Prihatin Broto Sukandar
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

POTENSI INTEGRASI PROGRAM SKRINING HIPOTIROID PADA NEONATAL DI DAERAH REPLETE DEFISIENSI IODIUM Leny Latifah; Ika Puspita Asturiningtyas; Yusi Dwi Nurcahyani; Hadi Ashar; Prihatin Broto Sukandar
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.544 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.2676

Abstract

Latar Belakang. Prevalensi hipotiroid kongenital (HK) lebih tinggi di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menyebabkan deteksi dan intervensi dini hipotiroid bayi menjadi penting. Belum ditemukan penelitian pelaksanaan skrining dengan Neonatal Hypothyroid Index (NHI) serta potensi integrasi skrining hipotiroid. Tujuan. Mengidentifikasi program skrining hipotiroid bayi di daerah endemik GAKI dan menganalisis potensi integrasinya. Metode. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilaksanakan di Kabupaten Magelang. Data diambil dengan wawancara mendalam semi terstruktur pada 14 informan terdiri dari penanggung jawab program tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Magelang, puskesmas, dan pelaksana program. Dinas Kesehatan dan 4 Puskesmas di Kabupaten Magelang menjadi informan penelitian. Wawancara direkam dengan alat perekam digital, disusun dalam transkrip, dianalisis menggunakan analisis isi (content analysis). Trustworthiness data diperoleh melalui triangulasi sumber. Hasil. Terdapat dua program skrining hipotiroid kongenital di Kabupaten Magelang, yaitu Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) dan skrining dengan form NHI. Faktor pemungkin keberhasilan program bersumber kebijakan dan implementasi. Komitmen pendanaan mandiri SHK melalui APBD pada 500 bayi per tahun, skrining form NHI pada setiap bayi baru lahir, dan integrasi pelaksanaannya melalui program managemen terpadu bayi muda (MTBM). Program SHK dan NHI telah diimplementasikan bidan desa dan petugas gizi terintegrasi MTBM, pada usia lebih tinggi di posyandu. Faktor penghambatnya, dari sisi SDM adalah kurangnya supervisi/koordinasi serta bidan desa pelaksana belum mendapatkan pelatihan SHK, NHI, maupun MTBM. SOP rujukan penemuan kasus HK belum jelas.Hasil skrining berhasil menemukan kasus HK. Kesimpulan. Deteksi dini hipotiroid kongenital telah dilakukan di Kabupaten Magelang. Keterbatasan anggaran menyebabkan SHK mencakup sebagian kecil sasaran, kemudian dijangkau dengan skrining NHI semua neonatus. Integrasi MTBM dilakukan dalam pelaksanaan, pelaporan, dan melampirkan form NHI dalam pemeriksaan MTBM. Fisibilitas integrasi terbukti dalam penemuan kasus HK dengan NHI terintegrasi MTBM. Integrasi program perlu diperluas dengan mengintegrasikan pelatihan NHI, HK, dan MTBM untuk pengembangan keterampilan bidan pelaksana program.
HUBUNGAN KANDUNGAN IODIUM GARAM RUMAH TANGGA DENGAN STATUS IODIUM WANITA USIA SUBUR DI KABUPATEN WONOGIRI Taufiq Hidayat; Muhamad Arif Musoddaq; Alfien Susbiantonny; Prihatin Broto Sukandar
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 12 No 1 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Edisi Desember 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mgmi.v12i1.3004

Abstract

Latar Belakang. Status iodium merupakan penentu utama gangguan tiroid pada wanita. Wanita usia subur (WUS) merupakan kelompok populasi berisiko tinggi. Gangguan fungsi tiroid pada WUS akan meningkatkan risiko kehamilan dan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kandungan iodium garam rumah tangga dan status iodium WUS di Kabupaten Wonogiri. Metode. Studi potong lintang dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Total 170 responden wanita berusia 15-49 tahun, dilakukan pengukuran terhadap kandungan iodium garam rumah tangga, konsentrasi iodium urine (KIU), dan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) serum. Analisis kandungan iodium garam rumah tangga dilakukan dengan metode titrasi iodometrik, KIU dengan metode ammonium persulfate digestion, dan kadar TSH serum dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil. Analisis 170 sampel menunjukkan cakupan garam beriodium rumah tangga yang memadai yaitu 53,5 persen. Median KIU WUS 178,5 μg/L, dengan proporsi nilai KIU < 100 μg/L dan < 50 μg/L masing-masing 17,7 persen dan 7,1 persen. Kandungan iodium garam rumah tangga berhubungan bermakna dengan KIU WUS (p<0,05) dan tidak berhubungan bermakna dengan kadar TSH serum WUS (p>0,05). Kesimpulan. Cakupan garam beriodium tingkat rumah tangga di Kabupaten Wonogiri di bawah sasaran universal salt iodization (USI) (cakupan ≥ 90 persen). Nilai KIU < 100 μg/L dan < 50 μg/L masing-masing kurang dari 50 persen dan 20 persen, menunjukkan asupan iodium memadai. Kandungan iodium garam rumah tangga berpengaruh terhadap tingkat asupan iodium.