Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA KECAMBAH KACANG HIJAU DAN KECAMBAH KACANG KEDELAI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Ade Maria Ulfa; Nofita Nofita; Shinta Shinta
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.689 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1159

Abstract

Kecambah adalah salah satu sayuran yang mengandung beragam mineral penting, diantaranya yaitu kalsium. Kecambah terbuat dari kacang hijau dan kacang kedelai yang sering kita sebut dengan tauge. Kecambah dapat diolah menjadi berbagai macam masakan sayur, selain itu kecambah dapat dimakan mentah. Ditinjau dari segi konsumsi masyarakat lebih mengenal kecambah kacang hijau dibandingkan kecambah kacang kedelai untuk pendamping sayur di masakan. Sampel diperoleh dari pasar Gintung Bandar Lampung. Sampel kecambah terlebih dahulu dipreparasi agar dapat dianalisis melalui destruksi kering. Kemudian penetapan kadar kalsium dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan menggunakan lampu katoda kalsium pada panjang gelombang 422,51 nm. Diperoleh persamaan garis regresi linier yaitu y = 0,13016x + 0,0091179 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9990. Hasil penelitian menunjukan kadar kalsium dalam kecambah kacang hijau yaitu 1,4945 mg/100gram sedangkan kadar kalsium dalam kecambah kacang kedelai yaitu 2,9917 mg/100 gram. Hasil dari perhitungan uji t didapatkan bahwa thitung = 4,5535 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,78. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Kata kunci :   kecambah kacang hijau, kecambah kacang kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom
STATUS KERENTANAN Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT DAN PIRETROID DI INDONESIA Jusniar Ariati; Dian Perwitasari; Rina Marina; Shinta Shinta; Doni Lasut; Roy Nusa; anwar musadad
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 17 No 3 (2018): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 17 NO.3 TAHUN 2018
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.584 KB) | DOI: 10.22435/jek.17.3.847.135-145

Abstract

ABSTRACT The long-term use of insecticides causes resistance to targeted insects, so that a study of its resistance in Indonesia is needed. A cross-sectional study was conducted to determine the resistance status of Aedes aegypti to organophosphates and pyrethroids in 102 districts in 2015 with reference to WHO standard bioassay test. Sampling and testing of Ae. Aegypti larvae from 100 houses were carried out from three area of each health center. Test results on 0.8% malathion revealed that 84% districts were resistant, 13% districts were tolerant, and 3% districts were vulnerable. The test results for temephos of 0.02% also found that 49% districts were resistant, 29% districts were tolerant and 22% districts were vulnerable. While for 0.05% cypermethrin insecticide test; 98% were resistant, and 1% was tolerant. The test on 0.025% alpha cypermethrin found that 40% were resistant, 51% were tolerant and 9% were vulnerable. Test on 0.025% deltamethrin found that 65% were resistant, 22% districts were tolerant and 14% districts were vulnerable. With the high resistance to organophosphate and pyrethroid groups, it is recommended to rearrange the application of insecticide types in each region cyclically. Keywords: Insecticides, resistance, organophosphates, pyrethroid, Aedes aegypti ABSTRAK Penggunaan insektisida dalam jangka waktu lama menyebabkan resistensi terhadap serangga sasaran, sehingga diperlukan uji status kerentanan Ae.aegypti di Indonesia. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel uji (jentik Ae. aegypti) dilakukan di 102 Kabupaten/kota di Indonesia pada 100 rumah di setiap tiga wilayah kerja puskesmas. Metode uji kerentanan menggunakan bioassay test standar WHO. Hasil uji terhadap malathion 0,8% mendapatkan 86 (84%) kabupaten telah resisten, 13 kabupaten (13%) toleran dan 3 (3%) kabupaten rentan. Hasil uji terhadap temephos 0,02% menunjukkan 50 (49%) kabupaten resisten, 30 (29%) kabupaten toleran dan 22 (22%) kabupaten rentan. Hasil uji insektisida sipermetrin 0,05%, sebanyak 100 (98%) kabupaten resisten, dan 1 (1%) kabupaten toleran. Hasil uji terhadap alfa sipermetrin 0,025%, sebanyak 18 kabupaten (40%) resisten, 23 (51%) kabupaten toleran dan 4 (9%) kabupaten berstatus rentan. Hasil uji terhadap deltametrin 0,025% sebanyak 66 (65%) kabupaten resisten, 22 (22%) kabupaten toleran dan 14 (14%) kabupaten rentan. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi resistensi terhadap insektisida golongan organofosfat dan piretroid. Disarankan untuk mengganti kedua jenis insektisida tersebut di setiap wilayah yang teridentifikasi resitensi tinggi. Kata kunci: Insektisida, resitensi, organofosfat, piretroid, aedes aegypti
PERILAKU MENGHISAP DARAH NYAMUK ANOPHELES SPP. DI DESA SAKETA, KECAMATAN GANE BARAT, HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA Shinta Shinta; Amirullah Baharudin
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 18 No 2 (2019): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 18 NO.2 TAHUN 2019
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jek.18.2.2079.99-110

Abstract

ABSTRACT South Halmahera is a malaria-endemic area in Indonesia. One of the efforts to control the vector is to get information on Anopheles spp mosquito bionomics. This study aims to understand the Anopheles spp blood-sucking behavior in Saketa Village, South Halmahera Regency. The study was conducted from May 2013 to April 2014. Catching mosquitoes was carried out from morning to evening using the Human Landing Collection (HLC) method. The results found 9 species of Anopheles namely, An. barbumbrosus, An. farauti, An. kochi, An. indefinitus, An. koliensis, An. punctulatus, An. subpictus, An. tesselatus and An. vagus. The highest Man Hour Density (MHD) is found at an altitude of 25 meters above sea level, namely An. kochi, and An. indefinitus (2.15 and 1.45 mosquitoes/person /hour). MHD at an altitude of 3 masl is dominated by An. kochi and An. indefinitus (1.95, and 1.8 mosquitoes/person/hour). Man Biting Rate (MBR) at an altitude of 25 meters above sea level is dominated by An. kochi and An. indifinitus (25,90 and 17,47 mosquitoes/person/day), at an altitude of 9 masl, dominated by An. punctulatus and An.indefinitus (4,82 and 4,22 mosquitoes/person/day), at an altitude of 3 meters is dominated by An.indefinitus and An. kochi (21.69 and 23.49 mosquitoes/person/day). Anopheles spp. the number of caught at 06.00-07.00 is very low, but the density An. kochi and An. indefinitus increased at 07.00-08.00 and decreased after 17.00. Other Anopheles species remain with low populations throughout capture. Keywords: Anopheles spp., Malaria, Saketa village ABSTRAK Halmahera Selatan merupakan daerah endemis malaria di Indonesia. Salah satu upaya pengendalian vektor adalah mendapatkan informasi bionomik nyamuk Anopheles spp. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perilaku menghisap darah Anopheles spp di Desa Saketa, Kabupaten Halmahera Selatan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2013 hingga April 2014. Penangkapan nyamuk dilakukan dari pagi hingga sore hari dengan metode Human Landing Collection (HLC). Hasil penelitian menemukan 9 spesies Anopheles yaitu, An. barbumbrosus, An. farauti, An. kochi, An. indefinitus, An. koliensis, An. punctulatus, An. subpictus, An. tesselatus dan An. vagus. Man Hour Density (MHD) tertinggi ditemukan pada ketinggian 25 mdpl yaitu An. kochi, dan An. indefinitus (2,15 dan 1,45 nyamuk/orang/jam). MHD pada ketinggian 3 mdpl didominasi oleh nyamuk An. kochi dan An. indefinitus (1,95, dan 1,8 nyamuk/orang/jam). Man Biting Rate (MBR) pada ketinggian 25 mdpl didominasi An. kochi dan An. indifinitus (25,90 dan 17,47 nyamuk/org/hari), pada ketinggian 9 mdpl, didominasi oleh An. punctulatus dan An. indefinitus (4,82 dan 4,22 nyamuk/org/hari), pada ketinggian 3 meter didominasi oleh An.indefinitus dan An. kochi (21,69 dan 23,49 nyamuk/org/hari). Anopheles spp. yang tertangkap pada jam 06.00-07.00 jumlahnya sangat rendah, namun kepadatan An. kochi dan An. indefinitus meningkat pada pukul 07.00-08.00 dan menurun setelah pukul 17.00. Spesies Anopheles lainnya tetap dengan populasi yang rendah sepanjang waktu penangkapan. Kata kunci: Anopheles spp., malaria, Desa Saketa
GAMBARAN SOSIAL BUDAYA SUKU ANAK DALAM TENTANG MALARIA DAN PENGENDALIANNYA DI PROVINSI JAMBI Shinta Shinta; Helper Sahat Parulian Manalu
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 20 No 2 (2021): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOLUME 20 NOMOR 2 TAHUN 2021
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jek.v20i2.4908

Abstract

ABSTRACT The malaria control program is focused on achieving malaria elimination as an effort to create a healthy living community, free from malaria transmission, which process is carried out in stages until 2030. The Suku Anak Dalam (SAD) currently still have a fairly large population and they are stillclassified as isolated communities, because most of them live nomadic (moving) in the forest with a culture that is still underdeveloped, still not free from malaria. This article is to provide information about the handling of malaria problems in SAD and its control policy efforts in dealing with malaria elimination. This article is a literature review, search from books, theses, journals, research reports and government policies that are accessed through online sites. Information is not limited by year, because it was related to the history of SAD. The results of the review : The prevalence of malaria in SAD is still high, due to the belangun/melangun tradition, lack of education and knowledge, difficult access to health care facilities, and inadequate facilities and infrastructure. The success of the malaria elimination program in SAD will depend on the support of stakeholders, both from the Puskesmas, the Health Office, and the local government in budget allocation. The commitment of all parties is still needed to support the malaria eradication program by strengthening human resources: educators, health workers to overcome obstacles in efforts to achieve malaria elimination in SAD areas. Keywords: Social cultural, suku anak dalam, malaria ABSTRAK Program pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria sebagai upaya mewujudkan masyarakat hidup sehat, terbebas dari penularan malaria, yang prosesnya dilakukan secara bertahap sampai tahun 2030. Di sisi lain, masih ada Suku Anak Dalam (SAD) di Jambi yang hidup terisolir, nomaden (berpindah-pindah) di dalam hutan dengan budaya yang masih terbelakang, dan belum terbebas dari malaria. Penulisan ini untuk memberikan informasi tentang penanganan permasalahan malaria pada SAD dan upaya kebijakan pengendaliannya dalam menghadapi eliminasi malaria. Tulisan ini merupakan kajian literatur, penelusuran dari buku, skripsi/tesis, Jurnal, hasil laporan penelitian dan kebijakan pemerintah yang diakses melalui situs online. Informasi tidak dibatasi oleh tahun terbit karena bertalian dengan sejarah SAD. Hasil analisis menunjukkan bahwa kejadian malaria di SAD Jambi disebabkan oleh tradisi belangun/melangun, pendidikan dan pengetahuan yang terbatas, sulitnya akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan, serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Keberhasilan program eliminasi malaria di SAD akan sangat tergantung dari dukungan stakeholder, baik dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah setempat dalam pengalokasian anggaran. Oleh karena itu diperlukan komitmen semua pihak untuk mendukung program upaya pembrantasan malaria dengan penguatan sumber daya manusia : tenaga pendidik, tenaga kesehatan untuk mengatasi hambatan dalam upaya mencapai eliminasi malaria di wilayah SAD. Kata kunci: Sosial budaya, Suku Anak Dalam, malaria
KEPEMILIKAN KELAMBU DAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KELAMBU ANTI NYAMUK DI WILAYAH ENDEMIS MALARIA PASCA PENDISTRIBUSIAN TAHUN 2017-2018 Rina Marina; Jusniar Ariati; Shinta Shinta; Ginoga Veridona; Doni Lasut; Asep Hermawan; Hendrik Siahaan; Roy Nusa RES; Harianto Harianto; Miko Hananto; Dasuki Dasuki; Andre Yunianto; Dian Perwitasari; Pandji W Dhewantara
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 20 No 2 (2021): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOLUME 20 NOMOR 2 TAHUN 2021
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jek.v20i2.4963

Abstract

ABSTRACT The distribution of LLINs (Long Lasting Insecticidal Nets) is one of the strategies implemented by health programs to control malaria in Indonesia. This study aims to determine the sociodemographic factors associated with the use of LLINs. The research is an observational with a cross-sectional study design. Interviews using a structured questionnaire were carried out on household members from 4602 sample houses in selected villages with systematic random sampling that had been distributed malaria nets in 2017 - 2018 in 12 malaria endemic districts. The data collected were ownership of bed nets, sociodemographic data including gender, marital status, education, age, occupation, household status, and behavior of using bed nets. Data analysis used multivariate logistic regression. The results showed that 83.9% of respondents had mosquito nets and as much as 82.4% of them were obtained from the LLINs program, and the use of LLINs netting was obtained by 60.5%. Sociodemographic factors associated with the use of bed nets were gender (OR=1,12, 95%CI=1,08 – 1,20), marital status (OR=1,31, 95%CI=1,22-1,44), , educational status (OR=1,26, 95% 1,08-1,45), age (OR=1,58, 95% CI=1,40 – 1,77), occupation (OR=1,23, 95%CI=1,11 – 1,21) and status in the household (OR=1,09, 95%=1,00 – 1,19). The use of LLINs in the community is still low, so there is a need for more intensive socialization and education, so that the use of mosquito nets in the community increases. Keywords: Endemic, bed nets, LLINs, malaria, sociodemographic ABSTRAK Distribusi kelambu anti nyamuk merupakan salah satu strategi yang dilakukan program kesehatan untuk mengendalikan kasus malaria di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan penggunaan kelambu anti nyamuk. Studi ini merupakan observasional dengan desain studi cross-sectional. Wawancara menggunakan kuisioner terstruktur dilakukan pada anggota rumah tangga, dari 4602 sampel rumah di desa terpilih secara systematic random sampling yang telah didistribusikan kelambu malaria tahun 2017 – 2018 pada 12 kab/kota endemis malaria. Data yang dikumpulkan adalah kepemilikan kelambu, karakteristik sosiodemografi meliputi jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, umur, pekerjaan, status di rumah tangga serta perilaku penggunaan kelambu. Analisis data digunakan regresi logistik multi variat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,9% responden memiliki kelambu dan sebanyak 82,4% kelambu tersebut diperoleh dari program (LLINs), dan penggunaan kelambu LLINs diperoleh sebesar 60,5%. Faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan penggunaan kelambu adalah jenis kelamin (OR=1,12, 95%CI=1,08 – 1,20), status perkawinan (OR=1,31, 95%CI=1,22-1,44), pendidikan (OR=1,26, 95% 1,08-1,45), usia (OR=1,58, 95% CI=1,40 – 1,77), status pekerjaan (OR=1,23, 95%CI=1,11 – 1,21), serta kedudukan responden (OR=1,09, 95%=1,00 – 1,19). Penggunaan kelambu LLINs di masyarakat masih rendah, sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif lagi, agar penggunaan kelambu di masyarakat meningkat. Kata kunci: Endemis, kelambu anti nyamuk, malaria, sosiodemografi
UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN BABADOTAN SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP LALAT RUMAH (Musca domestica) DI LABORATORIUM Dyah Widiastuti; Shinta Shinta
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 007 Nomor 02/Tahun IV Desember 2008
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.986 KB)

Abstract

A study to evaluate the efficacy of babadotan leaves extract against adult Musca domestica was conducted in Loka Litbang P2B2 Banjarnegara Laboratory at Mei 2008. The study used 5 doses of extract (10,30, 50,70 dan 90%, as well as control treatment). Each doze used 3 replicates. The results showed that babadotan extract was not effective tocontrol more than 70% flies. A nova analysis showed that there was different count of death of flies between control and treated cages.
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA KECAMBAH KACANG HIJAU DAN KECAMBAH KACANG KEDELAI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Ade Maria Ulfa; Nofita Nofita; Shinta Shinta
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.689 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1159

Abstract

Kecambah adalah salah satu sayuran yang mengandung beragam mineral penting, diantaranya yaitu kalsium. Kecambah terbuat dari kacang hijau dan kacang kedelai yang sering kita sebut dengan tauge. Kecambah dapat diolah menjadi berbagai macam masakan sayur, selain itu kecambah dapat dimakan mentah. Ditinjau dari segi konsumsi masyarakat lebih mengenal kecambah kacang hijau dibandingkan kecambah kacang kedelai untuk pendamping sayur di masakan. Sampel diperoleh dari pasar Gintung Bandar Lampung. Sampel kecambah terlebih dahulu dipreparasi agar dapat dianalisis melalui destruksi kering. Kemudian penetapan kadar kalsium dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan menggunakan lampu katoda kalsium pada panjang gelombang 422,51 nm. Diperoleh persamaan garis regresi linier yaitu y = 0,13016x + 0,0091179 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9990. Hasil penelitian menunjukan kadar kalsium dalam kecambah kacang hijau yaitu 1,4945 mg/100gram sedangkan kadar kalsium dalam kecambah kacang kedelai yaitu 2,9917 mg/100 gram. Hasil dari perhitungan uji t didapatkan bahwa thitung = 4,5535 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,78. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Kata kunci :   kecambah kacang hijau, kecambah kacang kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom
PELATIHAN KREATIVITAS DALAM PENGGUNAAN DAUR ULANG SAMPAH DARI SEDOTAN DI PESANTREN PENGHAFAL AL-QURAN DARUL FURQON RAMADHAN BOGOR Sabrawi Sabrawi; Shinta Shinta; Sultan Maliki; Robi Ade S; Willyanis Willyanis; Yulius Subang; Yunita Sri F
PENGABDIAN SOSIAL Vol 1, No 2 (2021): JURNAL PENGABDIAN SOSIAL
Publisher : Universiitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.62 KB) | DOI: 10.32493/.v1i2.12985

Abstract

ABSTRACT Entrepreneurship is a business activity or an independent business where every resource and activity is borne by the business actor or entrepreneur, especially in terms of making new products, determining how to produce new products, as well as arranging business operations and product marketing and regulating business capital. Entrepreneurship has a goal to produce something that has a higher value than before being processed. This study aims to create participant creativity to be able to create innovative products as a business that can be a source of income. The situation in the midst of a pandemic has made many people lose their source of economic income, which has an impact on increasing the unemployment rate, poverty level, and sadly the level of education due to demands for online schools using smartphones or laptops. This study aims to create one of the many solutions to problems in the midst of a pandemic, namely to create creativity in the midst of a pandemic by using simple materials, namely using a straw to produce a craft with interesting results. This research is expected to develop children's interest in the Darul Furqon Ramadhan Islamic boarding school to continue working and this work can be used as income to help economic income so that the economic burden in the midst of a pandemic can be reduced, namely by creating a lot of creativity from straws to produce a flower-shaped craft. The final result of this research is that all participants of Darul Furqon Ramadhan Islamic Boarding School are able to create with good results and benefit all participants. Keywords: Training, Creativity, Use of Recycling Bins, and Straws ABSTRAK Wirausaha adalah sebuah kegiatan usaha atau suatu bisnis mandiri yang setiap sumber daya dan kegiatannya dibebankan kepada pelaku usaha atau wirausahawan terutama dalam hal membuat produk baru, menentukan bagaimana cara produksi baru, maupun menyusun suatu operasi bisnis dan pemasaran produk serta mengatur permodalan usaha. Wirausaha memiliki tujuan untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan sebelum diolah. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan kreatifitas peserta untuk dapat menciptakan produk inovatif sebagai salah satu usaha yang dapat menjadi sumber penghasilan. Situasi ditengah pandemic menjadikan banyak masyarakat kehilangan sumber pendapatan ekonomi, yang berdampak pada meningkatnya tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, dan mirisnya tingkat pendidikan dikarenakan tuntutan sekolah online menggunakan smartphone atau laptop. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan satu dari sekian banyak solusi untuk masalah ditengah pandemi, yaitu menciptakan kreatifitas di tengah pandemic dengan menggunakan bahan sederhana yaitu dengan menggunakan sedotan bisa menghasilkan suatu kerajinan yang hasilnya menarik. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan minat anak di pondok Pesantren  Darul Furqon Ramadhan untuk terus berkarya dan karya tersebut dapat menjadi penghasilan untuk membantu pendapatan ekonomi sehingga beban ekonomi ditengah pandemi dapat berkurang, yaitu dengan memciptakan banyak kreatifitas dari sedotan menghasilkan sebuah kerajinan dengan bentuk bunga. Hasil akhir penelitian ini adalah seluruh peserta Pondok Pesantren  Darul Furqon Ramadhan mampu berkreasi dengan hasil yang baik dan bermanfaat bagi seluruh peserta. Kata Kunci: Pelatihan, Kreativitas, Penggunaan Daur Ulang Sampah, dan Sedotan
Morphological Variation of Six Pigmented Rice Local Varieties Grown in Organic Rice Field at Sengguruh Village, Kepanjen Subdistrict, Malang District Shinta Shinta; Serafinah Indriyani; Endang Arisoesilaningsih
Journal of Tropical Life Science Vol. 4 No. 2 (2014)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia is the third richest country for pigmented rice source. Morphological character of pigmented rice in Indonesia is less reported since recent publications and descriptions of pigmented rice are only limited to black rice of Cempo Ireng variety and red rice of Aek Sibundong variety. Pigmented rice varieties in Indonesia are cultivated in an organic way. These varieties are Wojalaka black rice of East Nusa Tenggara (NTT), Manggarai of NTT, Toraja of South Sulawesi, Cempo Ireng of Central Java and red rice of Aek Sibundong (leading variety) and Baubau of Southeast Sulawesi. The objective of research was to compare the morphological variation of root, stem, leaf, panicle, floret and the colour of milk mature grain and mature grain by observing the vegetative and generative parts of six local rice varieties. Research had been conducted from February 2012 to February 2014 in Sengguruh Village, Kepanjen District, Malang Regency. This study type was quasi-experiment with eleven replications. Group Random Design was used. The observation was given upon vegetative, reproductive and maturity phases as groups. Independent variables in this research were six rice varieties, while the dependent variable was morphological variation (root, stem, leaf, panicle, floret, milk mature grain and mature grain). The data of morphological variation were tabulated through MS Excel 2007 for windows. Descriptive data analysis was used to determine the average rate and the deviation standard of each variable. Data were analyzed by ANOVA at a cut off value of α of 0.05. It was followed by HSD Tukey Test facilitated by SPSS 16.0. The analysis of multivariate data in cluster and biplot was carried out with PAST. The result of the study indicated that there was morphological difference on stem, leaf, panicle, floret, milk mature grain and mature grain. The colour of the stem in Aek Sibundong variety was purple, while that of other varieties was green. Toraja and Manggarai varieties had the highest height with 163-168 cm, followed by Cempo Ireng with 139 cm, Wojalaka and Baubau with 110-112 cm. Aek Sibundong Variety had the lowest height with 99 cm. Aek Sibundong and Wojalaka varieties had 6-7 internodes which were the greatest number of internode, while other varieties only had 4-5 internodes. Some varieties, such as Aek Sibundong, Wojalaka and Baubau had short and small leaf. The leaflet angle of Aek Sibundong and Baubau were 140 and it might be said as upright, while that of Wojalaka was 430 or moderate. Cempo Ireng, Manggarai and Toraja had its 63-880 of the leaflet angle or it was said as flat. Cempo Ireng and Wojalaka were included into Rice Indica Group while Toraja, Manggarai, Cempo Ireng and Baubau belonged to Rice Javanica Group. There were two morphological groups. Group 1 included Toraja, Manggarai and Cempo Ireng, while Group 2 consisted of Aek Sibundong, Baubau and Wojalaka.
PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI PUSKESMAS LINGKAR TIMUR KOTA BENGKULU Angkuh Hasibuan; Yenni Fusfitasari; Shinta Shinta
INJECTION : Nursing Journal Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.395 KB)

Abstract

Latar Belakang : Penurunan kekuatan otot pada lansia merupakan faktor utama yang membuat keseimbangan lansia menurun. Adanya penurunan keseimbangan ini akan menyebabkan terjadinya resiko jatuh pada lansia sangat besar yang akan mengakibatkan adanya cidera, penurunan mobilitas, mengurangi kemandirian, mengubah kepercayaan diri dan gaya hidup, dan bahkan menyebabkan kematian pada lansia. Tujuan penelitian diketahui pengaruh balance exercise terhadap kekuatan otot pada lansia di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan pre dan post test. Penelitian dilakukan di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu dengan sampel sebanyak 10 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan membandingkan rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah terapi dengan uji paired sampel t test . Hasil penelitian didapatkan rata-rata kekuatan otot lansia di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu sebelum diberikan terapi balance exercise adalah 3. Rata-rata kekuatan otot lansia di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu sesudah diberikan terapi balance exercise adalah 5,00. Terapi balance exercise berpengaruh terhadap kekuatn otot pada lansia di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu dengan nilai ttabel 11,192 > ttabel 1,182 dan nilai p = 0,000, berarti p < 0,05 Simpulan : Secara praktis hendaknya pihak puskesmas terus meakukan balance exercise kepada par alansia guna meningkatkan kekuatan lansia. Hendaknya puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu dapat dengan rutin melaksanakan olahraga untuk lansia dan membuat program balance exercise. Bagi peneliti lain (yang ingin menindak lanjuti penelitian ini) disarankan penelitiannya menggunakan materi yang berbeda. Kata Kunci : Balance Exercise, Kekuatan Otot, Lansia