Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK MUTU KAPSUL RAMUAN KEBUGARAN UNTUK SAINTIFIKASI JAMU Sofa Farida; Tofan Aries Mana; Tyas Friska Dewi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.133 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i1.1078

Abstract

ABSTRACT "Ramuan kebugaran" or Physical Improvement Herb is one results of Saintifikasi Jamu research that has been proven its efficacy through clinical research. The concoction herbs consists of Javanese turmeric rhizome, turmeric rhizome, meniran herbs and it was prepared as decoction. Herbs in the capsule dosage form is considered easier to consume and more appropriate in determining the dosage. This research aimed to study the right filler for capsule dosage form of “Ekstrak Ramuan Jamu Kebugaran” (ERJK) for fulfilling the quality requirements. The ERJK extraction is obtained by infundation method, the extract filtrate was added with fillers, dried, and powdered. The filler used was avicel 102 (ERJK-1), lactose (ERJK-2) and amylum (ERJK-3). The powders were tested for flowability, tapping indexes, and microorganism contamination tests. The capsules dosage form were tested for weight uniformity and disintegration time. The results of the ERJK-1, ERJK-2 and ERJK-3 quality parameters test showed the flow times were respectively 6.3, 7.8 and 5.8 seconds; the tapping indexes were 14.3, 15.35 and 13.0%; yeast count were 1.2, 2.85 and 2.95 col/g; the total plate count were 2.0; 1.0 and 1.0 col/g; capsul weight uniformity (mg) were 677.04±5.30 (CV: 0.78%); 663.95±8.54 (CV: 1.28%) and 678.38±4.93 (CV: 0.72%); capsul disintegration time (minute) were 25.60, 27.89 and 26.47. The evaluation of quality parameters shows that avicel 102 is the better filler of ERJK compared to lactose and amylum. ABSTRAK Ramuan kebugaran merupakan salah satu jamu hasil riset Saintifikasi Jamu yang efektifitas khasiatnya telah terbukti melalui uji klinik. Ramuan tersebut berupa simplisia rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran dan disiapkan melalui proses perebusan. Ramuan dalam bentuk sediaan kapsul dipandang lebih mudah dikonsumsi dan lebih tepat dalam penentuan dosis. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bahan pengisi yang tepat untuk kapsul ekstrak ramuan jamu kebugaran (ERJK) yang memenuhi persyaratan kualitas. Ekstraksi ERJK dengan metode infundasi, filtrat ekstrak ditambahkan bahan pengisi, dikeringkan kemudian diserbuk. Pengisi yang digunakan adalah avicel 102 (ERJK-1), laktosa (ERJK-2) dan amilum (ERJK-3). Serbuk sampel dilakukan uji sifat alir, indeks pengetapan, serta uji cemaran mikroorganisme. Sediaan kapsul diuji keseragaman bobot dan waktu hancur. Hasil uji parameter kualitas ERJK-1, ERJK-2 dan ERJK-3 menunjukkan waktu alir berturut-turut 6,3, 7,8, dan 5,8 detik; indeks pengetapan berturut-turut 14,3, 15,4 dan 13,0%; angka Jamur berturut-turut 1,2, 2,85 dan 2,95 kol/g; angka lempeng total berturut-turut 2,0; 1,0 dan1,0 kol/g; keseragaman bobot kapsul (mg) berturut-turut 677,04±5,30 (CV: 0,78%), 663,95±8,54 (CV: 1,28%) dan 678,38±4,93 (CV: 0,72%); uji waktu hancur kapsul (menit) berturut-turut 25,60, 27,89 dan 26,47. Evaluasi parameter kualitas menunjukkan avicel 102 paling baik digunakan sebagai pengisi ERJK dibandingkan laktosa dan amilum.
PENINGKATAN NILAI HEMOGLOBIN, MCV, MCH, DAN FERITIN PADA KASUS ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN RAMUAN JAMU DI KLINIK SAINTIFIKASI JAMU HORTUS MEDICUS Tofan Aries Mana; Danang Ardiyanto; Saryanto Saryanto
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.155 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.604

Abstract

ABSTRAK Latar belakang. Anemia defisiensi besi merupakan masalah defisiensi nutrien yang banyak terjadi di seluruh dunia terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Permasalahan anemia ini disebabkan oleh kurangnya zat besi di dalam tubuh. Jamu memiliki potensi sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan anemia defisiensi besi. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan parameter subjek dengan anemia setelah diberi jamu di Klinik Saintifikasi Jamu. Penelitian ini diharapkan menjadi solusi untuk anemia defisiensi besi selain penggunaan tablet penambah darah. Metode. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental pre-post test design. Sebanyak 35 subjek diintervensi selama 28 hari dengan jamu yang terdiri dari 5 gram daun bayam merah, 10 gram herba tapak liman dan 15 gram rimpang temulawak. Khasiat jamu dinilai dari perubahan rerata nilai Hb, serum feritin, dan TIBC. Keamanan ramuan dinilai berdasarkan kadar SGPT, SGOT, ureum, dan kreatinin sebelum dan sesudah intervensi. Hasil. Adanya kenaikan nilai Hb yang signifikan (p=0,000) pada akhir intervensi bila dibandingkan awal intervensi menjadi 11,09. Serum feritin, MCV, MCH mengalami kenaikan yang signifikan (p=0,000) pada hari ke-28. Kadar TIBC turun menjadi 336,51 μg/dL sehingga ada perbedaaan yang signifikan (p=0,000) pada hari ke-28. Nilai SGPT (18,77 μ/L) dan SGOT (18,89 μ/L) subjek pada hari ke-28 masih dalam rentang normal. Nilai ureum (22,90 μ/L) dan kreatinin (0,75 μ/L) pada hari ke-28 masih berada pada nilai normal. Kesimpulan. Ramuan Jamu dapat meningkatkan nilai Hb, MCV, MCH, dan feritin pada pasien di Klinik Saintifikasi Jamu