Kuswanhadi Kuswanhadi
Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK ISOLAT CORYNESPORA CASSIICOLA (BERK & CURT) WEI. DI INDONESIA MENGGUNAKAN MARKER ISSR (INTER SIMPLE SEQUENCE REPEAT) Misbakhul Munir; Heru Suryaningtyas; Kuswanhadi Kuswanhadi
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 30, Nomor 2, Tahun 2012
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v30i2.125

Abstract

Penyakit Gugur Daun Corynespora (PGDC) yang disebabkan oleh patogen Corynespora cassiicola (Berk & Curt) Wei., merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Klon-klon karet yang semula bersifat moderat terhadap serangan jamur ini, setelah beberapa tahun menjadi rentan dan terserang hebat. Hal tersebut diduga karena evolusi patogen menghasilkan ras baru yang lebih merusak. Oleh karena itu, informasi yang berkaitan dengan variabilitas patogen sangat diperlukan. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah isolat Corynespora cassiicola dari 7 daerah sentra perkebunan karet Indoneia yaitu Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Jawa Tengah. Prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi penyiapan kultur isolat, ekstraksi DNA Corynespora cassiicola menggunakan metode modifikasi CTAB berdasarkan Situmorang (2002),  analisis PCR dengan Inter Simple Sequence Repeat (ISSR), analisis data menggunakan UPGMA dalam program NTSYS, dan uji kelayuan daun menggunakan metode Nghia et al. (2007). Hasil analisis keragaman genetik isolat Corynespora cassiicola asal 7 wilayah sentra karet di Indonesia menggunakan marker ISSR menghasilkan 4 kelompok (4 ras) C. cassiicola, kelompok A (Ras 1) yaitu isolat asal Bengkulu, kelompok B (Ras 2) meliputi isolat asal Lampung dan Sumatera Utara, kelompok C (Ras 3) meliputi isolat asal Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Jambi, dan kelompok D (Ras 4) yaitu isolat asal Jawa Tengah. Hasil uji kelayuan daun menunjukkan bahwa isolat-isolat Corynespora yang berada pada kelompok yang sama berdasarkan hasil analisis genetik, juga mempunyai tingkat infeksi (patogenitas) yang sama terhadap beberapa daun karet yang diuji. Isolat asal Jawa tengah (CJT) mempunyai rata-rata tingkat infeksi (patogenitas) tertinggi dibandingkan isolat yang lainnya. Tingkat infeksi terendah dari 7 isolat adalah pada klon RRIM 712 dan IRR 5, sedangkan tingkat infeksi 7 isolat Corynespora tertinggi terdapat pada klon BPM 24 dan PR 255. Diterima : 9 Juli 2012; Disetujui : 20 September 2012 How to Cite : Munir, M., Suryaningtyas, H., & Kuswanhadi. (2012). Analisis keragaman genetik isolat corynespora cassiicola (berk & curt) wei. Di indonesia menggunakan marker ISSR (inter simple sequence repeat). Jurnal Penelitian Karet, 30(2), 86-99. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/125 
PENGARUH PENGGUNAAN STIMULAN GAS TERHADAP PRODUKSI DAN KARAKTER FISIOLOGI KLON BPM 24 Eva Herlinawati; Kuswanhadi Kuswanhadi
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 30, Nomor 2, Tahun 2012
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v30i2.126

Abstract

Penggunaan stimulan seperti etefon atau gas etilen telah banyak diterapkan terutama pada perkebunan karet untuk meningkatkan produksi lateks. Mekanisme kerja stimulan yang berbahan aktif etefon dalam tanaman karet yakni terdekomposisi menjadi etilen, asam hidroklorit, dan asam fosfat. Stimulan dengan bahan aktif etefon berpengaruh tidak langsung, peningkatan produksi hanya mencapai kurang dari 50%. Sementara itu stimulan dengan bahan aktif berupa gas etilen diabsorbi langsung oleh batang tanaman karet dengan jumlah yang lebih banyak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi sistem stimulan gas terhadap produksi, karakter fisiologi, pertumbuhan vegetatif, dan kepekaan terhadap kering alur sadap. Frekuensi stimulan yang tepat dan optimum akan memberikan produksi tinggi, tanpa menimbulkan efek negatif terhadap metabolisme sel lateks. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa mulai Oktober 2010 sampai September 2011. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan sistem sadap  dan 4 ulangan, menggunakan klon BPM 24 tahun tanam 1997 berumur 13 tahun. Penyadapan telah dilakukan sejak 2002 dengan sistem sadap S/2 d3 ET2,5% 10/y(m). Perlakuan antara lain S/4 U d3 6d/7 ETG 40/y (w), S/4 U d3 6d/7 ETG 20/y (2w), S/4 U d3 6d/7 ETG 10/y (m), S/4 U d3 6d/7 ET2,5% 40/y (w), dan S/4 U d3 6d/7 ET2,5% 20/y (2w). Hasil penelitian menunjukkan dengan frekuensi stimulan gas yang tepat diharapkan, produksi tanaman karet dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan tanaman. Stimulan gas dapat meningkatkan produksi sebesar 66,1-76,2% dibanding S/4 U d3 6d/7 ET2,5% 20/y (2w). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap produksi, kondisi fisiologis, dan kesehatan tanaman, pengisian gas ke dalam aplikator dilakukan setiap 2 minggu dan panel dipindahkan setiap 3 bulan untuk menghindari menurunnya produksi akibat “kelelahan” panel sadap. Diterima : 17 Juli 2012; Disetujui : 20 September 2012 How to Cite : Herlinawati, E., & Kuswanhadi. (2012). Pengaruh penggunaan stimulan gas terhadap produksi dan karakter fisiologi klon BPM 24. Jurnal Penelitian Karet, 30(2), 100-107. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/126
ALTERNATIF SISTEM SADAP KLON RRIC 100 MULAI BUKA SADAP Eva Herlinawati; Kuswanhadi Kuswanhadi
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 31, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v31i2.137

Abstract

Stimulan etefon atau gas telah umum digunakan pada perkebunan, khususnya di perkebunan besar. Penggunaan stimulan harus dikombinasikan dengan penurunan intensitas penyadapan melalui pengurangan panjang irisan sadap. Penelitian bertujuan untuk membandingkan dan mengevaluasi pengaruh berbagai sistem sadap terhadap produksi dan parameter fisiologi sejak buka sadap. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa mulai Maret sampai Desember 2011. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan sistem sadap  dan 8 ulangan, menggunakan klon RRIC 100 tahun tanam 2004. Perlakuan antara lain S/2 d3, S/2 d3 ET2.5% Ga1 12/y (m), S/2 d3 ET2.5% Ga1 24/y (2w), Sc20 U d3 ETG 12/y(m), Sc20 U d3 ETG 24/y(2w), dan Sc20 U d3 ET2.5% Ba1 24/y(2w). Hasil penelitian menunjukkan sistem sadap S/2 d3 ET2.5% Ga1 12/y (m) atau Sc20 U d3 ETG 12/y(m) mampu meningkatkan produksi tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap karakter fisiologi. Namun demikian, penggunaan stimulan gas pada tanaman muda perlu pertimbangan risiko kering alur sadap. Penyadapan ke arah atas memiliki kecenderungan lebih tebal dalam konsumsi kulit dan tumpahnya lateks dari alur sadap, penyadap sebaiknya dilatih dengan baik. Diterima : 10 Mei 2013; Disetujui : 13 September 2013  How to Cite : Herlinawati, E., & Kuswanhadi. (2013). Alternatif sistem sadap klon RRIC 100 mulai buka sadap. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 102-109. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/137
AKTIFITAS METABOLISME BEBERAPA KLON KARET PADA BERBAGAI FREKUENSI SADAP DAN STIMULASI Eva Herlinawati; Kuswanhadi Kuswanhadi
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 31, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v31i2.138

Abstract

Stimulasi merupakan bagian penting dalam sistem eksploitasi tanaman karet untuk meningkatkan produksi. Munculnya banyak klon menuntut pengetahuan mengenai hubungan antara produksi lateks dengan kondisi fisiologis tanaman untuk mengoptimalkan penggunaan stimulan, sehingga sistem eksploitasi yang diterapkan tidak mengalami over atau under eksploitasi. Penelitian bertujuan membandingkan aktivitas metabolisme klon PB 260, RRIM 600, dan PB 217 pada berbagai frekuensi sadap maupun stimulasi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa mulai April 2010 sampai Maret 2012 dengan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan sistem sadap  dan 3 ulangan, menggunakan klon PB 260, RRIM 600, dan PB 217 tahun tanam 2004. Hasil penelitian menunjukkan klon berproduksi tinggi (quick starter) dengan kandungan sukrosa rendah dan fosfat anorganik tinggi seperti PB 260, hanya membutuhkan pelukaan (wounding) untuk mengaktifkan metabolisme sel lateks, tidak membutuhkan stimulan dengan frekuensi yang tinggi untuk meningkatkan produksi. Stimulasi pada klon berproduksi tinggi hanya berfungsi untuk mengurangi adanya hambatan aliran. Sementara klon RRIM 600 dan PB 217 membutuhkan stimulan untuk mengaktifkan metabolisme sel lateks. Frekuensi stimulasi optimal untuk RRIM 600 dan PB 217 masing-masing adalah 12/y dan 24/y. Diterima : 15 Mei 2013; Disetujui : 13 September 2013How to Cite : Herlinawati, E., & Kuswanhadi. (2013). Aktifitas metabolisme beberapa klon karet pada berbagai frekuensi sadap dan stimulasi. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 110-116. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/138
KARAKTERISASI SIDIK JARI DNA ISOLAT Corynespora cassiicola YANG BERASAL DARI BERBAGAI SENTRA PERKEBUNAN KARET INDONESIA Fetrina Oktavia; Misbakhul Munir; Heru Suryaningtyas; Kuswanhadi Kuswanhadi
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 29, Nomor 2, Tahun 2011
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v29i2.244

Abstract

Salah satu tahapan penting untuk mendapatkan klon unggul yang tahan terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora (PGDC) adalah uji ketahanan klon-klon karet terhadap serangan jamur Corynespora cassiicola. Untuk mendapatkan hasil yang tepat, diperlukan informasi genetik dari isolat C. cassiicola yang digunakan. Analisis sidik jari DNA dari tujuh isolat C. cassiicola sudah dilakukan dengan menggunakan teknik RAPD. Isolat C. cassiicola diisolasi dari klon karet GT 1 di tujuh sentra perkebunan Karet di Indonesia yaitu Bengkulu (CBK), Lampung (CLP), Kalimantan Barat (CKB), Jawa Tengah (CJT), Sumatera Selatan (CSS), Jambi (CJB) dan Sumatera Utara (CSU). Hasil analisis RAPD menggunakan 15 primer menunjukkan bahwa keragaman genetik tujuh isolat C. cassiicola cukup tinggi (89,3%). Nilai kesamaan genetik antara isolat bervariasi, dimana kesamaan genetik tertinggi ditemukan antar isolat Sumatera Selatan dengan Jambi yaitu (68,49%) dan kesamaan terendah antara isolat Lampung dengan Sumatera Selatan (51,09%). Analisis UPGMA menunjukkan isolat terbagi ke dalam empat kelompok. Dari 15 primer yang digunakan, 10 primer yaitu OPN-04, OPN-05, OPN-11, OPN-12, OPN-19, OPN-20, OPH-04, OPH-09. OPH-12 dan OPH-16 mampu menghasilkan pola spesifik pada masing-masing isolat, sehingga dapat digunakan sebagai metode identifikasi alternatif.  Diterima : 19 September 2011; Disetujui : 15 Oktober 2011How to Cite : Oktavia, F., Munir, M., Suryaningtyas, H., & Kuswanhadi. (2011). Karakterisasi sidik jari DNA isolat Corynespora cassiicola yang berasal dari berbagai sentra perkebunan karet Indonesia. Jurnal Penelitian Karet, 29(2), 118-129. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/244