This Author published in this journals
All Journal AL KAUNIYAH
Priyanti Priyanti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SUKU FABACEAE DI KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA, BAGIAN 2: TUMBUHAN POLONG BERPERAWAKAN TERNA Priyanti Priyanti; Arifin Surya Dwipa Irsyam
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 10, No 1 (2017): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.93 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v10i1.4872

Abstract

Abstrak Suku Fabaceae adalah tetumbuhan yang memiliki buah bertipe polong. Suku tersebut selain berperawakan pohon juga berupa terna. Anggota suku Fabaceae (polong) banyak ditemukan di sekitar lingkungan manusia termasuk di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Informasi mengenai keanekaragaman tumbuhan polong yang berupa terna di Kampus UIN Syarif Hidayatullah belum tersedia. Penelitian dilakukan menggunakan metode jelajah di kampus I dan II serta studi pustaka. Sebanyak 3 jenis tumbuhan polong berperawakan terna telah didapatkan di lingkungan kampus, yaitu Arachis pintoi Krapov. & W. C. Greg., Mimosa diplotricha C. Wright ex Sauvalle, dan M. pudica L. Jenis-jenis tersebut termasuk ke dalam 2 anak suku (Faboideae, Mimosoideae) dan 2 puak (Aeschynomeneae, Mimoseae). Jenis-jenis tersebut tumbuh di lokasi yang berbeda-beda. Tumbuhan polong yang hanya ditemukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keshatan (FKIK) adalah A. pintoi. Mimosa diplotricha ditemukan tumbuh di Pusat Laboratorium Terpadu Fakultas Sains dan Teknologi, Perpustakaan Utama, FKIK, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Wisma Syahida, Pusat Bahasa, dan Sekolah Pascasarjana, sedangkan M. pudica ditemukan Perpustakaan Utama, FISIP, dan Wisma Syahida. Kelengkapan data tentang tumbuhan polong di Kampus UIN Syarif Hidayatullah ini dapat digunakan oleh para mahasiswa untuk mempelajari keanekaragamnnya. Abstract Fabaceae is a plant with a pod-type fruit. A Habit of this family is not only trees but also herb. Fabaceae (legumes) is often found on the human environment around campus included in the State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. The Information about the legume herbs diversity on the UIN Syarif Hidayatullah yet available. The study was conducted using survey and literature methods. There were 3 species legume herbs in the campus, viz. Arachis pintoi Krapov. & W. C. Greg., Mimosa diplotricha C. Wright ex Sauvalle, and M. pudica L. All species are differentiated into 2 subfamilies (Faboideae, Mimosoideae) and 2 tribes (Aeschynomeneae, Mimoseae). These species grow in the different locations. The Legumes only found at the Faculty of Medical and Health Science (FKIK) is A. pintoi. Mimosa diplotricha found growing around Central of Integrated Laboratory of the Faculty of Science and Technology, Main Library, FKIK, Faculty of Social and Political Sciences (FISIP), Wisma Syahida, Language Center, and Graduate School, while M. pudica found around Main Library, FISIP, and Syahida Inn. Data Completeness about legumes on Campus UIN Syarif Hidayatullah can be used by students to study plant diversity.
Soil Transmitted Helmint on Lettuce (Lactuca sativa L.) From Plantation and Post-Irradiation Narti Fitriana; Nelly Suryani; Yani Indriyani; Priyanti Priyanti
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 15, No 2 (2022): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v15i2.24513

Abstract

AbstractSoil-Transmitted Helminth (STH) is a group of intestinal parasitic nematode worms that can infect humans. One of the transmissions to humans is consuming lettuce grown on soil media. This study aims to identify the types of intestinal parasitic nematodes found in lettuce and soil from plantations based in the Regency of Bogor, Cianjur, and Bandung and analyze the prevalence, intensity, and dominance categories before and after irradiation. The irradiation dose used was 5 kGy with a gamma irradiation source [60Co]. The descriptive method used in this study where the samples were collected from 9 sampling points at each study site. Identification showed that there were 3 types of intestinal parasitic nematodes found in lettuce, namely Ascaris lumbricoides (1,833 eggs), Strongyloides stercoralis (2 larvae), and Trichuris trichiura (91 eggs). The highest prevalence was found in A. lumbricoides (100%) which is classified %) classified as very severe contamination, very severe, and superinfection intensity of contamination criteria. The highest dominance of intestinal parasitic nematodes was found in A. lumbricoides. In the post-irradiated lettuce and soil samples was found eggs of A. lumbricoides and T. trichiura. The eggs of A. lumbricoides were the most common, 321 eggs were found in the post-irradiated lettuce, while 11 eggs of T. trichiura were found therein. Irradiation techniques can be used for the application of free-STH lettuce in the future, however, maintaining fresh food sanitation shall always be a priority preventive effort.AbstrakSoil Transmitted Helminth (STH) merupakan kelompok cacing nematoda parasit intestinalis yang dapat menginfeksi manusia. Salah satu transmisi kepada manusia adalah mengonsumsi selada yang ditanam pada media tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis cacing nematoda parasit intestinalis yang ditemukan pada selada dan tanah asal perkebunan di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bandung serta menganalisis kategori prevalensi, intensitas, dan dominansinya sebelum dan pascairadiasi. Dosis iradiasi yang digunakan adalah 5 kGy dengan sumber iradiasi gamma [60Co].  Metode deskriptif digunakan pada penelitian ini, sampel dikoleksi dari 9 titik sampling pada setiap lokasi. Identifikasi menunjukkan terdapat 3 jenis cacing nematoda parasit intestinalis yang ditemukan pada selada yaitu Ascaris lumbricoides (1.833 telur), Strongyloides stercoralis (2 larva), dan Trichuris trichiura (91 telur). Prevalensi tertinggi ditemukan pada A. lumbricoides (100%) tergolong tingkat kontaminasi kategori selalu dengan kriteria kontaminasi sangat parah, intensitas kontaminasi kategori super infeksi. Dominansi cacing nematoda parasit intestinalis tertinggi ditemukan pada A. lumbricoides. Pada selada dan sampel tanah pasca iradiasi ditemukan telur A. lumbricoides dan T. trichiura. Telur A. lumbricoides merupakan yang terbanyak, pada selada pasca iradiasi ditemukan 321 sedangkan T. trichiura ditemukan 11. Teknik iradiasi dapat digunakan untuk aplikasi selada bersih dari STH di masa datang namun menjaga sanitasi pangan segar merupakan usaha preventif prioritas. 
Morfologi Daun Durian (Durio zibethinus L.) dan Keanekaragaman Genetiknya Berdasarkan Marka ISSR Fitri Annisa; Priyanti Priyanti; Dasumiati Dasumiati
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 1 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i1.23975

Abstract

 AbstrakData keanekaragaman durian (Durio zibethinus L.) yang terbatas merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam pengelolaan dan pengembangannya di Indonesia. Keanekaragaman genetik dapat ditinjau berdasarkan ciri morfologi yang didukung dengan ciri molekuler. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekerabatan antar aksesi berdasarkan dendrogram yang menggabungkan data morfologi daun dan polimorfisme Inter Simple Sequence Repeats (ISSR). Pengamatan ciri morfologi mengacu pada deskriptor durian dan ektraksi DNA dengan metode CTAB yang telah dimodifikasi. Setelah berhasil diekstraksi, DNA durian diamplifikasi dengan tujuh primer ISSR untuk analisis polimorfisme. Konstruksi dendrogram yang terbentuk merupakan hasil analisis menggunakan program NTSYS. Berdasarkan 15 ciri morfologi yang diamati terdapat 5 ciri yang sangat membedakan antara kelompok aksesi durian. Lai (D. kutejensis) memiliki daun lebih panjang hingga 24 cm dan lebar hingga 16 cm dibandingkan 28 aksesi durian dengan panjang hingga 16 cm dan lebar hingga 9 cm. Hasil amplifikasi diperoleh sebanyak 35 pita dan 31 pita bersifat polimorfik dengan persentase polimorfisme berkisar antara 66,7–100%. Persentase polimorfisme pada penelitian ini dapat mencapai 100% dengan primer ISSR 842, PKBT 4, dan PKBT 5. Konstruksi dendrogram ciri morfologi mempunyai koefisien kemiripan sebesar 0,56–0,91 dan membentuk dua kelompok yang tidak memisahkan aksesi-aksesi durian dengan Lai. Ciri polimorfisme ISSR dapat digunakan untuk merekonstruksi dendrogram menjadi dua kelompok dengan koefisien kemiripan sebesar 0,48–0,96. Dendrogram ciri polimorfisme ISSR secara tegas memisahkan aksesi-aksesi durian dengan Lai. Pohon kekerabatan 28 aksesi durian dan Lai di Kecamatan Serpong telah direkonstruksi untuk pertama kalinya.AbstractLimited data on the diversity of durian (Durio zibethinus L.) is one of the obstacles encountered in its management and development in Indonesia. Genetic diversity can be reviewed based on morphological characteristics supported by molecular characteristics. This study aimed to determine the relationship between accessions based on a dendrogram that combines leaf morphology and Inter Simple Sequence Repeats (ISSR) polymorphism data. Observation of morphological features refered to durian descriptors and DNA extraction using the modified CTAB method. After successful extraction, durian DNA was amplified with seven ISSR primers for polymorphism analysis. The dendrogram construction is formed the NTSYS program. Based on the 15 morphological characteristics observed, 5 characteristics greatly distinguished the durian accession group. Lai (D. kutejensis) had longer up to 24 cm and wider up to 16 cm leaves than 28 durian accessions with a length (16 cm) and width (9 cm). The amplification results were obtained 35 bands and 31 out of them were polymorphic with polymorphic PCR product ranged 66.7–100%. The percentage of polymorphism could reach 100% with ISSR 842, PKBT 4, and PKBT 5 primers. The dendrogram construction based on morphological characteristics had an interaction coefficient of 0.56–0.91 and formed two groups which did not separate durian accessions with Lai. The ISSR polymorphism feature can be used to reconstruct the dendrogram into two groups with a slope coefficient of 0.48–0.96. The dendrogram based on the ISSR polymorphism feature explicitly divides durian accessions with Lai. The cluster analysis of 28 durians and Lai accessions in Serpong District has been reconstructed for the first time.
Morfologi Daun Durian (Durio zibethinus L.) dan Keanekaragaman Genetiknya Berdasarkan Marka ISSR Fitri Annisa; Priyanti Priyanti; Dasumiati Dasumiati
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 1 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i1.23975

Abstract

 AbstrakData keanekaragaman durian (Durio zibethinus L.) yang terbatas merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam pengelolaan dan pengembangannya di Indonesia. Keanekaragaman genetik dapat ditinjau berdasarkan ciri morfologi yang didukung dengan ciri molekuler. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekerabatan antar aksesi berdasarkan dendrogram yang menggabungkan data morfologi daun dan polimorfisme Inter Simple Sequence Repeats (ISSR). Pengamatan ciri morfologi mengacu pada deskriptor durian dan ektraksi DNA dengan metode CTAB yang telah dimodifikasi. Setelah berhasil diekstraksi, DNA durian diamplifikasi dengan tujuh primer ISSR untuk analisis polimorfisme. Konstruksi dendrogram yang terbentuk merupakan hasil analisis menggunakan program NTSYS. Berdasarkan 15 ciri morfologi yang diamati terdapat 5 ciri yang sangat membedakan antara kelompok aksesi durian. Lai (D. kutejensis) memiliki daun lebih panjang hingga 24 cm dan lebar hingga 16 cm dibandingkan 28 aksesi durian dengan panjang hingga 16 cm dan lebar hingga 9 cm. Hasil amplifikasi diperoleh sebanyak 35 pita dan 31 pita bersifat polimorfik dengan persentase polimorfisme berkisar antara 66,7–100%. Persentase polimorfisme pada penelitian ini dapat mencapai 100% dengan primer ISSR 842, PKBT 4, dan PKBT 5. Konstruksi dendrogram ciri morfologi mempunyai koefisien kemiripan sebesar 0,56–0,91 dan membentuk dua kelompok yang tidak memisahkan aksesi-aksesi durian dengan Lai. Ciri polimorfisme ISSR dapat digunakan untuk merekonstruksi dendrogram menjadi dua kelompok dengan koefisien kemiripan sebesar 0,48–0,96. Dendrogram ciri polimorfisme ISSR secara tegas memisahkan aksesi-aksesi durian dengan Lai. Pohon kekerabatan 28 aksesi durian dan Lai di Kecamatan Serpong telah direkonstruksi untuk pertama kalinya.AbstractLimited data on the diversity of durian (Durio zibethinus L.) is one of the obstacles encountered in its management and development in Indonesia. Genetic diversity can be reviewed based on morphological characteristics supported by molecular characteristics. This study aimed to determine the relationship between accessions based on a dendrogram that combines leaf morphology and Inter Simple Sequence Repeats (ISSR) polymorphism data. Observation of morphological features refered to durian descriptors and DNA extraction using the modified CTAB method. After successful extraction, durian DNA was amplified with seven ISSR primers for polymorphism analysis. The dendrogram construction is formed the NTSYS program. Based on the 15 morphological characteristics observed, 5 characteristics greatly distinguished the durian accession group. Lai (D. kutejensis) had longer up to 24 cm and wider up to 16 cm leaves than 28 durian accessions with a length (16 cm) and width (9 cm). The amplification results were obtained 35 bands and 31 out of them were polymorphic with polymorphic PCR product ranged 66.7–100%. The percentage of polymorphism could reach 100% with ISSR 842, PKBT 4, and PKBT 5 primers. The dendrogram construction based on morphological characteristics had an interaction coefficient of 0.56–0.91 and formed two groups which did not separate durian accessions with Lai. The ISSR polymorphism feature can be used to reconstruct the dendrogram into two groups with a slope coefficient of 0.48–0.96. The dendrogram based on the ISSR polymorphism feature explicitly divides durian accessions with Lai. The cluster analysis of 28 durians and Lai accessions in Serpong District has been reconstructed for the first time.