Khadijah Azhar
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP STATUS TRANSMISI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MUSTIKAJAYA, KOTA BEKASI Rina Marina; Khadijah Azhar; Doni Lasut; Andre Yunianto; Shinta Shinta; Athena Anwar; Jusniar Ariati
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 1 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i1.3141

Abstract

Bekasi City is one of the dengue-endemic areas in West Java province which has fluctuated the number of cases annually. Dengue transmission was influenced by the interaction between humans, virus, vector, and environmental factors. This study was conducted to analyze environmental factors and source reduction practices related to the status of dengue hemorrhagic fever (DHF) transmission in Bekasi. This study was an observational study with a cross-sectional design that was carried out in Mustikajaya Sub-district, Bekasi City. Total samples were 280 households from two villages. The obtained data were analyzed using chi-square and multivariate logistic regression with a p-value of 0.05. Bivariate analysis results showed that plants were taller than five meters (OR=7,98 95% CI=2,83-22,45), uneven growing vegetation (OR = 2.14 95% CI = 1.21-3, 78), even growing vegetation (OR = 8.84 95% CI-2.84-27.54), frequency of cleaning water containers at least once a week (OR = 2.9 95% CI = 1.77-4.78), and the use of anti-mosquito (OR = 2.2 95% CI = 1.37-3.61) related to DHF transmission in Mustikajaya Sub-district. Dominant variables that contributed to the high dengue transmission in Mustikajaya District were the frequency of cleaning water containers and the use of household anti-mosquitoes. The socialization and evaluation of source reduction at the community level need to be improved so that the DHF control will be more effective Abstrak Kota Bekasi merupakan salah satu wilayah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah kasus fluktuatif setiap tahun. Transmisi DBD dipengaruhi oleh interakasi antara manusia, virus, nyamuk vektor, dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor lingkungan dan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang berhubungan dengan status transmisi DBD di Kota Bekasi. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di Kecamatan Mustikaya, Kota Bekasi. Jumlah sampel sebanyak 280 rumah tangga di dua kelurahan. Data dianalisis menggunakan chi square dan regresi logistik berganda dengan nilai P sebesar 0,05%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tinggi tanaman lebih dari lima meter (OR=7,98 95% CI=2,83–22,45), rimbunan tanaman tidak merata (OR=2,14 95% CI=1,21-3,78) dan vegetasi tersebar merata (OR=8,84 95% CI-2,84-27,54), frekuensi membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA) minimal satu minggu sekali (OR=2,9 95% CI=1,77-4,78), serta penggunaan obat anti nyamuk (OR=2,2 95% CI=1,37-3,61) berhubungan dengan transmisi DBD di Kecamatan Mustikajaya. Variabel dominan yang berkontribusi pada tingginya transmisi kasus DBD di Kecamatan Mustikajaya yaitu frekuensi membersihkan TPA dan penggunaan obat anti nyamuk. Sosialisasi dan evaluasi PSN di tingkat masyarakat perlu ditingkatkan agar pelaksanaannya lebih efektif dalam pengendalian DBD di Kota Bekasi.
HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN, PENGELOLAAN AIR MINUM DAN RUMAH SEHAT DENGAN KEJADIAN HEPATITIS DI INDONESIA Puti Sari H; Khadijah Azhar; Julianty Pradono; Noor Edi W Sukoco
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 17 No 1 (2018): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 17 NO. 1 TAHUN 2018
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.921 KB) | DOI: 10.22435/jek.17.1.139.41-51

Abstract

ABSTRACT Hepatitis is still a health problem in Indonesia and several efforts has been implemented to control it, such as the implementation of Community Led Total Sanitation (CLTS). The aim of this analysis was to identify the association between environment condition and sanitary behaviour with the occurrence of hepatitis in Indonesia. Data analysis using the 2013 Riskesdas data. A logistic regression analysis was chosen to elicit the relationship between sanitary behaviors and environment factors with the prevalence of hepatitis. The analyses revealed that most of respondents behaved unsanitary (97.5%). The affected respondents were those who had unsanitary behaviors (3.3%). Of the five sanitary behaviors, the most dominant behavior associated with hepatitis was hand washing with soap (Adjusted OR=1.77) and water management (Adjusted OR=1.29). Other factors are healthy homes (Adjusted OR=2.64), economic status (Adjusted OR=1.45) and living in rural area (Adjusted OR=1.39) had significant associated with hepatitis. It could be concluded handwashing and water management are the essential factors of hepatitis. It is suggested to pay more attention to behavior aspect and environmental health in order to control hepatitis, such as handwashing and proper drinking water management, provision of sanitation facilities and healthy homes especially for the rural poor by involving related sectors and community participation. Keywords: Hepatitis, unsanitary behavior, handwashing, drinking water, healthy home ABSTRAK Hepatitis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Beberapa upaya pengendalian hepatitis telah dilakukan di antaranya melalui program lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), akan tetapi belum mendapatkan hasil yang optimal. Tujuan analisis ini untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan dan perilaku saniter terhadap kejadian hepatitis di Indonesia. Analisis data menggunakan data Riskesdas 2013. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik untuk melihat hubungan antara perilaku saniter dan faktor lingkungan dengan prevalensi hepatitis. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih berperilaku kurang saniter (97,5%). Mayoritas responden yang terkena hepatitis memiliki perilaku tidak saniter (3,3%). Dari lima perilaku saniter, perilaku yang paling dominan berhubungan dengan penyakit hepatitis adalah cuci tangan pakai sabun (OR=1,77) dan pengelolaan air (OR=1,29). Faktor lain yang memiliki hubungan dengan penyakit hepatitis adalah rumah sehat (OR=2,64), status ekonomi (OR=1,45) dan lokasi tempat tinggal (OR=1,39). Dapat disimpulkan bahwa perilaku cuci tangan dan pengelolaan air merupakan faktor penting terhadap penyakit hepatitis. Disarankan agar dalam upaya pengendalian hepatitis perlu memperhatikan aspek perilaku dan kesehatan lingkungan yaitu perilaku cuci tangan dan pengelolaan air minum secara baik dan benar, penyediaan fasilitas sanitasi dan rumah sehat terutama untuk penduduk miskin di perdesaan dengan melibatkan sektor terkait dan partisipasi masyarakat. Kata kunci: Hepatitis, perilaku saniter, cuci tangan, air minum, rumah sehat