This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Tjhin Wiguna
Departemen Psikiatri fakultas kedokteran universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Rerata Kadar Feritin dalam Serum dengan Gejala Klinik Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas Berdasarkan Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI) Citra Fitri Agustina; Martina Wiwie Setiawan Nasrun; Tjhin Wiguna; Ika Widyawati
Sari Pediatri Vol 16, No 3 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.3.2014.173-7

Abstract

Latar belakang. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan psikiatrik paling banyak pada anak, dengan prevalensi 26,2% di Jakarta. Serum feritin, diduga, memengaruhi patofisiologi GPPH terkait dengan aktivitas dopaminergik.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar feritin dengan gejala klinis GPPH serta mengetahui adakah perbedaan kadar feritin pada anak GPPH dan bukan GPPH.Metode. Desain penelitian potong lintang, membandingkan 47 anak GPPH dan 47 anak sehat sebagai kontrol yang berusia 7-12 tahun (usia rerata 9,09± 1,29). Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan kadar feritin dengan gejala klinis GPPH. Pemeriksaan serum feritin menggunakan metode Electrochemiluminescent Immuno Assay (ECLIA). Diagnosis GPPH ditegakkan dengan MINI KID, sedangkan gejala klinis GPPH dinilai berdasarkan Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI).Hasil. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara kadar feritin dengan gejala klinis GPPH, koefisien korelasi 0,108 (p>0,05). Rerata kadar feritin anak GPPH adalah 38,7 ng/mL (median), yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol (median 28 ng/mL).Kesimpulan. Tidak terbukti adanya hubungan antara feritin dengan gejala klinis GPPH. Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk melihat peran feritin melalui dopamin pada GPPH.
Uji Diagnostik Working Memory Rating Scale (WMRS) versi Bahasa Indonesia dan Proporsi Anak Sekolah Dasar dengan Kesulitan Belajar GDQ'HÀVLWWorking Memorydi Jakarta Tjhin Wiguna; Noorhana Setyawati WR; Fransiska Kaligis
Sari Pediatri Vol 14, No 3 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.3.2012.191-7

Abstract

Latar belakang.Kesulitan belajar merupakan masalah tersering ditemukan pada anak dan remaja. Penelitian terakhir menunjukkan hubungan antara kesulitan belajar dan defisit working memory, namun sampai saat ini penentuan defisit working memorymasih sulit dilakukan. Tujuan.Mendapatkan alat ukur working memoryyang sahih dan andal bagi guru di sekolah dasar dalam Bahasa Indonesia. Di samping itu, penelitian kami juga bermaksud mengidentifikasi besar proporsi anak dengan kesulitan belajar dan defisit working memorydi Jakarta. Metode.Penelitian uji diagnostik dan potong lintang; (1) uji diagnostik working memory rating scale (WMRS) versi Bahasa Indonesia. Sembilanpuluh sembilan anak dari 5 sekolah dasar yang dipilih secara acak proporsional; (2) Studi potong lintang untuk mendapatkan proporsi anak dengan kesulitan belajar yang disertai dan tanpa disertai defisit working memorydi wilayah Jakarta. Empatratus duapuluh tiga anak dari 27 sekolah dasar di Jakarta yang dipilih secara acak proporsional. Hasil.Titik potong WMRS versi Bahasa Indonesia pada kelompok usia 6–9 tahun, T score> 60 adalah 20 danT score>70 adalah 30 (sensitivitas 0,161 dan spesifisitas 0,674). Pada kelompok usia 10–12 tahun, T score>60 adalah 29 dan T score>70 adalah 42 (sensitivitas 0,186 dan spesifisitas 0,929). Dari 423 anak usia sekolah dasar dengan usia rerata 9,34 (1,78) yang diikutsertakan, didapat 104 (24,6%) anak yang mengalami kesulitan belajar. Usia rerata anak dengan kesulitan belajar 9,58 (1,76). Proporsi anak sekolah dasar yang mengalami kesulitan belajar murni dengan defisit workingmemory 8,04% dengan usia rerata 9,82 (1,79). Kesimpulan.Working memory rating scale(WMRS) versi Bahasa Indonesia spesifik dalam menilai defisit working memorypada anak sekolah dasar dengan kesulitan belajar. Proporsi kesulitan belajar pada anak sekolah dasar dan defisit working memorycukup besar dan kondisi tersebut perlu menjadi perhatian agar kualitas anak dapat ditingkatkan