Ika Puspita Asturiningtyas
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK WANITA USIA SUBUR TENTANG GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Asih Setyani; Cati Martiyana; Diah Yunitawati; Slamet Riyanto; Ika Puspita Asturiningtyas
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.879 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2495

Abstract

Latar Belakang. Kekurangan iodium merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara di dunia.WUS dan ibu hamil membutuhkan iodium yang cukup untuk mempersiapkan kehamilan dan perkembangan janin. Salah satu penyebab kekurangan iodium di beberapa negara adalah rendahnya pengetahuan tentang GAKI dan kurangnya strategi komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang GAKI. Pemberdayan masyarakat sangat penting dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Tahapan yang dilakukan meliputi identifikasi masalah yang dihadapi, identifikasi potensi yang dimiliki, merencanakan, dan melakukan pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan GAKI terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik WUS tentang GAKI. Metode. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pre-test post-test control group design. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif di Desa Pulosaren, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan mulai Januari sampai dengan Desember 2016. Sampel adalah 47 WUS sebagai kelompok intervensi, dan 47 WUS sebagai kelompok kontrol berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu di setiap dusun. Intervensi dalam penelitian ini adalah penerapan model pemberdayaan masyarakat meliputi 3 kegiatan: penyuluhan mengenai GAKI kepada WUS, pemantauan garam beriodium, dan pengenalan tanda kasus GAKI dengan neonatal hypothiroidism index (NHI). Intervensi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan. Setiap kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali pada Mei dan November 2016. Hasil. Analisis menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam pengetahuan dan peningkatan yang signifikan dalam praktik (p< 0,05) pada kelompok intervensi. Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok setelah intervensi pada perubahan sikap (p< 0,05). Kesimpulan. Model pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan GAKI berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan praktik WUS tentang GAKI, tetapi tidak berpengaruh terhadap sikap WUS tentang GAKI.
POTENSI INTEGRASI PROGRAM SKRINING HIPOTIROID PADA NEONATAL DI DAERAH REPLETE DEFISIENSI IODIUM Leny Latifah; Ika Puspita Asturiningtyas; Yusi Dwi Nurcahyani; Hadi Ashar; Prihatin Broto Sukandar
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2020
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.544 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i2.2676

Abstract

Latar Belakang. Prevalensi hipotiroid kongenital (HK) lebih tinggi di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menyebabkan deteksi dan intervensi dini hipotiroid bayi menjadi penting. Belum ditemukan penelitian pelaksanaan skrining dengan Neonatal Hypothyroid Index (NHI) serta potensi integrasi skrining hipotiroid. Tujuan. Mengidentifikasi program skrining hipotiroid bayi di daerah endemik GAKI dan menganalisis potensi integrasinya. Metode. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilaksanakan di Kabupaten Magelang. Data diambil dengan wawancara mendalam semi terstruktur pada 14 informan terdiri dari penanggung jawab program tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Magelang, puskesmas, dan pelaksana program. Dinas Kesehatan dan 4 Puskesmas di Kabupaten Magelang menjadi informan penelitian. Wawancara direkam dengan alat perekam digital, disusun dalam transkrip, dianalisis menggunakan analisis isi (content analysis). Trustworthiness data diperoleh melalui triangulasi sumber. Hasil. Terdapat dua program skrining hipotiroid kongenital di Kabupaten Magelang, yaitu Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) dan skrining dengan form NHI. Faktor pemungkin keberhasilan program bersumber kebijakan dan implementasi. Komitmen pendanaan mandiri SHK melalui APBD pada 500 bayi per tahun, skrining form NHI pada setiap bayi baru lahir, dan integrasi pelaksanaannya melalui program managemen terpadu bayi muda (MTBM). Program SHK dan NHI telah diimplementasikan bidan desa dan petugas gizi terintegrasi MTBM, pada usia lebih tinggi di posyandu. Faktor penghambatnya, dari sisi SDM adalah kurangnya supervisi/koordinasi serta bidan desa pelaksana belum mendapatkan pelatihan SHK, NHI, maupun MTBM. SOP rujukan penemuan kasus HK belum jelas.Hasil skrining berhasil menemukan kasus HK. Kesimpulan. Deteksi dini hipotiroid kongenital telah dilakukan di Kabupaten Magelang. Keterbatasan anggaran menyebabkan SHK mencakup sebagian kecil sasaran, kemudian dijangkau dengan skrining NHI semua neonatus. Integrasi MTBM dilakukan dalam pelaksanaan, pelaporan, dan melampirkan form NHI dalam pemeriksaan MTBM. Fisibilitas integrasi terbukti dalam penemuan kasus HK dengan NHI terintegrasi MTBM. Integrasi program perlu diperluas dengan mengintegrasikan pelatihan NHI, HK, dan MTBM untuk pengembangan keterampilan bidan pelaksana program.