Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI TEMPE DI DESA KOTA BARU KECAMATAN KUNTO DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU Rina Febrinova; Ikhsan Gunawan
Jurnal Daya Saing Vol 6 No 1 (2020)
Publisher : Komunitas Manajemen Kompetitif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35446/dayasaing.v6i1.454

Abstract

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki beberapa sektor yang menjadi andalan yang mampu menopang kehidupan masyarakat. Salah satu sektor yang menjadi andalan tersebut adalah sektor pertanian. Pembangunan pertanian harus disertai dengan pengembangan industri, baik industri hulu maupun industri hilir. Pengembangan sektor pertanian ini selanjutnya tidak hanya untuk meningkatkan jumlah produksi saja, tetapi juga meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan pengusaha serta dapat meningkatkan pendapatan produksi dari produk tersebut yaitu dengan cara melakukan usaha agroindustri. Salah satu usaha agroindustri yang ada di kabupaten rokan hulu adalah usaha agroindustri Tempe yang terletak di desa Kota Baru kecamatan Kunto Darussalam. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan gambaran wilayah penelitian, karakteristik petani, keragaan usahatani. Pada fokus kajian tujuan pertama penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan. Bahasan ini bertujuan untuk mengetahui struktur biaya, penerimaan, pendapatan yang diterima oleh petani. Pada fokus kajian tujuan dua digunakan analisis kelayakan Usaha Agroindustri Tempe. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata total biaya yang dikeluarkan industri tempe adalah sebesar Rp. 6.886.000,- per bulan, rata-rata penerimaan sebesar Rp. 8.250.000,- perbulan, untuk rata-rata keuntungan sebesar Rp. 1.364.000,- perbulan. Dengan rata-rata harga jual yang diterima dalam usaha industri tempe sebesar Rp.1.500,-. Hasil analisis kelayakan finansial pada Usaha Agroindustri Tempe dinyatakan layak dengan nilai Net Present Value sebesar Rp. 45.354.432,- yaitu positif (NPV>0) Internal Rate of Return (IRR) 15% dimana IRR tersebut lebih besar nilainya dibandingkan nilai discount factor yang berlaku yaitu 12%, sedangkan R/C yaitu 1,20 bernilai lebih dari 1, Pay Back Period (PBP) selama 4 bulan 32 hari, dan Break Even Point (BEP) harga Rp. 14.783,- sedangkan BEP produksi sebanyak 56.414 bungkus, artinya usaha agroindustri tempe mengalami keuntungan maupun kerugian sebelum umur ekonomis peralatan berkhir. Adapun kendala- kendala yang dihadapi agroindustri Tempe di desa Kota Baru kecamatan Kunto Darussalam adalah harga kedelai sebagai bahan baku utama industri tempe cenderung fluktuatif menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar. Kata Kunci: Pendapatan, Kelayakan Finansial, Tempe
PKM Digital Branding Koperasi dan UKM Desa Bangun Purba Timur Jaya Hendri Maradona; Kiki Yasdomi; Rina Febrinova; Wirda Jannatul Jannah; Dinni Fatmawati; Muhammad Ridho
Journal of Community Engagement Research for Sustainability Vol. 3 No. 1 (2023): Januari
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bangun purba timur jaya village is one of the villages in Rokan Hulu, Riau Province which has 7 villages or sub-districts with a total size of 150.15 Km2 and is still categorized as Developing Village[1]. The Bangun Purba Timur Jaya Village Cooperative only focuses on savings and loans and has not been able to build more innovative cooperative enterprises, as well as SMEs, almost all existing SMEs are still individuals, making palm sugar to sell to the market or to merchants is one of the main commodities and a source of income for the population in Bangun Purba Timur Jaya Village. Most people are still independent in their business in making palm sugar, and no one has grouped or formed a cooperative. The results of the discussion were that the author found that efforts to develop products towards more high selling value still cannot be realized by the community because there are no village cooperative efforts to maximize individual-based SMEs into joint business groups, which are later expected to be able to independently increase production. The concept of SME promotion and branding that has not been implemented has resulted in a relatively insignificant increase in production[2]. The implementation method consists of four stages, namely product development, graphic design, business website management, and social media content.