Abdul Gani Jamora Nasution
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Compulsory Education dan Sistem Pembiayaan di Indonesia Abdul Gani Jamora Nasution
Ihya al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : UIN Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian artikel yang ini bergendre studi pustaka yang memberikan informasi tentang wajib belajar (compulsory education) yang diprogramkan oleh pemerintah. Kesadaran terhadap compulsory education, merupakan amanah Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasal 31. Kemudian, sesuai perkembangan kebutuhan global dan kenyataan pendidikan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) nasional dimulai dari wajib belajar enam tahun, 9 tahun dan sekarang 12 tahun. Ini menunjukkan, adanya peningkatan pembangunan SDM skala nasional yang melek terhadap literasi, penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi sesuai landasan UU Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) nomor 20 tahun 2003.Kata kunci: Wajib Belajar, enam tahun, 9 tahun, 12 tahun, sumber daya manusia
LITERASI PERSPEKTIF ISLAM Abdul Gani Jamora Nasution
Ihya al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : UIN Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Tingkat literasi sebuah bangsa menunjukkan kualitas hidup seluruh lapisan masyarakatnya. Tidak dapat dibantahkan dengan kepekaan bahkan sudah menjadi budaya tersendiri bagi masyarakat meleknya dengan informasi, harus sudah dapatv dipastikan bahwa yang dikomsumsi adalah benar. Betul, kajian awal tentang literasi merupakan sebatas keahlian membaca, menulis, dan berhitung. Makanya, dalam konteks Indonesia, muncul gerakan pemberantasan buta aksara. Sisi lain, perubahan dunia begitu cepat, melalui Unesco selaku lembaga internasional yang salah satunya memperhatikan pendidikan dunia memberikan catatan penting terhadap komponen literasi tersebut yang bukan sebatas membaca saja. Juga, dengan potensi ajaran Islam 14 abad yang silam sudah memberikan tuntunan kepada manusia tentang perintah membaca dan menggunakan akal.
WIRID YASIN DI BLOK 3 PERUMNAS GRIYA MARTUBUNG: TELAAH PELAKSANAAN DAN MUATAN MATERI Abdul Gani Jamora Nasution; Dinah Nadhifah; Syahrani Yumna Irfani; Defi Antika; Nabila Suhaila Lubis
Jurnal Binagogik Vol. 10 No. 2 (2023): JURNAL BINAGOGIK
Publisher : LPPM STKIP Bina Bangsa Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61290/pgsd.v10i2.611

Abstract

Kegiatan wirid merupakan suatu perkumpulan masyarakat di lingkungannya yang sepakat dan tanpa ada paksaan melaksanakan kegiatan tersebut. Kegiatan wirid dilaksanakan bermacam-macam, ada wirid mingguan, wirid bulanan, dan sebagainya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan wirid dan muatan materi yang disampaikan oleh penceramah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan agar dapat mengungkapkan, menggali, atau menggambarkan fakta tentang keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa Adapun dalam kegiatan wirid mencakup tiga kajian materi yang disampaikan oleh penceramah yaitu ustadz/ustadzah. Pertama, materi tentang tauhid (keesaan), dalam hal ini anggota perwiridan mendapat pelajaran mengenai tauhid oleh ustadz dan ustadzahnya terkait keesaan Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan manusia dituntut untuk yakin dan percaya akan adanya kehidupan setelah kematian. Kedua, materi tentang ibadah (fiqih), masyarakat mendapatkan banyak ilmu dan pelajaran mengenai ibadah, baik itu dari tata cara yang baik dan benar saat beribadah hingga amalan-amalan sunnah yang bisa dikerjakan untuk mendukung amalan atau ibadah wajib. Dan yang ketiga, materi tentang tasawuf (akhlak), masyarakat mendapatkan pelajaran mengenai bagaimana akhlak yang baik kepada sesama manusia, misalnya adab dalam melaksanakan tanya jawab dalam perwiridan, adab terhadap tetangga, memaafkan dengan ikhlas, dan lain sebagainya. Dengan adanya pelajaran mengenai akhlak ini, masyarakat mengakui bahwa mereka perlahan sedikit demi sedikit berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.