Liver is an organ that susceptible to the ravages of drugs or toxic chemicals substance because liver is central’s organ occurrence of body’s metabolism. Liver damage can be known with increasing levels of Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) in the blood. This study aimed to know levels of SGOT on female wistar rats after administering Metanolic extract of Scurrula atropurpurea for 28 days (Sub-Chronic exposure). This re-search used a True Experimental Design with Complete randomized design. Twenty female wistar rats, weight 100-200 gr are divided into 4 groups, 1 group as control and 3 groups is the treatment, treatment groups were given different doses with EMSA i.e. 250 , 500, and 1000 mg/Kg BW. Rats were fasted for 14-18 hours before it had given treatment. EMSA awarded at least 5 times a week for 28 days. After 28 days, rats were sacrificed and done the examination levels of SGOT, serum levels of SGOT treatment group compared the control. The results showed that levels of SGOT in serum of mice have an increased dose of 250, 500, and 1000 mgKg BW compared with controls, but having tested the ANOVA showed that the treatment group of mice did not differ markedly compared the control, this means that Metanolic extract of Scurrula atropurpurea has no effect against a female rat serum levels of SGOT and no toxic effects so securely test sub-chronic.Keywords: Liver, Loranthus tea, SGOT, Sub-ChronicABSTRAKHati merupakan organ yang sangat rentan terhadap kerusakan akibat obat atau bahan kimia beracun karena hati merupakan organ pusat terjadinya metabolisme dalam tubuh. Kerusakan hati dapat diketahui dengan indikator meningkatnya kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dalam darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar SGOT pada tikus wistar betina setelah pemberian Ekstrak Metanolik Scurrula atropurpurea (EMSA) selama 28 hari (paparan subkronik). Jenis penelitian ini merupakan True Experimental Design dengan Rancangan Acak Lengkap. Jumlah tikus yang digunakan 20 ekor tikus wistar betina dengan berat badan 100-200 gr yang dibagi menjadi 4 kelompok, 1 kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok adalah perlakuan, kelompok perlakuan diberi EMSA dengan dosis berbeda yaitu 250 mg/Kg BB, 500 mg/Kg BB, dan 1000 mg/Kg BB, tikus dipuasakan selama 14-18 jam sebelum disonde. EMSA diberikan minimal 5 kali dalam seminggu selama 28 hari. Setelah 28 hari, tikus dikorbankan dan dilakukan pemeriksaan kadar SGOT dari serum, hasil kadar SGOT kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar SGOT pada serum tikus mengalami peningkatan dari dosis 250, 500, dan 1000 mgKgBB dibandingkan dengan kontrol, namun setelah diuji ANOVA menunjukkan bahwa tikus kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tikus kontrol, hal ini berarti bahwa EMSA tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT serum tikus betina dan tidak ada efek toksik yang dituimbulkan sehingga EMSA aman secara uji subkronis.Kata kunci: Hati, SGOT, Benalu Teh, Subkronik