Roy Nusa
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

METODE ALTERNATIF HITUNG IPKM YANG MEMILIKI KORELASI LEBIH TINGGI DENGAN IPM jek managerxot; Roy Nusa; Nunik Kusumawardani
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 16 No 2 (2017): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOLUME 16 NOMOR 2 TAHUN 2017
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jek.16.2.363.112-120

Abstract

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator multi dimensi penting untuk menilaikesejahteraan masyarakat secara lebih komprehensif (kesehatan, pendidikan dan standar hidup yang layak).Secara khusus untuk bidang kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, KementerianKesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)tahun 2008 dan tahun 2014 yang meliputi 30 indikator kesehatan terpilih. Penelitian ini dilakukan dengantujuan untuk mendapatkan metode alternatif (metode geometrik) dalam menghitung IPKM berdasarkanlaporan IPKM tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kesehatan dan data IPM tahun 2013 yangdikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan nilaikorelasi dan koefisien determinasi antara nilai IPKM tahun 2014 yang dihitung dengan rata-rata aritmatikdan yang dihitung dengan rata-rata geometrik terhadap nilai IPM tahun 2013. Hasil penelitianmenunjukkan adanya perbedaan hasil IPKM antara perhitungan rata-rata geometrik dan perhitungan ratarata aritmatik. Perhitungan rata-rata geometrik menunjukkan korelasi yang lebih tinggi antara nilai IPKMdan IPM dibandingkan dengan perhitungan rata-rata aritmatik. Selain itu perhitungan rata-rata geometrikdalam formulasi IPKM memiliki karakteristik yang stabil terhadap nilai ekstrim pada komponenindikatornya. Hasil perhitungan dengan rata-rata geometrik berimplikasi untuk memperoleh IPKM yangtinggi harus mempertimbangkan semua indikator yang dibangun dengan cara yang lebih setara.
STATUS KERENTANAN Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT DAN PIRETROID DI INDONESIA Jusniar Ariati; Dian Perwitasari; Rina Marina; Shinta Shinta; Doni Lasut; Roy Nusa; anwar musadad
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 17 No 3 (2018): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 17 NO.3 TAHUN 2018
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.584 KB) | DOI: 10.22435/jek.17.3.847.135-145

Abstract

ABSTRACT The long-term use of insecticides causes resistance to targeted insects, so that a study of its resistance in Indonesia is needed. A cross-sectional study was conducted to determine the resistance status of Aedes aegypti to organophosphates and pyrethroids in 102 districts in 2015 with reference to WHO standard bioassay test. Sampling and testing of Ae. Aegypti larvae from 100 houses were carried out from three area of each health center. Test results on 0.8% malathion revealed that 84% districts were resistant, 13% districts were tolerant, and 3% districts were vulnerable. The test results for temephos of 0.02% also found that 49% districts were resistant, 29% districts were tolerant and 22% districts were vulnerable. While for 0.05% cypermethrin insecticide test; 98% were resistant, and 1% was tolerant. The test on 0.025% alpha cypermethrin found that 40% were resistant, 51% were tolerant and 9% were vulnerable. Test on 0.025% deltamethrin found that 65% were resistant, 22% districts were tolerant and 14% districts were vulnerable. With the high resistance to organophosphate and pyrethroid groups, it is recommended to rearrange the application of insecticide types in each region cyclically. Keywords: Insecticides, resistance, organophosphates, pyrethroid, Aedes aegypti ABSTRAK Penggunaan insektisida dalam jangka waktu lama menyebabkan resistensi terhadap serangga sasaran, sehingga diperlukan uji status kerentanan Ae.aegypti di Indonesia. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel uji (jentik Ae. aegypti) dilakukan di 102 Kabupaten/kota di Indonesia pada 100 rumah di setiap tiga wilayah kerja puskesmas. Metode uji kerentanan menggunakan bioassay test standar WHO. Hasil uji terhadap malathion 0,8% mendapatkan 86 (84%) kabupaten telah resisten, 13 kabupaten (13%) toleran dan 3 (3%) kabupaten rentan. Hasil uji terhadap temephos 0,02% menunjukkan 50 (49%) kabupaten resisten, 30 (29%) kabupaten toleran dan 22 (22%) kabupaten rentan. Hasil uji insektisida sipermetrin 0,05%, sebanyak 100 (98%) kabupaten resisten, dan 1 (1%) kabupaten toleran. Hasil uji terhadap alfa sipermetrin 0,025%, sebanyak 18 kabupaten (40%) resisten, 23 (51%) kabupaten toleran dan 4 (9%) kabupaten berstatus rentan. Hasil uji terhadap deltametrin 0,025% sebanyak 66 (65%) kabupaten resisten, 22 (22%) kabupaten toleran dan 14 (14%) kabupaten rentan. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi resistensi terhadap insektisida golongan organofosfat dan piretroid. Disarankan untuk mengganti kedua jenis insektisida tersebut di setiap wilayah yang teridentifikasi resitensi tinggi. Kata kunci: Insektisida, resitensi, organofosfat, piretroid, aedes aegypti