This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Arwin AP Akib
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Karakteristik Densitas Tulang Anak dengan Hiperplasia Adrenal Kongenital yang Mendapat Terapi Glukokortikoid Ariani Dewi Widodo; Jose R. L. Batubara; Evita B. Ifran; Arwin AP Akib; Sudung O. Pardede; Darmawan B. Setyanto
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.408 KB) | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.307-14

Abstract

Latar belakang. Anak dengan hiperplasia adrenal kongenital (HAK) mendapat terapi glukokortikoid seumurhidup. Penggunaan glukokortikoid jangka panjang diketahui dapat menyebabkan penurunan densitas mineraltulang (DMT), namun pada anak HAK terapi tersebut bersifat substitusi. Belum diketahui karakteristikDMT pada anak HAK di Indonesia.Tujuan. Mengetahui karakteristik densitas tulang anak dengan HAK yang mendapat terapiglukokortikoid.Metode. Uji potong lintang deskriptif dilakukan di Poliklinik Endokrinologi Departemen Ilmu KesehatanAnak RSUPN Cipto Mangunkusumo selama November 2008-April 2010. Subjek adalah anak HAK yangmendapat terapi glukokortikoid teratur lebih dari 6 bulan. Pada setiap subjek dilakukan pencatatan data danpemeriksaan DMT menggunakan dual energy x-ray absorptiometry (DEXA) di Klinik Teratai RSUPNCM.Hasil. Tigapuluh dua subjek, 25 perempuan dan 7 lelaki, 18 dengan HAK tipe virilisasi sederhana dan 14tipe salt-losing, diikutsertakan dalam penelitian, median usia 6 tahun. Diagnosis 24 subjek ditegakkan padausia <1 tahun, tipe salt-losing terdiagnosis pada usia lebih muda. Semua subjek memiliki status gizi baikhingga obesitas, dan 29/32 subjek memiliki status pubertas sesuai usia. Semua pasien HAK mendapat terapiglukokortikoid teratur sejak saat diagnosis, dengan median dosis 17,7 mg/m2/hari atau 3,8 gram dalam 6bulan terakhir, dan rerata lama pengobatan 7,7 tahun. Terapi mineralokortikoid pada subjek dengan mediandosis 50 mcg/hari. Ditemukan DMT normal pada 24/32 subjek, 7 osteopenia, dan 1 osteoporosis. Delapandi antara pasien dengan DMT normal, memiliki Z-score >+1. Rerata Z-score DMT L1-L4 subjek +0,29 (SB1,46). Terdapat korelasi lemah antara DMT dengan dosis kumulatif glukokortikoid enam bulan terakhir(r= -0,36; p=0,04), dan tidak ditemukan korelasi dengan dosis glukokortikoid/LPB/hari (r= -0,29; p=0,11)maupun dengan durasi terapi (r= -0,07; p=0,69).Kesimpulan. Sebagian besar anak HAK yang mendapat terapi substitusi glukokortikoid memiliki DMTnormal. Terdapat korelasi lemah antara DMT dengan dosis kumulatif glukokortikoid enam bulan terakhir,sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan durasi dosis kumulatif yang berbeda-beda.
Fungsi Sistolik dan Diastolik Jantung pada Pasien Anak dengan Osteosarkoma yang Mendapat Terapi Doksorubisin Di RS Cipto Mangunkusumo Kristin Handojo; Hikari Ambara Sjakti; Piprim B. Yanuarso; Arwin AP Akib
Sari Pediatri Vol 16, No 3 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.3.2014.149-56

Abstract

Latar belakang. Doksorubisin merupakan obat golongan antrasiklin yang penting dan efektif pada pengobatan tumor padat pada anak. Doksorubisin mencegah sintesis RNA dan DNA melalui proses interkalasi. Kardiotoksisitas dilaporkan paling banyak karena penggunaan doksorubisin tersebut sehingga penggunaannya masih terbatas.Tujuan. Mengetahui fungsi jantung pada anak dengan osteosarkoma setelah mendapat terapi doksorubisin di RSCM.Metode. Studi deskriptif potong lintang dilakukan di RSCM, Divisi Hematologi-Onkologi IKA dan Sub Bagian Onkologi Orthopedik dan Traumatologi, dengan menelusuri catatan registrasi dan rekam medis pasien anak dengan osteosarkoma sejak 1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2012.Hasil. Terdapat 25 subjek penelitian, 21 di antaranya selesai menjalani kemoterapi dan mendapat total dosis kumulatif doksorubisin dengan rentang 300 mg/m2 sampai 675 mg/m2. Fungsi sistolik LV mengalami penurunan rerata fraksi ejeksi 3,3% dan pemendekan 2,5% setelah mendapat doksorubisin. Fungsi diastolik LV mengalami penurunan rerata rasio E/A 17,6%. Sembilan dari 18 pasien yang selesai menjalani kemoterapi dan mendapat total dosis kumulatif doksorubisin 375 mg/m2 mengalami gangguan fungsi diastolik tidak disertai gangguan fungsi sistolik. Kardiomiopati dilatasi ditemukan pada satu pasien setelah mendapat dosis kumulatif doksorubisin 300 mg/m2 dan satu pasien setelah mendapat dosis 675 mg/m2. Pasien berusia ≥10 tahun dan berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi sistolik dan diastolik LV setelah mendapat doksorubisin.Kesimpulan. Fungsi sistolik dan diastolik LV menurun setelah pasien mendapat terapi doksorubisin dengan dosis kumulatif 300 mg/m2. Penurunan fungsi diastolik mendahului penurunan fungsi sistolik LV. Dosis, usia, dan jenis kelamin perempuan dapat menjadi faktor risiko penurunan fungsi jantung setelah pemberian doksorubisin.