Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BEBERAPA CATATAN TENTANG ASAS DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Ahkam Jayadi
Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Vol 5 No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum uin alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jurisprudentie.v5i2.5397

Abstract

AbstractJurisdiction in Indonesia executed pursuant to principle, " For The Shake of Justice Pursuant to Believing in One God". How to comprehend and realize in reality of the principle do not be found its clarification. Various other law and regulation which represent regulation of execution of judicial power law arranging about jurisdiction institutes. Executor of judgement paintbrush do not also arrange furthermore about this jurisdiction principle. the Regulation cause judges do not have the understanding of  same about ground or principle. As a result applying of the principle only comprehended in general that handled case it have to earn to be justified do not only to State, society however also which do not less important is to God Which Single The most as target of top everything. Therefore, require to be made a change to law and regulation about judgement paintbrush.     Key Word : Jurisdiction, God Who Are Single The most, Justice AbstrakPeradilan di Indonesia dilaksanakan berdasarkan prinsip, “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Bagaimana memahami dan mewujudkan di dalam realitas dari prinsip tersebut tidak ditemukan penjelasannya. Berbagai peraturan perundang-undangan lainnya yang merupakan peraturan pelaksanaan dari undang-undang kekuasaan kehakiman yang mengatur tentang lembaga-lembaga peradilan. Pelaksana kekuasan kehakiman tidak juga mengatur lebih lanjut tentang prinsip peradilan ini. Ketidakjelasan peraturan tersebut menyebabkan hakim-hakim tidak memiliki pemahaman yang sama tentang prinsip atau asas tersebut. Akibatnya penerapan prinsip tersebut hanya dipahami secara umum bahwa perkara yang ditanganinya harus dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada Negara, masyarakat akan tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai tujuan puncak segala sesuatu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan terhadap peraturan perundang-undangan tentang kekuasan kehakiman.Kata Kunci : Peradilan, Tuhan Yang Maha Esa, Keadilan  
Analisis terhadap Ketentuan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa bagi Calon Kepala Daerah dan Perwujudan Pemerintahan Anti Korupsi: Analysis of the Provision to Be Devout to the One and Only God for Regional Head Candidates and the Realization of an Anti-Corruption Government Ahkam Jayadi
APHTN-HAN Vol 3 No 1 (2024): JAPHTN-HAN, January 2024
Publisher : Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55292/japhtnhan.v3i1.158

Abstract

Fokus kajian artikel ini adalah, Analisis Terhadap Ketentuan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Bagi Calon Kepala Daerah Dan Perwujudan Pemerintahan Anti Korupsi. Kajian dilakukan secara teoretik dan yuridis normatif dengan analisis normatif deskriptif. Pertanyaan penelitiannya adalah: Mengapa pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan tidak mencerminkan prinsip bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Demikian juga mengapa syarat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak menjelma dalam diri kepala daerah dan di dalam implementasi pemerintahan sehingga banyak yang melakukan tindak pidana korupsi serta berbagai pelanggaran hukum lainnya. Syarat calon kepala daerah, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan syarat utama dan paling penting dibanding dengan syarat-syarat lainnya. Dengan syarat tersebut akan terbentuk kepala daerah yang religius dan pemerintahan daerah yang religious serta anti korupsi. Syarat tersebut sejatinya juga akan dapat membentengi kepala daerah untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan tugas dan tanggung-jawabnya sebagai kepala daerah terkhusus untuk melakukan perbuatan tindak pidana korupsi. Sebagai upaya untuk mewujudkan pemerintahan daerah dan kepala daerah yang religius dan anti korupsi, maka pemenuhan persyaratan tersebut sejatinya di proses melalui panel ahli agama-agama. Hasil penilaian panel ahli itulah yang akan digunakan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk menetapkan seseorang telah memenuhi syarat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pentingnya penekanan makna dan hakikat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diharapkan akan mencegah kepala daerah melakukan tindak pidana korupsi.
TINJAUAN HUKUM NASIONAL TERHADAP SARUNG TENUN YANG TIDAK MEMILIKI HAKI DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Sri Wulan; Istiqamah; Erlina; Ahkam Jayadi
El-Iqthisadi Vol 7 No 1 (2025): Juni
Publisher : Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/el-iqthisady.v7i1.59764

Abstract

Abstrak Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tinjauan hukum nasional terhadap merek sarung tenun yang tidak meimiliki HAKI di Kecamatan Kajang Kabukpaten Bullukumba Perspektif Hukum Islam? Pokok masalah tersebut selanjutnya rumuskan ke dalam beberapa submasalah atau pertanyaan penelitian, yaitu : 1). Bagaimana ketentuan hukum nasional terhadap merek sarung tenun yang tidak memiliki HAKI di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba?, dan 2). Bagaimana ketentuan hukum Islam terhadap perlindungan hukum merek terhadap hak atas kekayaan intelektual?. Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan Hukum Ekonomi Syariah dan pendekatan empiris. Adapun sumber data penelitian ini adalah pihak Kepala Desa Tanah Towa dan pihak Pengrajin Sarung Tenun Kajang Desa Tanah Towa. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil pembahasan dan penelitian menunjukkan bahwa (1) ketentuan hukum nasional bagi merek yang tidak memiliki HAKI telah diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 yang mengcakup aspek mulai dari reproduksi, distribusi, hingga pemanfaatan karya-karya dari barang produksi. Dan juga diatur dalam Undang-Undang Desain Produksi No. 28 Tahun 2014 yang memberikan perlindugan hukum bagi desain industri yang telah memiliki HAKI. (2) Pandangan Hukum Islam mengenai perlindungan hukum merek sarung tenun yang telah memiliki HAKI termasuk dalam kategori hak Ibtikar yang dipandang sebagai harta yang dimana Islam mengakui dan melindungi karya cipta yang selaras dengan norma dan nilai yang ada didalamnya serta pandangan hukum Islam melarang orang yang tidak berhak atas kepemilikan orang lain menggunakan hak milik tersebut. Implikasi dari penelitian ini diharapkan adanya program dari pihak pemerintah atau DJHKI dalam bantuan masyarakat untuk proses pendaftaran merek dan diharapkan untuk masyarakat dapat lebih agresif dalam memahami dan mengetahui prosedur pendaftaran merek produksi mereka agar mendapatkan perlindungan hukum apabila terjadi tindakan diluar hukum nasional. Kata Kunci: Hukum Nasional, Merek, HAKI, Perspektif Hukum Islam.       Abstract The main problem in this study is how is the review of Islamic economic law on property development at PT Bumi Anak Negeri, Bontomarannu District, Gowa Regency? The main problem is then broken down into several sub-problems or research questions, namely: 1). What are the national legal provisions for woven sarong brands that do not have IPR in Kajang District, Bulukumba Regency?, and 2). What are the provisions of Islamic law on legal protection of brands for intellectual property rights?. This type of research is classified as qualitative with the approach used, namely the Islamic Economic Law approach and the empirical approach. The data sources for this study are the Head of Tanah Towa Village and the Kajang Woven Sarong Craftsmen of Tanah Towa Village. Furthermore, the data collection methods used in this study are observation, interviews, and documentation. Based on the results of the study, it shows that the results of the discussion and research indicate that (1) the provisions of national law for brands that do not have IPR have been regulated in Copyright Law No. 28 of 2014 which covers aspects ranging from reproduction, distribution, to utilization of works from production goods. And also regulated in the Production Design Law No. 28 of 2014 which provides legal protection for industrial designs that already have IPR. (2) The Islamic Law view on the legal protection of woven sarong brands that already have IPR is included in the category of Ibtikar rights which are viewed as property where Islam recognizes and protects creative works that are in line with the norms and values ​​contained therein and the Islamic law view prohibits people who are not entitled to ownership of others from using said ownership rights. The implication of this study is that there is a program from the government or DJHKI in assisting the community for the brand registration process and it is hoped that the community can be more aggressive in understanding and knowing the procedures for registering their production brands in order to obtain legal protection if actions occur outside national law. Keywords: National Law, Trademarks, Intellectual Property Rights, Islamic Law.