Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Telaah Fenomenologi atas Mikraj Ruhani Dodo Widarda
Syifa al-Qulub Vol 2, No 1 (2017): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v2i1.2391

Abstract

Positivisme sebagai basis pandangan dunia memiliki kecenderungan reduksionistik ketika berbicara realitas. Karena telah mengakibatkan dehumanisasi, telah menuai kritik secara filosofis. Kritik tersebut salah satunya berasal dari fenomeologi, sebuah disiplin ilmu yang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan, termasuk untuk berbicara karamah wali. Tulisan ini bertitik dari pertanyaaan, 1.  Bagaimanakah pendekatan fenomenologi ketika berbicara karamah wali? 2. Bagaimanakah pendekatan fenomeologi atas peristiwa mikraj ruhani Sunan Gunung Djati?Dari dua pertanyaan tersebut penulis mendapatkan jawaban. 1. Hal-hal khawariqul ‘adah (sesuatu yang keluar dari kelajiman) bisa didekati  melalui fenomenologi. Melalui prinsip back to the thing themselves (kembali sesuatu pada hakikatnya sendiri), karamah para wali, yang tertolak lewat positivisme serta saintisme, merupakan fakta mental yang benar-benar terjadi. 2. Mikraj ruhani Sunan Gunung Djati yang bertemu Rasulullah, dengan pendekatan fenomenologi, bukanlah sesuatu yang tertolak kemungkinannya. Pengalaman ruhani tersebut adalah bagian integral dari hagiografi spiritual seperti juga para wali sufi yang lain: Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, ‘Abd Al-Aziz Al-Dabbagh, Syaikh Ahmad Tijani, dan lain-lain.
Kepemimpinan Sunan Gunung Djati: Tinjauan Filsafat Etika dan Nilai-Nilai Al-Qur’an M. Solahudin; Dodo Widarda
Syifa al-Qulub Vol 4, No 1 (2019): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v4i1.5245

Abstract

Di satu sisi, kepemimpinan Sunan Gunung Djati mengusung konsep Tauhidullah (syi’ar Islam), sedang di sisi lain, dalam masa kepemimpinannya, kelangsungan budaya lokal dan budaya dari agama lama pada saat itu, sangatlah kental pada masyarakat. Bahkan cenderung digunakan oleh Sunan dalam syi’arnya di masa kepemimpinannya. Maka, kemurnian dan ketidak murniannya dapat ditinjau dengan menggunakan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an.   Adapun tujuan penelitian ini yaitu, untuk membangun sebuah konsep kepemimpinan Sunan  Gunung Djati, baik dalam tinjauan Filsafat Etika, dan Nilai-Nilai al-Qur’an, serta bagaimana pendekatan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an terhadap petatah-petitih Sunan Gunung DjatiPenelitian ini juga, bertolak dari sebuah pemikiran bahwa kepemimpinan Sunan Gunung Djati dalam tinjauan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an, jika diaplikasikan dalam kehidupan manusia, terlebih bila disinergikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat saat ini yang demikian kompleks dan heterogen, diasumsikan dapat menjadi satu alternatif model kepemimpinan bagi kehidupan masyarakat. Sebaliknya, bila kepemimpinan Sunan Gunung Djati tidak bersinergi dengan konsep filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an, maka perpecahan dan kehancuran kerukunan umat beragama akan terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak negatif bagi kelangsungan kehidupan masyarakat beragama itu sendiri.  Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu, metode Penelitian Filsafat yang digabung dengan metode Penelitian al-Qur’an. Kehadiran kepemimpimpinan Sunan Gunung Djati lewat rentang hidupnya yang sangat panjang (1448-1568) termasuk ketika menjadi Raja-Pandhita di Kesultanan Cirebon, dikaji melalui refleksi filosofis untuk menemukan aspek transendental dari petatah-petitihnya dan kemudian didukung juga dengan pendekatan ayat-ayat al-Qur’an yang relevan dengan kepemimpinannya. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksploratif, karena bertujuan menggali model penelitian kepemimpinan Sunan Gunung Djati dengan menelusuri filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an. Sedangkan pada penyajian datanya, penelitian ini bersifat analitis kritis dan analitis eksploratif.Jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, berdasarkan pendekatan nilai-nilai al-Qur’an, kepemimpinan Sunan Gunung Djati merepresentasikan karakteristik dari seorang raja, sekaligus juga ulama. Hal itu tidak hanya menyangkut dimensi hidup yang profan, tapi juga terkait dengan realitas hidup yang lebih tinggi berdasarkan visi eskatologis, dengan inti paling utamanya adalah pada moralitas atau ketinggian akhlak, sebagaimana misi yang dibawa oleh Rasulullah. Kedua, etika kepemimpinan Sunan Gunung Djati, merupakan bentuk nilai-nilai universal yang bisa menjadi orientasi etis bagi kehidupan manusia. Ketiga, berdasarkan pendekatan filsafat etika serta nilai-nilai al-Qur’an, petatah-petitih Sunan Gunung Djati, walaupun disampaikan dalam bahasa Cirebon, namun dari sisi kandungannya, merupakan refleksi dari kedalaman nilai-nilai al-Qur’an, dan dalam konteks Indonesia, selaras dengan nilai falsafah Pancasila.
The Practice of Money Politics Ahead of Elections in Hadith Review Royan Alawi Sufyan; Dodo Widarda
Gunung Djati Conference Series Vol. 4 (2021): The 1st Conference on Ushuluddin Studies
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.886 KB)

Abstract

This study aims to explain the Practice of Money Politics Ahead of the Election in Hadith Review. This research is a qualitative type that applies literature study, syarah hadith method, and content analysis. The results of this study include the understanding of money politics, in money politics, and the impact thereof, as well as politics according to hadith. This study concludes that money politics is included in risywah (bribery). In Islam, the practice of bribery is clearly prohibited. In the Qur'an, there are many who explain this, even with the words of the Messenger of Allah who explain the prohibition of risywah. Money politics is a form of action that can violate existing state laws, as well as violate sharia law. It is recommended that further research related to money politics be carried out in the form of field studies with other approaches, either in the form of direct observation during the election period or so on.
Takhrij and Syarah Hadith of Chemistry: The Nutrient Content of Zam-Zam Water Wulida Ullya Adzinta; Siti Nur Amelia; Nunung Kurniasih; Saifudin Nur; Dodo Widarda
Gunung Djati Conference Series Vol. 5 (2021): Proceedings Conference on Chemistry and Hadith Studies
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.16 KB)

Abstract

This research aims to discuss the hadith of Prophet Muhammad SAW. about content of zam-zam water. The research method used in the processing of takhrij and syarah hadith is a qualitative method with chemical analysis. The result and discussion of this research is that is zam-zam water is water that appeared during the period of Prophet Ismail AS. This water is believed to have many miracles and properties. There are several substances contained in zam-zam water, including sodium, magnesium, calcium, potassium, fluoride, and others. This water can also help cure various diseases. After analyzing iron content, it was found that the Fe concentration was 0,0599 mg/l at a wavelength of 248,3 nm, it is meaning this water is suitable for consumption in accordance with the drinking water standards of the Minister of Health.
Sunan Gunung Djati Leadership Values to Uphold Indonesian Human Dignity: A Philosophical Approach Dodo Widarda; Mohamed Ismail
Syifa al-Qulub : Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik Vol 7, No 1 (2022): July, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v7i1.25427

Abstract

This paper aims to describe the relationship between the process of searching for "Indonesian human dignity" and the personality of Sunan Gunung Djati who is an ancestor of this nation. Sunan Gunung Djati is a personal figure in a leadership position that is both profane and sacred at the same time. The method used in writing this paper is a qualitative research method based on the Philosophical Research Method. The model of this study is "Factual Historical Research Regarding Figures" with, (1) Material objects about the leadership values of Sunan Gunung Djati, (2) Formal objects, the values of Sunan Gunung Djati's leadership which are approached philosophically, not through an anthropological approach , sociology, politics, or culture, "but insofar as it provides a vision of human beings according to their essence". This article starts from the question, 1) What is the lineage and spiritual transmission of Sunan Gunung Djati? 2) What are the values of Sunan Gunung Djati's leadership as role models for upholding Indonesian human dignity? From the two questions, answers were obtained and at the same time became the conclusion of this study, 1) From his father's side, he was a descendant of an Egyptian king named Syarif Abdullah with the title Sultan Mahmud, while his mother, Nyai Rara Santang, was also a descendant of "blue blood" because she was the daughter of Prabu Siliwangi, the king of Pajajaran. In addition, based on various text sources, Sunan Gunung Djati experienced spiritual transmission in tariqa knowledge at the center of the spiritual axis of the Islamic world, in Makkah. 2) The values of Sunan Gunung Djati's leadership are reflected in the philosophy: "manuk keduwong dangdang wulung kembang kanigaran" which means that a leader, in the management of people's lives, must be oriented towards improving the quality of life of the weak. In addition, the plus point of Sunan Gunung Djati's leadership, was not only that he was progressively capable of advancing society in the Cirebon Sultanate, he was even a head of government, who doubled as a tariqa murshid at the same time. In terms of the concept of seeking Indonesian human dignity, he is an ideal model of the philosophical conception of al-Insân al-Kâmil which is embodied in the world's concrete history. The recommendation from this paper, we should make Sunan Gunung Djati, as an example of leadership in developing a model of Indonesian human dignity as thought by scholars like Sudjatmoko. More and more studies should be conducted regarding the historical and spiritual role of Sunan Gunung Djati.