Pulau Sumatera merupakan pulau dengan kontribusi perekonomian terbesar kedua bagi Indonesia setelah pulau Jawa. Hal tersebut menjadi alasan Pemerintah pusat untuk mendorong pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), salah satu jalur utama (backbone) JTTS adalah Ruas Jalan Tol Terbanggi Besar - Kayu Agung (TBPPKA). Pada ruas jalan tol tersebut terdapat beberapa permasalahan geoteknik, salah satunya longsor yang terjadi pada timbunan jalan akses Gunung Batin sepanjang 150 meter pada KM 1+230 s/d 1+383 dengan tinggi timbunan tanah tertinggi mencapai 9,5 meter dari permukaan tanah asli. Telah dilakukan pengambilan data tanah dilapangan yaitu 3 titik Bor dan 3 titik CPTu, serta telah dilakukan uji properties tanah di laboratorium sebagai data primer. Hasil data tanah menunjukkan bahwa timbunan didominasi dengan tanah berpasir yang secara umum dilihat dari uji NSPT memiliki klasifikasi medium dense (NSPT > 10) mulai dari kedalaman 2 m dan tanah keras klasifikasi dense (NSPT > 30) pada kedalaman diatas 10 m. Dari hasil analisa awal didapatkan nilai safety factor > 1,5 yang artinya tanah timbunan stabil saat timbunan tidak jenuh air. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab terjadinya longsor pada jalan akses Gunung Batin serta memberikan alternatif penanganan perbaikan yang efektif dan efisien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simulasi numerik elemen hingga menggunakan bantuan program GEO5 dan PLAXIS 2D dengan pendekatan filosofi cracked soil untuk mengetahui stabilitas lereng dan penyebab terjadinya longsor. Hasil analisa didapat bahwa lokasi longsor merupakan area limpasan air permukaan dan secara topografi tanah berada pada elevasi rendah dari area sekitar serta adanya fenomena cracked soil. Hal ini menyebabkan adanya perlemahan pada timbunan saat terjadi hujan, terbukti saat timbunan tanah dalam kondisi jenuh air dan parameter tanah dimodelkan dengan pendekatan filosofi cracked soil nilai kohesi (c) = 0 didapat nilai safety factor 0,79 < 1 yang mana timbunan mengalami kelongsoran. Perencanaan perbaikan diusulkan yang utama adalah pembuatan saluran drainase serta beberapa alternatif penanganan lain diantaranya kombinasi antara Dinding Penahan Tanah (DPT), Mini pile, Steel Sheet Pile (SSP) dan juga Bronjong. Dari pertimbangan aspek biaya beberapa alternatif penanganan, maka dipilih penanganan menggunakan DPT Beton Bertulang dengan pondasi Mini pile dengan biaya Rp. 2,669 miliyar.