road (SORR) digunakan metode stated preference berupa kuisioner dengan membandingkan selisih waktu di jalan perkotaan dengan SORR. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan model logit binomial sehingga dapat diperoleh kurva diversi. Menurut hasil dari kurva diversi didapatkan persen perpindahan ke SORR barat sebesar 24% dari arah selatan maupun barat, 31% pada SORR utara dari arah barat maupun timur, dan untuk SORR timur 30% dari arah tenggara 29% dari arah timur dan selatan. Untuk nilai derajat kejenuhan dan kecepatan rata-rata sebelum dan sesudah adanya SORR arah masuk dan keluar kota Semarang dapat diliat sebagai berikut: jalan Pol Anton Sujarwo sebesar DS=0,664; VT=44 km/jam menjadi DS=0,540; VT=47 km/jam dan DS=0,705; VT=39 km/jam menjadi DS=0,647; VT=41 km/jam, pada jalan Kaligawe DS=0,654; VT=44 km/jam menjadi DS=0,452; VT=50,5 km/jam dan DS=0,624; VT=45 km/jam menjadi DS=0,445; VT=51 km/jam, pada jalan raya Mangkang DS=0,534; VT=47 km/jam menjadi DS=0,368;  VT=50,5 km/jam dan DS=0,780; VT=40 km/jam menjadi DS=0,586; VT=45 km/jam, dan pada jalan Majapahit DS=0,74; VT=40 km/jam menjadi DS=0,589; VT=44 km/jam.Pada tahun 2026 Jalan Pol Anton arah keluar kota Semarang DS=0,867; VT=34 km/jam sudah tidak dapat melayani dengan baik, sehingga perlu peninjauan lebih lanjut. Menurut hasil perhitungan, SORR barat DS=0,068; VT=60 km/jam, SORR Timur DS=0,141; VT=60 km/jam, dan SORR Utara DS=0,172; VT=60 km/jam masih dapat melayani kendaraan dengan baik untuk 15 tahun kedepan. Disarankan untuk pembangunan SORR didahulukan pada SORR barat dan utara terlebih dahulu dikarenakan pada jalan raya Mangkang sudah mempunyai nilai DS yang besar.
ANALISIS PENGEMBANGAN FUNGSI BANDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP SEBAGAI BANDARA KOMERSIAL Jumanto Jumanto; Ridwan Pradana; Bambang Riyanto; YI.Wicaksono YI.Wicaksono
Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.08 KB)

Abstract

Kabupaten Cilacap, Banyumas dan Banjarnegara termasuk wilayah paling berpotensi di Jawa Tengah. Data BPS tahun 2006-2015 menyatakan sektor wisatawan mengalami rata-rata pertumbuhan tiap tahun sebesar 18,07% dan sektor industri dengan pertumbuhan rata-rata PDRB sebesar 33,65%. Untuk mendukung perkembangan potensi-potensi tersebut diperlukan peranan tiap sisi moda transportasi, termasuk transportasi udara yang berlokasi di Bandara Tunggul Wulung Cilacap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan jumlah penumpang dan pesawat terbang sampai tahun rencana 2035, mengevaluasi kondisi eksisting serta menganalisis kebutuhan fasilitas udara meliputi runway, taxiway dan apron sampai tahun rencana 2035 sesuai pesawat rencana yang digunakan. Pertumbuhan jumlah penumpang dianalisis menggunakan Metode Kesesuaian Dengan Variabel Bebas dengan menganggap prosentase pertumbuhan jumlah penumpang sama dengan pertumbuhan jumlah wisatawan. Y= (Xn x 18,07%) + Xn, Y: penumpang pada tahun yang dihitung, Xn: penumpang tahun sebelumnya dan 18,07%: prosentase pertumbuhan rata-rata wisatawan. Analisis untuk tahun rencana 2035 menghasilkan total penumpang datang dan berangkat berjumlah 324.128 orang. Untuk pertumbuhan pergerakan jumlah pesawat terbang dianalisis dengan memperkirakan jumlah penumpang agar dapat ditampung sebanyak 80% (load factor 80%) tiap tahunnya oleh pesawat rencana ATR 72-500 dan Cessna C208B Grand Caravan. Sehingga menghasilkan total pergerakan pesawat pada tahun rencana 2035 sebanyak 8030 pergerakan dengan rincian 4380 untuk ATR 72-500 dan 3650 untuk Cessna C208B Grand Caravan. Rute yang ditempuh adalah Cilacap – Jakarta (60%), Cilacap – Bandung (20%) dan Cilacap – Semarang (20%). Sesuai hasil tersebut disimpulkan bahwa runway dan apron Bandara Tunggul Wulung Cilacap tidak mampu melayani kebutuhan sampai tahun rencana, sehingga runway dengan dimensi 1.400 m x 30 m perlu dilakukan penambahan panjang menjadi 1.600 m dengan lebar tetap 30 m dan apron dengan dimensi 125 m x 90 m juga perlu dilakukan penambahan panjang menjadi 257 m dengan lebar tetap 90 m, kemudian untuk taxiway dengan dimensi 110 m x 18 m tidak memerlukan pengembangan karena masih mencukupi. Frekuensi penerbangan yang sedikit pada tahun rencana 2035 menyebabkan hasil analisis tebal perkerasan tambahan rencana pada runway dan apron kurang dari tebal perkerasan eksisting. Oleh karena itu, tebal perkerasan tambahan runway dan apron pada penerapannya disamakan dengan tebal perkerasan eksisting. Tahapan pengembangan Bandara Tunggul Wulung Cilacap dimulai dengan perpanjangan pada daerah runway. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengembangan pada daerah apron. Pengembangan bandara dilakukan secara bertahap supaya biaya yang dikeluarkan tidak langsung banyak dalam satu waktu, tetapi bertahap menyesuaikan kebutuhan.