Ali Sundja
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EVALUASI TERJEPITNYA RANGKAIAN PIPA PEMBORAN PADA SUMUR “JH-151” LAPANGAN X DI PT. PERTAMINA EP Kalfin Ramanda Situmorang; Bayu Satiyawira; Ali Sundja
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan 2015 Buku II
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/semnas.v0i0.135

Abstract

Operasi pemboran yang dilakukan tidak selalu berjalan dengan lancar, adakalanya timbul masalah yang dapatmenghambat jalannya operasi pemboran tersebut. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemboransumur minyak sebagian besar disebabkan oleh karena gangguan terhadap tegangan tanah (earth stress) disekitar lubang bor yang disebabkan oleh pembuatan lubang itu sendiri dan adanya interaksi antara lumpurpemboran dengan formasi yang ditembus. Tegangan tanah bersama tekanan formasi berusaha untukmengembalikan keseimbangan yang telah ada sebelumnya dengan cara mendorong lapisan batuan kearahlubang bor. Lubang bor dijaga agar tetap stabil dengan cara menyeimbangkan tegangan tanah dan tekanan poridi satu sisi dengan tekanan lumpur pemboran di sekitar lubang bor dan komposisi kimia lumpur bor pada sisiyang lain. Setiap kali keseimbangan ini diganggu maka timbullah masalah-masalah di lubang bor. Salah satumasalah itu adalah terjepitnya rangkaian pemboran. Hambatan operasi pemboran pada sumur menyebabkanwaktu operasi menjadi lebih lama dari yang direncanakan, serta meningkatnya biaya pemboran sampai dua kalilipat dari biaya yang dianggarkan. Hambatan pemboran berupa rangkaian terjepit oleh guguran formasi ( HolePack-Off), merupakan hambatan utama yang terjadi pada interval 8 ½”. Metode yang dilakukan dalampenanggulangan stuck pipe pada sumur ini, yaitu dengan back off, dikarenakan dengan metode work on pipe,sirkulasi, dan perendaman, namun pipa tidak dapat terlepas. Pemboran dilanjutkan dengan side track untukmencapai target displacement yang direncanakan.
Evaluasi Penyebab Pipa Terjepit Pada Sumur M di Lapangan “X” di Pertamina EP Astia Akrimah; Bayu Satyawira; Ali Sundja
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan 2015 Buku I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/semnas.v0i0.236

Abstract

Pada operasi pemboran Sumur M di Lapangan X, banyak dijumpai berbagai macam masalah yang menghambat jalannya operasi pemboran sumur tersebut. Salah satu masalah pemboran yang dijumpai pada Sumur M ini adalah terjepitnya rangkaian pipa bor. Terjepitnya rangkaian pipa bor akan menghambat penyelesaian sumur yang akanmengakibatkan meningkatnya waktu dan biaya pemboran dari yang telah direncanakan. Dalam tugas Akhir ini akan diteliti mengenai penyebab terjepitnya rangkaian pipa bor serta penanggulangan yang telah dilakukan. Hal - hal yang dapat menyebabkan pipa terjepit seperti, aspek lumpur,aspek rangkaian alat pemboran, kestabilan lubang bor, jenis formasi dan lithologi batuan juga. Jenis – jenis pipa terjepit seperti diffrential sticking, mechanical, key seat, pack off. Metode yang dilakukan dalam menanggulangi pipa terjepit seperti metode renggang lepas, sirkulasi,Work on Pipe, dan metode terakhir Jarring. Evaluasi yang dilakukan pada tugas Akhir ini adalah berkaitan dengan lumpur yang digunakan beserta dengan rheologynya dan alat pemboran yang digunakan. Hal ini dilakukan, sehingga operasi pemboran dapat terus dilanjutkan dan penyelesaian sumur dapat dilakukan dengan baik. Stuck pipe pada Sumur M terjadi pada trayek 8 ½ ” dengan klasifikasi terdapat bridging cutting akibat dari hole cleaning yang tidak optimal. Dan putusnya HWDP 5” dikarenakan washout ditandai adanya lubang dan pola gerusan pada pin HWDP 5”. Metode yang dilakukan dalam penanggulangan stuck pipe pada sumur M ini, yaitu dengan jarring, dikarenakan dengan metode work on pipe, sirkulasi, dan reconnect, namun pipa tidak dapat terlepas. Pemboran dilanjutkan dengan fishing job untuk mencapai target displacement yang direncanakan.
ANALISIS PENGGUNAAN LUMPUR PEMBORAN PADA FORMASI GUMAI SHALE SUMUR K-13, S-14 DAN Y-6 TRAYEK 12 ¼” CNOOC SES Ltd. Fadillah Widiatna; Bayu Satyawira; Ali Sundja
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan 2015 Buku I
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/semnas.v0i0.254

Abstract

Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pemboran yaitu berkaitan terhadapformasi yang reaktif terhadap air, pada formasi tersebut penggunaan lumpur berbahandasar air dapat menyebabkan suatu masalah seperti swelling clay, hole pack off, bahkanstuck pipe. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis terhadap kereaktifan formasiterhadap lumpur berbahan dasar air. Dari studi G&G diketahui bahwa target dari reservoirlapangan X berada pada formasi Talang akar dan Baturaja, Jika dilihat dari prognosisnyamaka dalam proses pemboran akan menembus formasi Gumai Shale. Formasi itumenjadi perhatian dikarenakan kandungan mineralnya yang reaktif terhadap air. Haltersebut dibuktikan dengan hasil Methylene Blue Test, dari pengetesan terhadap contohcutting, didapat bahwa jenis mineral yang terkandung dalam formasi Gumai Shale adalahmineral Illite, yaitu mineral yang aktif terhadap air. Penggunaan lumpur berbahan dasarair dapat diaplikasikan pada trajektori tertentu, hal tersebut berkaitan terhadap prosesmengembangnya clay yang membutuhkan waktu, sehingga pada waktu tertentu clayyang mengembang masih dapat ditoleransi. Menggunaan lumpur berbahan dasar airdapat diaplikasikan pada sumur dengan panjang trayek <3000 ft dan inklinasi yangrendah yaitu < 45 deg. Untuk trajektori yang panjang ( > 3000 ft) dan inklinasi tinggi yaitu> 45 deg dapat menggunakan lumpur berbahan dasar minyak, pemilihan tersebut agarmengurangi kemungkinan terjadinya masalah dalam operasi pemboran. Pemilihan lumpurberdasarkan trajektori pun didasari oleh masalah yang biasanya terjadi, seperti masalahHole Cleaning. Karena apabila Hole Cleaning tidak berjalan dengan baik makapenggunaan lumpur akan tidak maksimal. Untuk trayek 12 ¼” laju pompa sirkulasi yangbaik yaitu diatas 1100 GPM, apabila dibawah laju tersebut pengangkatan Cutting akantidak maksimal dan dapat menyebabkan penumpukan Cutting pada lubang Annulus.Untuk membuat satu barrel lumpur berbahan dasar air dibutuhkan biaya $50 - $70,sedangkan untuk lumpur berbahan dasar minyak dibutuhkan biaya hingga $280. Jika dilihatdari biaya per barrel tentu lumpur berbahan dasar air lebih murah, namun padakenyataannya ekonomis tidaknya penggunaan lumpur tergantung pemilihan yang tepatpada suatu keadaan. Apabila dilihat dari lama penggunaan, lumpur OBM akan lebihekonomis dibanding WBM karena dapat digunakan kembali untuk pemboran selanjutnya,sedangkan untuk WBM hanya digunakan untuk satu kali pemboran.